Part 1 - Poor, Dira!

77 13 48
                                    

Hari ini MOS hari kedua, sejak lima menit yang lalu, bel tanda masuk sudah bergema di seluruh koridor. Siswa siswi berseragam putih-biru mulai berlarian menuju kelas masing-masing, tak terkecuali gadis berambut lurus yang setengah bagian bawahnya di cat warna biru toska.

Namanya, Indira Putri.

Gadis itu tengah berlari kecil menuju gerbang sekolah yang sudah ditutup, sambil mengepang rambutnya yang diikat dengan pita berwarna merah. Saat sampai didepan gerbang, gadis itu mulai memohon-mohon supaya diperbolehkan masuk oleh pak satpam, dengan berbagai alasan dan tentunya rayuan Dira, akhirnya gadis itu diperbolehkan masuk.

Dira belum bisa bernafas lega, karena sesungguhnya masih ada kakak osis, yang super galak sedang menantinya saat ini.

"Mampus gue!" gumamnya sesaat setelah ia sampai didepan pintu kelas, yang sudah tertutup rapat, dengan ragu ia mulai mengetuk pintu.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan Kak Dwi dengan wajah kakunya. "Ada apa?" ucap Kak Dwi, seketika atmosfer di sekitarnya berubah menjadi dingin.

"A ... Anu, Kak. Saya kelas ini, maaf terlambat" jawab Dira, sedikit gagap.

"Nama lo siapa?"

"Dira, Kak. Indira Putri"

Kak Dwi menatap Dira tidak suka.
"Ck, masih murid baru aja udah kesiangan," ucap Kak Dwi meremehkan sambil memutar bola matanya, kemudian gadis itu melenggang masuk ke dalam kelas. Memang perkataan Kak Dwi kedengarannya seperti biasa saja, namun bagi Dira itu terdengar sangat menusuk. Ingin sekali rasanya Dira mencolok mata Kakak pendamping gugusnya itu. "Ngapain disitu! Mau masuk enggak!!!" teriak Kak Dwi dari dalam kelas.

Dira tersentak kaget, buru-buru ia masuk ke dalam kelas dan mendudukan bokongnya, di sebelah Mila. Teman sebangkunya yang baru ia kenal sejak kemarin.

"Siapa yang suruh duduk!!" teriak Kak Dwi lagi, seketika suasana kelas menjadi hening tidak ada yang berbicara satu pun bahkan Gani si cowok paling ngeyel di kelas ini, dengan sigap Dira berdiri lagi dari duduknya,

Ah, elah apalagi sih. Gerutunya dalam hati.

"Ayo ikut gue!" titah Kak Dwi kepada Dira. "Kalian semua jangan ribut! Nanti bakal ada pemateri." sambungnya lagi namun ke anak-anak yang lain, kemudian Dira mengekor di belakangnya.

Mila menatap Dira dengan kasihan, tapi gadis itu malah mengacungkan jempolnya dan tersenyum manis, tanda ia baik-baik saja. Sebelum Dira dan Kak Dwi pergi, mereka sempat berpapasan dengan Kak Rizky, pendamping gugus kelas Dira juga.

"Eh, Dwi mau kemana?" tanya Kak Rizky.

"Ini, gue mau ngasih hukuman, dia terlambat masuk!" jawab Kak Dwi, matanya melirik Dira sekilas yang terkesan agak sinis, tapi berbeda saat ia melihat Kak Rizky matanya langsung berubah berbinar senang. Dira berdecih dalam hati. Yaelah, ganjen. Kemudian Dira memilih menjaga jarak dari mereka.

"Gue titip anak-anak Ky, mereka gak ada pendamping."

"Oke sip, tapi gue mau ke ruang TU dulu, katanya ada murid baru lagi. Mungkin dia bakal masuk ke gugus kita" Jelas Kak Rizky,

"Wah, yang bener? Bagus deh kalo gitu!" balas Kak Dwi antusias.

Kemudian keduanya terlibat perbincangan yang cukup membuat Dira bosan. Dira berdehem agak keras, supaya Kak Dwi tidak lupa bahwa ia berada disini sebagai tawanannya. Kak Rizky melirik Dira sebentar, "Hm ... Wi, kayaknya gue harus pergi, duluan ya. Bye!" ucapnya, setelah itu ia melenggang pergi.

Kak Dwi menatap Dira sinis, lagi. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya dengan diikuti Dira di belakang. Dira berpikir, sebegitu tidak sukanya kah Kak Dwi kepada Dira, kalau diperhatikan sejak tadi Kak Dwi terus menatap Dira tidak suka. Seingat Dira, ia tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal kepada Kak Dwi, ya ... Kecuali kejadian kemarin, tapi apa salahnya sih kalau Dira membawa wortel, itu juga kan persyaratan ospek, yang mengharuskan setiap siswa membawa 'si oranye', Dira tau kalau dia salah membawa si oranye ini, yang sebenarnya dimaksud adalah jeruk bukan wortel. Kan masih tetep sama-sama berwarna oranye, jadi Dira tidak salah-salah amat kan?

Tentu saja salah. Karena Kak Dwi takut sama wortel, itu sebabnya kemarin dia gak muncul lagi setelah melihat barang-barang ospek yang di bawa Dira. Haha

Kini, keduanya sudah sampai di ruangan gelap, dari dalam sana tercium bau debu, yang menyengat masuk ke indera penciumannya, Dira yakin ruangan ini pasti sangat berdebu, Dira mengerutkan dahinya 'Kenapa Kak Dwi bawa gue kesini, ya? Jangan-jangan dia mau ngurung gue disini!'. Pikir Dira ngelantur.

Kak Dwi menyalakan saklar lampu di sebelah pintu, hingga akhirnya Dira bisa melihat jelas ruangan luas dihadapanya yang sangat kotor dan berdebu. "Nah, jadi hukuman lo sekarang bersihin semua ruangan ini, Tanpa protes!" tegas Kak Dwi.

Dira mengerjapkan matanya beberapa kali, "Hah! Serius Kak? Cuma sendirian?!" tanya Dira, Kak Dwi mengangguk mantap sambil melipatkan tangannya di dada. Dira menatap ruangan luas di depannya dengan tatapan nanar, ia mulai mengambil sapu dan mulai membersihkan ruangan itu, tentu saja ditemani Kak Dwi yang mengomel-ngomel membuat kepala Dira rasanya mau pecah.

Poor, Dira.

❇❇❇

Are We Strangers ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang