[6]

4K 497 19
                                    

Istana Merah

Suatu hari di penjara, Dayu sedang tertidur pulas. Begitu sulit baginya untuk tetap terjaga ketika semua energi yang ia miliki seperti telah dihisap habis dari dalam tubuhnya dan hal yang bisa ia lakukan sepanjang waktu hanyalah duduk di sudut penjara yang gelap. Akan tetapi pada hari itu beberapa prajurit datang ke penjara dan membisikkan sesuatu pada penjaga yang bertugas mengawasi penjara hari itu. Setelah beberapa saat, mereka membuka pintu ruang tahanan Dayu, membangunkannya secara tiba-tiba dari tidurnya.

Cara mereka membangunkan Dayu ternyata tak sekasar perkiraan. Secara mengejutkan, mereka memperlakukan Dayu dengan begitu hormat dan lembut, tidak seperti memperlakukan seorang tahanan. Mereka meminta Dayu untuk mengikuti mereka.

"Ke mana kalian akan membawaku?" Dayu bertanya dengan suaranya yang serak. Dia mencoba agar suaranya terdengar dingin, tetapi nada kegugupan itu tetap saja mustahil untuk ditutup-tutupi. Begitu ia melangkah keluar dari ruang tahanan, Dayu menoleh ke belakang dan menyadari kalau para prajurit hanya membawanya dan tidak dengan para gadis rekannya.

Dayu menyadari, para gadis itu pasti juga merasa penasaran kemana para prajurit ini akan membawanya, namun mereka terlihat terlalu menakutkan untuk ditanyai. Mereka akhirnya hanya bisa memandangi para prajurit itu membawa Dayu pergi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terucapkan.

Karena prajurit-prajurit itu belum juga menjelaskan, jadi Dayu mencoba sekali lagi, "Ke mana kalian akan membawaku?" Gigi Dayu kini bergemeletuk saat ia bertanya.

"Nanti Anda juga akan tahu, Yang Mulia,"

Yang Mulia...

Dayu tak lagi ingin bertanya. Sejak kapan mereka memanggil seorang tahanan seperti Dayu dengan panggilan yang seharusnya ditujukan kepada petinggi kerajaan?

-

Ternyata prajurit-prajurit itu membawa Dayu ke sebuah istana. Istana itu terlihat megah yang dihiasi banyak ornamen-ornamen berwarna merah. Istana itu cukup besar, bahkan mungkin lebih besar dari istana utama yang mereka miliki di kerajaannya.

Dayu mendesah. Tentu saja tak ada lagi yang bisa ia sebut sebagai kerajaannya. Kerajaan itu sudah tidak ada. Kerajaan itu sudah dihancurkan oleh seorang kaisar kejam yang sangat terkutuk.

Para prajurit itu masih menuntunnya dengan penuh kelembutan. Mereka tidak memperlakukannya dengan kasar seperti seharusnya mereka memperlakukan seorang tahanan. Segera setelah mereka tiba di istana, beberapa gadis yang mengenakan seragam pelayan istana menyambut Dayu dengan begitu hormat. Di sudut-sudut istanan itu juga banyak prajurit yang berjaga yang membuat istana itu terlihat sebagai tempat yang begitu aman dengan penjagaan ketat. Namun para prajurit penjaga itu tidak melakukan apapun, mereka hanya berdiri di pos mereka masing-masing dengan patuh dan membiarkan para pelayan wanita membawa Dayu memasuki istana. Para pelayan itu membawa Dayu ke sebuah ruangan mandi yang begitu mewah yang memiliki sebuah bak mandi marmer yang besar. Bak mandi itu telah penuh terisi dengan air yang ditaburi dengan kelopak-kelopak bunga mawar yang membuat airnya juga ikut menjadi beraroma mawar.

"Yang Mulia, bolehkah?"

Dayu menoleh pada salah satu pelayan. Dari gerak-geriknya terlihat ia adalah ketua dari para gadis pelayan ini. Sebelumnya ia telah memperkenalkan diri kepada Dayu dan ia bernama Guo Ming Lei. Dia berdiri dekat dengan Dayu dan ia membuat gestur hati-hati dengan menunjuk pakaian yang dikenakan oleh Dayu. Dayu mengerti, gadis ini sedang meminta ijinnya untuk melepaskan pakaian yang ia kenakan. Dayu memandang ke sekeliling. Lima gadis pelayan lainnya juga masih berdiri di ruangan mandi itu.

Apa para gadis pelayan ini benar-benar akan memandikannya? Bukankah mereka menyadari bahwa Dayu adalah seorang laki-laki?

Memikirkannya saja sudah membuat Dayu merinding. Ini begitu sulit dipercaya.

Api yang Membeku [Bahasa Vers. of Frozen Fire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang