[3]

3.8K 471 24
                                    


Hati yang Berdesir

Di saat gadis di hadapannya mengangkat wajahnya, perasaan ingin dan nafsu bertumbuh dengan cepat di setiap sel tubuh sang Kaisar. Gadis itu memiliki sepasang mata yang besar dengan kelopak mata berlipat, sesuatu yang tidak biasa ia lihat dari kebanyakan orang-orang dari ras mereka. Hidungnya kecil dan mancung, lalu ada sebuah tahi lalat di sudut mata kirinya. Bibirnya kecil dan sedikit manyun seakan memohon untuk dicium dan dihisap. Dia tak memiliki kulit yang terlalu terang, tetap ada sesuatu pada dirinya yang membuat penampilannya terlihat bersinar.

Gadis itu terlihat polos, namun ada sesuatu dari caranya menatap sang Kaisar dengan dua bola matanya yang berwarna hitam yang begitu sulit untuk terbaca. Apakah itu perasaan takut? Apakah itu hasrat? Sang Kaisar tak begitu bisa mengatakan apa tepatnya.

Sang Kaisar merasa gadis di hadapannya benar-benar seperti apa yang ia inginkan. Semua orang-orangnya tahu tipe gadis kesukaannya dan mereka selalu berusaha untuk memenuhi apa yang Kaisar inginkan. Begitu Kaisar mendapatkan gadis yang seperti ia inginkan, rasanya begitu memabukkan dan memuaskan. Hanya saja... kali ini gadis ini terasa begitu berbeda. Sepanjang hidupnya, Kaisar tidak pernah merasa tertarik pada seseorang dengan sebegini cepat, hanya dari satu kali pandangan, tidak peduli betapa gadis tersebut sesuai dengan tipe kesukaannya.

Mengabaikan perasaan ketertarikan tiba-tiba yang begitu mengusik, sang Kaisar beringsut di tempat tidurnya. Ketika ia mengijinkan penjaga masuk ke dalam tendanya dan membawa gadis tersebut, dia memang sedang berbaring dengan santai di atas tempat tidurnya. Jubahnya separuh terbuka, menampilkan otot-otot dada dan perutnya yang terbentuk sempurna. Celananya tergantung dengan rendah di bagian pinggul. Dia sebenarnya sudah sangat siap menikmati gadis yang akan melayaninya malam ini. Sekarang satu organ di selangkangannya mulai terasa tak nyaman, dia tidak ingin memperpanjang momen pembuka yang tidak berguna. Dia adalah sang Kaisar. Dia tidak perlu menahan diri jika dia sedang ingin menikmati sesuatu.

"Kemari," Kaisar memberi instruksi.

Gadis itu terlihat agak ragu. Dia mengalihkan pandangan dan dia terlihat gelisah di tempatnya. Dia terlihat tak yakin dengan apa yang harus ia lakukan. Gadis itu terlihat tak berpengalaman dan sepertinya seorang perawan, Kaisar bisa melihatnya dan dia begitu senang mengetahui hal tersebut. Lambat laun, gadis itu berdiri dari posisi berlututnya dan berjalan pelan menghampiri sang Kaisar. Dia berhenti tepat di depan laki-laki berkuasa tersebut.

Merasa terhibur dengan tingkah malu-malu si gadis, sang Kaisar menarik pinggang gadis itu hingga ia terjatuh ke pangkuan sang Kaisar. Dia mendekat, menangkup salah satu sisi wajahnya dan memaksakan sebuah ciuman kasar di bibir gadis itu. Gadis itu merengek kecil dengan perlakuan kasar sang Kaisar. Atas nama para dewa, itu adalah rengekan paling menggoda yang pernah Kaisar dengar di sepanjang hidupnya. Suara gadis itu terdengar dalam dan berat. Sama sekali berbeda dengan suara-suara rengekan para selirnya saat ia tiduri.

Gadis itu mencoba mendorong sang Kaisar. Dia meletakkan telapak tangannya di dada telanjang sang Kaisar, mencoba menciptakan jarak di antara tubuh mereka. Tetapi sang Kaisar jelas-jelas lebih kuat dari gadis itu. Sang Kaisar masih terus saja melanjutkan serangannya pada bibir si gadis. Dia jelas menolak untuk berhenti menikmati bibir gadis itu sampai salah satu dari mereka kehabisan napas.

Gadis itulah yang pertama kali kehabisan napas dan gelagapan menghirup udara dan sang Kaisar terpaksa melepaskan si gadis sebelum ia pingsan karena kehabisan oksigen di paru-parunya. Sang Kaisar menciptakan jarak kecil di antara mereka dan dengan cepat ia kembali merasa ingin memulai sesi ciuman kasar kembali begitu ia melihat betapa merah dan menggodanya bibir gadis itu. Bibir merah itu terlihat basah karena saliva mereka yang saling bercampur.

Api yang Membeku [Bahasa Vers. of Frozen Fire]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang