I

194 30 0
                                    

Kepalan tangan Dimar bergetar ketika melihat ibunya memajang foto wisudanya bersama Katrin, perempuan yang katanya ibu jodohkan dengan Dimar. Laki-laki itu marah karena ibunya semena-mena terhadap dirinya.

Kalau saat ini di rumahnya sedang tidak acara makan malam bersama keluarga Katrin, Dimar pasti sudah menghancurkan foto itu hingga tak tersisa lagi.

"Gimana, sayang? Bagus kan?" Suara ibu terdengar di telinga Dimar yang memanas, sebelum perempuan itu kembali duduk ke tempatnya. "Coba bayangin kalau itu foto pernikahan kalian berdua,"

Katrin, perempuan yang tampak matang itu tersenyum anggun ke arah ibu, mengisyaratkan bahwa ia setuju dengan bayangan ibu Dimar. Dimar yang memang populer sejak lama karena karismanya serta sarjana arsitek yang baru benerapa bulan didapatkannya, serta Katrin yang memang terjun di dunia modelling sejak SMA, mungkin menurutnya adalah pasangan cocok yang memang ditakdirkan bersama.

Tapi Dimar jelas-jelas menolaknya.

Makan malam ini bahkan tidak ada dalam agendanya. Ibunya memaksanya untuk hadir, jika Dimar tidak ingin Agni terluka.

***

Dimar melangkah masuk ke kamarnya. Beberapa menit yang lalu, Agni berada di sini bersamanya, dengan ekspresi kecewa, marah, sedih, terkejut. Semua yang Dimar tak pahami.

Tanpa sadar, mengikuti apa yang Agni lakukan, Dimar meraih beberapa foto yang terpajang di sana. Foto saat mereka kecil, foto saat Dimar wisuda SD, foto saat mereka liburan ke pantai, foto saat pertama kali mereka ke dufan, foto saat mereka main di pekarangan rumah bersama Taufik.

Dimar sudah ingat semuanya.

Termasuk hari dimana ia meluapkan seluruh amarahnya yang selama ini terpendam pada ibunya. Ibunya yang sejak awal membenci keberadaan Agni. Ia menghancurkan foto-foto yang terpajang di ruang keluarga, merusak semua foto wisudanya, ia bahkan meninggalkan rumah di malam sebelum kejadian kecelakaan motornya.

Dimar ingat semuanya.

***

The Death DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang