Arkanya | 15

3.2K 99 1
                                    


[]

Arka: Pagi Anya❤️

Anyaa: Iseng ngga tuh?

Arka: Nggaklah, jahat banget PHP-in anak orang

Anyaa: Dih, baru nyadar

Arka: Haha, iya maaf. Aku jemput, ya?

Anyaa: Iya, jangan ngaret

Arka: Emang pernah?

Anyaa: Nggak sih

Arka: Lucu banget

Anyaa: Otw cepet!

Arka: Masih aja galak, herannya aku masih suka

Anyaa: Salah sendiri

Tidak ada balasan lagi, Anya menunggu sambil melihat profile picture Arka. Lalu mengamati wajah Arka yang terlihat datar. Tanpa sadar, Anya tersenyum samar. Cowok manis ini sudah memaafkannya.

Arka: Cie, siapa nih yang udah baikan? Gara-gara siapa, ya? Hm.

Anya masih menerka-nerka siapa yang mengirim pesan tersebut, lalu ketika mengingatnya cepat-cepat Anya mengetikkan balasan.

Anyaa: Arka mana?

Arka: Sarapanlah, btw gue nitip salam buat Kak Vio, ya, Kak

Anyaa: Nggak mau, temuin aja Vio sendiri

Arka: Yah, jahat banget. Belum berani tahu

Anyaa: Aku nggak peduli, ya

Melirik jam yang terdapat di pojok layar ponsel, mata Anya terbelalak detik itu juga. Pukul 06:30 pagi. Kalang-kabut Anya melarikan diri untuk sarapan. Pantas saja Arka tidak membalas, tetapi kenapa Aravi sempat-sempatnya mengerjai Anya?

Entahlah. Mungkin kurang kerjaan.

[]

Kantin sudah ramai ketika Anya dan Arka duduk di kursi kayu lengkap dengan meja panjang. Di hadapannya sudah ada Sion, Vio, serta Aravi yang mengikuti mereka berdua, tanpa merasa bersalah sudah mengganggu.

"Lo tau nggak, Rav, Kakak lo bilang Vio cantik, waktu dua curut itu jauh-jauhan." Sion menggedikkan bahunya pada Anya dan Arka.

Aravi menatap Arka dengan tatapan yang menyipit. "Dasar kurang kerjaan."

Sion tergelak sementara kedua mata Arka membulat, mendapati kesamaan yang begitu kentara antara Aravi dan Vio, tentang dua kata yang sama. Namun, diucapkan dalam waktu yang berbeda.

"Kok bisa samaan gitu sih?" tanya Anya kemudian setelah semua pesanan mereka di sajikan. Bakso, batagor, lengkap dengan teh manis hangat.

"Jodoh," celetuk Aravi.

"Maunya!" Vio melengos sambil mengambil batagornya, tak memperdulikan Aravi lagi.

Tawa mereka menguar. Sementara Anya menyenggol lengan Arka pelan, cowok itu membalikkan badan menghadap Anya.

"Kenapa?"

"Kata Sion, kamu bikin surat." Bukan jenis pertanyaan, melainkan pernyataan.

Arka gelagapan. "Nggak, bohong tuh."

"Lo tuh yang bohong, jelas-jelas tadi lagi bikin surat waktu pelajaran Matematika, sampe Bu Darmi marah. Ngaco emang." Sion berkata sambil mengunyah baksonya.

Arka menggigit bibir, lalu sibuk mengutuk Sion di dalam hati. Ragu-ragu Arka mengeluarkan selembar surat dari sakunya. "Bacanya nanti aja."

Anya mengangguk, tanpa bisa menyembunyikan senyumannya.

[]

Revisi ketiga: 13 Juli 2021.

Arkanya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang