Retoris
Seperti yang sudah-sudah, Xiao Guizi berdiri dengan patuh di samping kaisar sementara Sang Kaisar mengurusi laporan kerajaan. Segala macam laporan dari menteri dan para gubernur tersebar di atas meja besar, menunggu untuk diperiksa oleh Sang Penguasa Kerajaan. Namun, si kasim tua tak tahan untuk sesekali menatap kaisar penuh tanya.
Akhir-akhir ini, apa yang ada di pikiran kaisar sungguh menjadi misteri bagi si kasim tua. Dia merasa dirinya tak lagi mengenal pria yang telah ia layani selama bertahun-tahun ini dengan baik. Bukan karena caranya memimpin negeri ini, hal itu tak berubah banyak. Namun yang menjadi pertanyaan besar ialah cara lembut kaisar dalam memperlakukan selirnya.
Sejak kecil, kaisar sudah terkenal sebagai anak yang jenius. Dia selalu tahu apa yang ia lakukan dan jarang sekali dia mengambil keputusan yang salah. Itulah alasan mengapa kaisar mampu membawa Dinasti Wang menuju kejayaan seperti sekarang. Hanya saja... Xiao Guizi sedikit khawatir kalau-kalau kaisar terbutakan oleh cinta pada selirnya sehingga membuat kaisar tak sengaja membuat keputusan yang salah. Kaisar bukannya tidak tahu bahwa ada kebencian yang dipendam selir Dayu pada dirinya dan kini selir pria itu sedang bergerak untuk menghancurkannya. Tapi kaisar bersikap seolah tak tahu apapun. Kaisar seperti menutup rapat-rapat mata dan telinganya dari semua hal yang selirnya rencanakan.
Sayangnya, walau Xiao Guizi melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri, ia tidak memiliki keberanian yang cukup untuk mempertanyakan sikap Sang Kaisar.
Rentetan pikiran di kepala Xiao Guizi tiba-tiba terpotong oleh seorang penjaga. Penjaga yang terlihat gemetar tersebut lalu berlutut ke lantai. Tentu saja ia mengerti bahwa kaisar tidak mengijinkan siapapun untuk mengganggunya saat dirinya sedang memeriksa laporan kerajaan.
“Maafkan kelancangan hamba yang mengganggu Paduka.” Ujar penjaga itu.
Kaisar sama sekali tidak mengangkat wajahnya dari gulungan kertas yang ia baca. “Bukannya sudah jelas bahwa aku tidak mengijinkan siapapun untuk menggangguku?” tanya kaisar lagi dengan nada yang begitu dingin.
“Benar, Yang Mulia. Hambamu yang hina ini memang pantas mati.” Usai berkata begitu, sang penjaga semakin terlihat gemetar. Namun, dia juga tidak bergerak dari tempatnya. Sepertinya, apapun yang ingin ia katakan merupakan sesuatu yang amat penting.
Kaisar akhirnya menghela napasnya. “Ada apa?”
“Yang Mulia Selir Yu sedang berada di depan istana, Paduka. Selir Yu meminta bertemu dengan Yang Mulia.”
Mendengarnya, kaisar buru-buru mengangkat wajahnya karena terkejut. Tidak biasanya selirnya itu mencari keberadaan kaisar atas kemauannya sendiri. Belum lagi, selirnya itu tidak sekalipun pernah mencari kaisar saat kaisar sedang mengerjakan tugas kerajaan.
“Haruskah saya memberi-tahu Selir Yu untuk kembali saja, Paduka?” Si penjaga bertanya dengan hati-hati. Bahkan masalah kecil seperti ini saja bisa membuat lehernya sendiri terpenggal.
Setelah sunyi selama bebera detik, kaisar pada akhirnya menjawab. “Tidak perlu, persilahkan dia masuk.”
Selir Dayu memasuki ruangan itu sendirian. Pelayan dan penjaganya harus menunggu di luar karena ruang kerja kaisar hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja. Sementara Sang Selir berjalan mendekati kaisar, Xiao Guizi sekali lagi melihat sesuatu yang kian lama kian sulit disangkal; yaitu mata kaisar segera melembut tiap kali berhadapan dengan selirnya. Ada sakit yang terasa di dada kasim tua itu begitu melihat bagaimana Sang Selir mempermainkan sang kaisar layaknya ia memainkan boneka tali. Sungguh pemandangan yang begitu menyedihkan.
Sang Selir membungkukkan badannya dengan hormat, “Apa aku mengganggu Yang Mulia?” tanyanya dengan suara yang lembut. Kalimatnya sungguh sarat akan kekhawatiran palsu, sementara raut wajahnya penuh dengan penyesalan yang juga dibuat-buat karena telah mengganggu Sang Kaisar. Si kasim tua tak kuasa melihatnya, dia bahkan tidak mengerti bagaimana bisa kaisar jatuh cinta pada pria macam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Api yang Membeku [Bahasa Vers. of Frozen Fire]
Historical FictionVersi Bahasa dari Frozen Fire - Feng Jianyu bahkan belum genap empat belas tahun ketika kerajaan kecilnya yang damai diserang oleh Kerajaan Wang. Seluruh keluarganya terbunuh di tangan kaisar Wang yang kejam. Kerajaan dan rakyatnya disiksa dengan ke...