[]Arka: Mau di jemput?
Anyaa: Boleh
Arka: Ya udah, aku otw
Anyaa: Jangan ngebut, Ka
Arka: Tergantung
Anyaa: ...
Arka: Iya deh, ngambek mulu
Arka terkekeh kecil setelah menekan tombol send. Lelaki itu melompat dari atas kasur, lalu mengambil kunci di meja belajarnya sebelum menutup pintu kamar.
"Ma, Arka pergi dulu." Arka pamit ketika menemukan Lani di ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang keluarga.
Arka mencium punggung tangan Lani, diikuti oleh pertanyaan Lani kepadanya, "Mau ke mana, Ka?"
"Mau jemput Anya." Arka menjawab seadanya, ia teringat sesuatu. "Mama gapapa? Arka tinggal dulu ...." Arka menaikkan alisnya.
"Sebenernya keberatan." Lani menyimpan lengannya di depan dada. Saat melihat Arka memberengut, wanita paruh baya itu terkekeh kecil.
"Maaa ...." Arka protes. "Kenapa, sih, kok ketawa?"
"Lucu aja, kemaren-kemaren Mama lihat masih main mobil-mobilan sekarang mau ketemu cewek." Lani menepuk bahu anaknya. "Arka inget, ya. Jangan mainin cewek."
Arka termenung sesaat sebelum akhirnya mengangguk tanpa ragu. Arka juga tidak peduli tentang apa yang akan terjadi nanti—tentang hubungannya dengan Anya.
Apa pun alasannya, Arka gak mungkin nyakitin dia, Ma.
Tanpa sadar, Arka sudah memeluk tubuh Lani secara spontan. Bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu alasan apa yang mendasarinya untuk kemudian merengkuh tubuh Lani yang terasa kurus belakangan ini.
"Love you," kata cowok itu setelah menguraikan pelukannya.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanya [End]
Short StorySeri #1 Baik Anya maupun Arka, keduanya tidak lepas dari kata penyesalan dan kehilangan. #AuthorNote : If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, You're very likely to be at risk of a MALWARE ATTACK. If you wish to read this...