"Makasih yah Ndra atas tumpangannya," kataku sebelum keluar dari mobil Handra.
"Santai aja," balasnya dengan senyum kecil di wajahnya. Ganteng, tapi sayangnya belum bisa membuatku terpaku.
Aku membuka pintu mobil bersiap untuk turun, namun Handra menahanku dengan menggenggam pergelangan tangaku.
"Kenapa Ndra?" tanyaku.
"Pris ... kamu sama Naufal--" Handra menggantungkan ucapannya. Namun aku tahu akan kemana arah pembicaraannya.
"Aku sama Naufal, kenapa?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
Sebel menjawab, Handra menatapku lekat-lekat. Dan anehnya, aku tidak merasakan apa-apa seperti ketika Naufal memandangku. Eh, kok malah bandingin sama cowo itu sih. Cukup Ay, jangan ingat dia lagi.
"Mmm ... enggak, lain kali aja ceritanya," katanya sambil merenggangkan tangannya.
"Sekali lagi makasih yah," sahutku untuk membunuh rasa canggung yang timbul di antara kami. Tanpa buang waktu, aku bergegas turun dari mobil itu.
****
......
Kuingin marah melampiaskan
Tapi kuhanyalah sendiri di sini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa
......Sebuah lagu dari Bunga Citra Lestari yang berjudul Kecewa menemani malamku saat itu. Aku beranjak dari kasur, pandanganku meneliti setiap buku yang tersusun rapih pada rak buku di kamarku.
"Ini dia," kataku ketika tanganku berhasil meraih buku kecil bersampul pink yang terselip di antara buku-buku lamaku.
Ya, itu adalah buku kumpulan puisi. Fyi, aku suka nulis puisi sejak duduk di bangku kelas 7 SMP. Tapi, setelah duduk di bangku SMA, aku jadi jarang membuka buku ini lagi. Mungkin karena aku terlalu fokus sama pelajaranku. But I think, I need this book again to complete my life.
Aku mulai kembali menulis pada lembaran baru.
Tanpa butuh waktu yang panjang
Kau membawaku dalam kehangatan
Menerbangkanku dalam harapan
Lalu menjantuhkanku dari ketinggian.Tanpa perlu merangkai banyak kenangan
Kau memberiku kado hadiah perasaan
Menciptakan senyum yang menawan
Namun pudar atas kecewa yang dihadirkan kenyataan.Kisah ini....
"Belum berakhir!"
Sumpah, waktu aku benar-benar kaget. Suara itu menyadarkanku bahwa aku tak sendiri di ruangan ini. Dan benar, aku menangkap sosok Naufal yang sedang berdiri di belakang kursiku.
"Kamu---"
"NGAPAIN DI SINI !?" bentakku dengan raut wajah penuh amarah berdiri di hadapan Naufal."Kenapa? Apa aku salah jika menginjakkan kaki di rumah pacar sendiri?"
Sumpah, aku benar-benar greget sama dia waktu itu sampai-sampai aku malas menjawab pertanyaannya.
"KAK MIA? SIAPA YANG NGIZININ COWO NYEBELIN INI MASUK KE KAMAR AKU?" teriakku agar Kak Mia mendengar apa yang aku katakan.
Dan kalian harus tahu, saking reseknya, dia hanya senyum-senyum kecil melihatku sudah terbakar amarah sendiri.
"Kenapa ketawa? Ada yang lucu, hah?" tanyaku dengan nada suara yang masih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You in 2015
Genç KurguHei kamu.. Apa kabar..?? Yah, kamu.. Kamu yang menjadi masa laluku, yang dengan gampangnya kembali mengorek beberapa kepingan kenangan dalam diary kehidupanku. Tapi mau gimana lagi, kepingan itu kembali muncul menyerang pikiranku. Jadi, daripada har...