Sebuah tempat yang pertama kali Agni kunjungi, biasanya memiliki aura yang baru juga. Mereka yang menyadari kekuatan Agni, akan dengan usil mengganggunya.
Kejadian yang sama terjadi ketika Agni kembali ke sekolah setelah insiden kecelakaan yang menimpa keluarganya. Oleh karena itu, ia dianggap aneh.
Masuk SMA bukanlah hal yang menyenangkan bagi Agni. Seberusaha apapun Agni untuk tidak terlihat seperti orang aneh, ia tetap saja tidak bisa melindungi dirinya dari ketakutan saat mereka mengganggu.
Tapi, saat itulah Eiffel muncul.
"Kamu nggak apa-apa?"
Di saat yang sama, Dimar yang sudah melakukan banyak riset tentang Agni, terlambat datang. Dimar tau Agni bisa melihat arwah, Dimar tau Agni tidak gila. Hanya saja, Dimar tidak memiliki kesempatan yang utuh setiap kali ingin melindunginya.
Beberapa bulan berlalu, hingga Dimar sadar kalau ternyata ada ingatan yang tidak utuh, yang selama ini berada di dalam diri Agni. Yaitu tentang dirinya.
Dimar baru sadar ketika ia tak sengaja mendengar Agni berdoa di makan Taufik, ibu, dan ayahnya, bahwa dia bersyukur masih memiliki Eiffel, sahabatnya sejak kecil.
Padahal Dimarlah orangnya, bukan Eiffel.
Kenyataan bahwa Agni menganggap ingatannya tentang teman masa kecil-nya adalah Eiffel membuat Dimar kehilangan kepecayaan dirinya. Terutama saat Dimar sengaja menunggu Agni keluar dari sekolahnya, tapi gadis itu bahkan tidak mengenalinya.
Agni mungkin tidak pernah sadar bahwa Dimar selalu berada di dekatnya. Dimar sebisa mungkin ingin menjadi orang yang pertama kali menolongnya jika Agni membutuhkan bantuan, bukan Eiffel.
Tapi Agni terlalu menyukai Eiffel, sampai Dimar bahkan tidak memiliki kesempatan tersebut.
Dimar merasa dirinya sudah kalah.
***
Siang itu, saat Dimar berpikir ibunya sudah keterlaluan, saat Dimar berpikir bahwa meninggalkan rumah adalah cara terbaik agar dia terbebas dari segala keinginan ibu yang bertentangan dengan keinginannya, ibunya menelepon.
"Pulang, atau ibu nggak akan segan-segan suruh orang untuk hancurin masa SMA Agni!"
Dimar bahkan tidak sempat ganti baju (masih mengenakan setelan khas orang cari kerja), dan melajukan motornya dengan cepat. Hanya ada dua hal yang ada di pikirannya: membuat ibunya berhenti mengancam kehidupan Agni, dan melindungi Agni.
Sampai akhirnya, kecelakaan pun terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Death Day
Short StorySaat teman-temanku melihat ke arah korban kecelakaan, aku melihat seseorang di belakang kerumunan, memandang naas tubuhnya sendiri.