[9]

3.9K 469 15
                                    

Kelemahan

Dayu menutup kelopak matanya saat aliran air membasuh seluruh jejak sentuhan yang diberikan sang kaisar di tubuhnya. Punggungya bersandar pada bagian tepi bak mandi yang berkilau. Dia terlihat sangat nyaman dan tenang. Namun demikian, tidak ada yang tahu badai semacam apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya. Sesekali dia bergerak untuk mengubah posisinya menjadi lebih nyaman, tapi justru saat itulah dia akan mengernyit karena sakit yang ia rasakan di sekujur tubuh.

Sejak statusnya sebagai pangeran direnggut dengan paksa, sebenarnya dia tidak lagi merasa asing dengan segala jenis sakit yang mendera fisik. Namun begitu, ada satu yang tak bisa dia tahan; yaitu nyeri yang berhasil ditorehkan kaisar dalam hatinya.

Dayu mengela napas berat, mencoba membiarkan pikirannya terhanyut oleh air yang membasuh tubuhnya. Dalam pikirannya, sang selir menimbang apa sebaiknya dia menenggelamkan tubuhnya dalam air dan mati? Dia pernah mendengar mitos bahwa jiwa orang yang meninggal karena tenggelam tidak akan pernah bisa memasuki surga dan akan berakhir menjadi arwah yang bergentayangan. Mereka akan tetap terperangkap di alam gaib tanpa bisa bereinkarnasi. Jiwa mereka baru bisa tenang dan bereinkarnasi hanya jika mereka berhasil menarik seseorang dan kemudian orang itu juga meninggal karena tenggelam. Jika itu memang benar, Dayu tidak akan keberatan untuk mati sekarang juga. Kalau pada akhirnya dia akan menjadi arwah yang bergentayangan, dia akan memilih sang kaisar sebagai manusia yang akan ia bunuh.

“Yang Mulia… Yang Mulia…” suara bernada khawatir milik Ming Lei mengejutkan Dayu. Dia seketika melompat dan memutar kepalanya untuk melihat pelayannya itu berlutut di samping bak mandi. Raut wajahnya penuh kekhawatiran.

“Apa?!” Sang selir terdengar agak kesal karena telah diganggu. Hal tersebut membuat Ming Lei menundukkan wajahnya semakin dalam.

“Maafkan kekurang-ajaran saya, Yang Mulia… sungguh tidak pernah saya bermaksud untuk menggangu waktu Yang Mulia. Saya hanya khawatir karena Yang Mulia mulai melamun dan merendam kepalanya terlalu lama dalam bak mandi. Saya takut Yang Mulia tenggelam.”

Tapi justru itulah maksud Dayu; menenggelamkan dirinya dan mati. Tetapi pada akhirnya Dayu menutup rapat-rapat mulutnya dan memutuskan bersikap acuh tak acuh seolah tidak pernah terjadi apapun sebelum ini. Dia melempar pandangannya ke seluruh ruangan dan menemukan bahwa tidak ada siapapun di sana selain Ming Lei dan dua penjaga yang berjaga di dekat pintu masuk. Pelayan lainnya menunggu di luar begitu dia mengutarakan keinginannya untuk mandi sendirian. Tetapi rupanya, ini adalah hal yang paling dekat dengan kata ‘sendiri’ yang bisa ia dapatkan.

“Bisakah kau membawakanku secangkir teh?” tanya Dayu, bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan.

“Tentu saja, Yang Mulia.” Ming Lei memberi hormat dengan menundukkan tubuhnya sebelum berdiri untuk mengambil teh. Namun, belum sempat ia melangkah terlalu jauh, dia bisa mendengar para penjaga mengumumkan kedatangan sang kaisar.

Ming Lei dan para penjaga seketika berlutut begitu sang kaisar melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi yang luas, sementara Dayu tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali.

“Pergi.” Sang kaisar berkata dengan singkat. Titahnya yang kasar membuat Ming Lei dan para penjaga buru-buru berdiri dan meninggalkan ruangan.

Sang kaisar berjalan beberapa langkah ke depan. Dia lalu berdiri dengan elegan di samping bak mandi sebelum akhirnya melucuti pakaian beserta atribut yang ia kenakan dari tubuhnya. Dayu harus mengalihkan pandangannya ke arah yang lain ketika tubuh telanjang sang kaisar mulai terlihat dalam pandangan. Memang benar dia telah melihat seluruh bagian tubuh sang kaisar kemarin malam, namun bukan berarti Dayu terbiasa menghadapi suasana memalukan macam ini. Sang kaisar menyeringai melihat reaksi Dayu. Selir barunya ini memang sungguh menggemaskan.

Api yang Membeku [Bahasa Vers. of Frozen Fire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang