Namaku Prisca, Prisca Kayyisah Azka. Aku lahir di Makassar, 01 Januari 1997. Kota yang memiliki sejuta keajaiban dalam hidupku sebelum aku pindah di Bandung karena alasan yang tidak bisa aku jelaskan.
Ayahku seorang wali kota. Azka Cahya Amiruddin, seseorang yang sangat aku kagumi bagaimana perjuangannya. Beliau lahir di desa kecil di kabupaten Bone, masih di daerah sulawesi selatan. Lahir dari keluarga yang kurang berada tapi mampu menembus pendidikan dengan berbagai macam usaha yang ia lakukan. Bahkan ia bertemu dengan ibu saat berjualan koran dipinggir jalan. Ceritanya panjang, entar kalau ada waktu aku ceritain.
Inaya Kayyisah, seorang ibu yang sangat aku sayangi. Sosok ibu yang banyak memberiku motivasi, inspirasi, bahkan ia dapat menjadi seorang sahabat saat aku merasa kesepian. Beliau lahir di kota Makassar dengan latar belakang keluarga cukup berada. Walaupun memiliki latar belakang keluarga yang berada, itu bukan penghalang untuk menerima lamaran dari laki-laki biasa yang berlatar belakang jauh dibawahnya. Itulah ibuku, sosok yang menginsprasi hatiku.
Menjadi anak tunggal dari keluarga berada bukan berarti membuatku harus menjadi sosok anak manja. Alasannya simpel, aku lebih suka mandiri daripada harus bergantung pada orang lain.
_Lost You_
7 Juli 2014, hari itu adalah hari senin. Upacara baru saja selesai. Aku berjalan menuju kelasku, kelas XI Ipa 1 bersama Anita. Anita ini adalah sahabat terbaikku. Awal perkenalan kami saat duduk di bangku kelas X. Orangnya sangat ramah plus cantik. Tak heran jika banyak pria mendekatinya.
Ku lihat teman-teman yang lain juga sangat kelelahan setelah berjemur gratis kurang lebih satu jam dibawah sinar matahari. Menurut aku, yang paling menyebalkan saat upacara adalah saat tiba giliran sambutan dari pembina upacara.
Sumpah, itu sangat menyebalkan. Kadang apa yang ia sampaikan sudah disampaikan berulang kali saat upacara sebelumnya, dan menurutku itu hanya buang-buang waktu.
"Minum dulu Pris."Anita menyodorkan sebotol aqua untukku dan aku menerimanya dengan senang hati.
"Thank you Nit."Kataku setelah meneguk air itu.
Anita tersenyum kemudian berlalu meninggalkan bangkunya. Ada setumpuk sampah yang ia keluarkan dari dalam lacinya. Kebiasaan buruk masih ia bawah naik ke kelas XI, aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya sambil membuka buku yang kupinjam dari perpustakaan.
"Pris...??"Aku mendongak saat seseorang memanggil namaku dari arah pintu. Kulihat Jihan dari kelas XI IPA 2 berjalan menghampiriku.
"Ada apa Han ?"Tanyaku.
"Kamu di panggil Bu Mira di ruang guru." Kata Jihan setelah berdiri tepat dihadapanku.
"Sekarang..??"Tanyaku dengan menatap Jihan serius.
"Bukan, tahun depan katanya. Ya sekaranglah Prisca cantik."Kata Jihan dengan sedikit kesal.
Aku tertawa melihat ekspresi lucunya. Kututup bukuku lalu berjalan menuju ruang guru. Kulihat beberapa siswi sedang berkumpul didepan ruang guru.
Aku sempat menguping sedikit pembicaraan mereka tentang siswa baru dari Bandung, tapi aku gak mau berlama-lama cuma untuk informasi yang gak penting seperti itu.
Aku berjalan memasuki ruang guru sambil menyapa beberapa guru yang sudah akrab denganku. Pandanganku sekilas tertuju pada seorang pria yang sedang berdiri dihadapan meja Bu Fitri, wali kelas XI IPA 2.
Manis,
Satu kata yang menggambarkan bagaimana sosok pria itu.Aku buru-buru mengalihkan pandanganku saat secara tidak sengaja pandangan kami saling menyatu. Kebetulan meja Bu Mira tepat berada disebelah meja Bu Fitri, hingga membuatku harus berjalan dengan salah tingkah karena si pria ini masih terus memandangku dengan tatapan yang eh, aku gak tahu harus mengartikannya bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You in 2015
Teen FictionHei kamu.. Apa kabar..?? Yah, kamu.. Kamu yang menjadi masa laluku, yang dengan gampangnya kembali mengorek beberapa kepingan kenangan dalam diary kehidupanku. Tapi mau gimana lagi, kepingan itu kembali muncul menyerang pikiranku. Jadi, daripada har...