[]Anya memejamkan mata ketika mengingat kejadian saat Arka meminta penjelasan tentang perasaannya. Hal itu terjadi sebelum hari di mana Arka menjemput Anya tempo hari.
Keadaan tetap sama, di mana ponsel Anya terus menampilkan pesan dari Vino, tanpa ada lagi pesan dari Arka untuknya.
Biasanya Arka akan menghibunginya setiap hari. Tanpa peduli Anya akan bosan atau tidak membalas pesannya.
"Anya ...."
Ia merasakan kehadiran seseorang disampingnya, Vio. Walaupun berbeda kelas, mereka tetap akrab karena sesekali akan ngobrol bersama. Seperti saat ini.
"Lo ada masalah, ya, sama Arka? Itu anak jadi aneh banget gue lihat." Vio menerawang, sambil mengingat kelakuan Arka akhir-akhir ini. Terutama ketika Vio menyadari Anya dan Arka semakin menjaga jarak.
Anya bergumam, sebelum bertanya, "Aneh?"
Vio mengangguk, sambil mengiringi langkahnya di samping Anya. Di koridor kelas dua belas. "Jadi lebih pendiem."
Anya tercenung sampai langkahnya terhenti. Vio juga ikut menghentikan langkah. Tidak lama tangan Vio dengan iseng menjawil pipi Anya.
"Lo lagi, jadi ikut-ikutan diem. Nggak asik tahu."
Anya menghela napas panjang sebelum mendorong tubuh Vio dengan pelan. "Sono masuk, udah mau bel."
Vio mencak-mencak dengan kesal di depan kelasnya. Sementara Anya malah semakin menertawakan cewek itu, Anya melambai dan segera berlari menjauhi kelas Vio.
Yang artinya, itu juga kelas Arka.
Anya tidak langsung ke kelas, cewek itu bersembunyi di balik tiang penyangga dekat dengan kelas Arka. Ketika pendengarannya mendengar obrolan antara Sion dan Arka di kejauhan.
Suara Arka itu sedikit menghilangkan rasa rindunya pada cowok itu, sekaligus rasa bersalah yang kian membuatnya tersenyum pahit.
Aku kangen kamu, Ka.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Arkanya [End]
Short StorySeri #1 Baik Anya maupun Arka, keduanya tidak lepas dari kata penyesalan dan kehilangan. #AuthorNote : If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, You're very likely to be at risk of a MALWARE ATTACK. If you wish to read this...