[10]

3.7K 457 14
                                    

Sentuhan Lembut dan Perkataan Halus

Penerjemah : holyverde

Dayu dengan malas menatap lusinan pelayanan yang keluar masuk Istana Merah dengan terburu-buru. Mereka sibuk membawa berbagai macam kebutuhan ke dalam Istana Merah. Atas titah dari kaisar, katanya.

Dayu bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana mereka membawa banyak persediaan makanan, pakaian-pakaian indah serta perabotan. Sampai Dayu berpikir apa jangan-jangan kaisar ingin memindahkan Istana Utama ke Istana Merah ini?

Sang selir lalu menghela napas. Dia meletakkan buku yang sedang ia baca di atas meja kayu di depannya. Akhir-akhir ini, tekurung di istana yang megah membuat rasa bosan mulai terasa menggerogoti tubuhnya. Biasanya, satu-satunya caranya bisa menghabiskan waktu adalah dengan duduk santai di taman dan membaca apapun yang membuatnya tertarik. Dia sudah akan menuangkan teh lagi ke cangkirnya ketika Ming Lei mendahuluinya.

“Yang Mulia… tolong ijinkan saya…” Ming Lei berujar panik. Dia segera meraih teko keramik dan menuangkan cairannya ke dalam cangkir milik sang selir. “Maafkan kelalaian saya, Yang Mulia. Saya tidak menyadari kalau Yang Mulia menginginkan teh lagi.” Kepalanya tertunduk malu.

Dayu menggelengkan kepalanya dengan linglung. Dia tidak berkata apapun tetapi segera membuang pandangannya ke arah lain, benar-benar jadi tidak berselera untuk meminum teh. Jadi beginikah semuanya akan berjalan mulai dari sekarang? Semuanya memperlakukan dirinya tidak jauh berbeda dengan cara mereka memperlakukan kaisar. Mereka bersikap seolah Dayu adalah sebuah porselen yang berharga; sedikit tekanan saja akan membuat segalanya pecah. Membuat mereka selalu bersikap sangat lembut dan hati-hati.

Hal yang paling jelas adalah ketika jumlah penjaga di sekitar Istana bertambah jumlahnya. Kini Istana Merah menjadi salah satu Istana dengan jumlah penjaga paling banyak di kota terlarang. Dan sekarang, Dayu bahkan memiliki tiga pelayan tambahan yang selalu setia mengekorinya dan membuatnya semakin kesal.

Melihat ekspresi tidak senang di wajah sang selir, Ming Lei segera berlutut. “Baginda, maafkan saya… maafkan saya… Saya memang pantas untuk mati.”

Sang selir hanya menatap pelayannya itu sejenak. Ming Lei adalah gadis yang baik. Dan di tempat yang sepi ini, Dayu tidak keberatan untuk menjadi temannya jika saja dia tidak bersikap begini patuh seperti seekor anjing yang terlatih. Dayu bertaruh, Ming Lei pasti tidak tahu alasan pastinya mengapa dia harus minta maaf. Yang ia tahu, dia harus meminta maaf setiap Dayu terlihat tidak senang.

“Tidak apa-apa. Bangunlah.” Perintah Dayu dengan singkat.

Ketika Ming Lei telah berdiri, dengan hati-hati ia bertanya, “Yang Mulia, pakaian yang diberikan oleh Baginda Kaisar telah sampai di Istana, apakah Yang Mulia ingin mencobanya sekarang?” Sejujurnya, Ming Lei bertanya demikian karena ingin menghibur sang selir yang terlihat kesal. Karena bagaimanapun juga, setelah bekerja bertahun-tahun di harem dan melayani para selir, satu hal yang pelayan itu tahu pasti; bahwa semua selir selalu gembira ketika mendapatkan hadiah dari sang kaisar. Terlebih lagi jika hadiah itu adalah pakaian sutra dengan kualitas terbaik yang pernah ada. Hal itu selalu bisa membuat para selir gembira tak peduli seberapa kesal mereka sedetik sebelumnya.

Namun, ada satu hal penting yang luput untuk Ming Lei sadari. Bahwa Dayu berbeda dengan semua selir itu, dan satu hal lagi… Dayu juga bukanlah seorang perempuan.

“Dia tidak berpikir kalau pakaian macam itu, tidak peduli semahal apa, dapat membuat perasaanku padanya berubah, kan?” Dayu mendengus. Dia menggenggam bukunya lagi dan tak memedulikan Ming Lei dan meninggalkannya dalam kebisuan yang pekat, benar-benar tidak berani membuka mulutnya lagi.

Api yang Membeku [Bahasa Vers. of Frozen Fire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang