Part 4 - Aneh bin Ajaib

49 7 45
                                    

Di dedikasikan untuk aelevy dan XyZifaNae yang aktif komen di cerita ini. Hope you all enjoy it!

-¦-¦-¦-

Setelah upacara penutupan selesai, para siswa kelas 10 yang sudah mengumpulkan tugas terakhir MOS, diperbolehkan untuk pulang lebih awal. Tentu saja hal itu mendapat sambutan baik dari para murid. Terlebih lagi Dira, setelah mengumpulkan tugasnya, cewek itu langsung melesat pergi meninggalkan area sekolah.

Sedangkan Dhimas sendiri, cowok itu harus terjebak dengan tumpukan buku tugas yang meminta untuk di antarkan ke ruang guru. Dhimas bisa saja tidak menyimpan buku-buku itu ke ruang guru, dan memilih mengabaikannya teronggok begitu saja di kelas. Namun jelas, Dhimas tidak akan sejahat itu dan lagi, bukunya ada diantara tumpukan itu. Maka, mau tidak mau dia harus mengantarkannya. Tentu saja, kalau bukan Dhimas siapa lagi. Sejak lima menit yang lalu kelas sudah kosong dan hanya menyisakan Dhimas seorang diri.

Dhimas membawa buku-buku itu ke ruang guru, di sana banyak murid-murid dari kelas lain yang juga sama mengumpulkan buku tugas. Tapi, Dhimas memilih mengabaikan mereka lalu menyimpan buku yang dibawa nya di atas meja. Setelah selesai dengan urusan nya, buru-buru ia pergi dari sana.

Alsannya simpel, ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan mencoba seperangkat alat game virtual reality, yang baru saja Ayahnya belikan kemarin.

Setelah membayar angkot, Dhimas melanjutkan perjalanan menuju rumahnya dengan berjalan kaki. Sebenarnya Dhimas punya motor, tapi dia memilih untuk naik angkot jika pergi ke sekolah, katanya jarak rumah Dhimas dengan sekolah cukup dekat, jadi untuk apa membawa motor.

Dhimas berjalan dengan santai, kedua tangannya di sembunyikan ke dalam saku celana pendek birunya. Ia melihat-lihat ke sekitar, suasana yang cukup sejuk dibandingkan tempat tinggalnya dulu mungkin Dhimas akan merasa nyaman tinggal disini. Semoga saja, ini adalah terakhir kalinya ia pindah rumah.

Melewati beberapa blok, kemudian Dhimas berbelok menuju rumahnya. Sebelum benar-benar berbelok, Dhimas sempat melihat sesuatu yang bergerak-gerak di dalam parit, dengan rasa penasaran yang tinggi, ia mendekati objek aneh tersebut sedikit mengendap-ngendap.

Saat sudah dekat, Dhimas kaget bukan main sesuatu itu berdiri dan menampilkan muka Dira dengan baju seragam putihnya yang kotor, di dekapnya juga seekor anak kucing yang lebih kotor dari Dira.

"Dira! Lo ngapain disitu?" seru Dhimas.

"Eh, Dhimas! Lo kok disini? Jangan bilang lo tinggal di Blok E?" Bukan nya mejawab gadis itu malah balik bertanya, lalu keluar dari dalam parit dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya yang kotor.

Dhimas mengangguk mengiyakan, "Lo ngapain sih nyungsep-nyungsep ke parit gitu?" tanya nya heran.

Dira melirik anak kucing yang di dekapnya, "tadi gue denger suara anak kucing, ternyata dia ada di dalam parit. Yaudah gue ambil deh, kasian. Gak tega gue, membiarakan anak kucing selucu ini mati dalam parit" jelas Dira.

"Hng, iya juga si. Tapi itu baju sama muka lo kotor, Ra. Kayak gembel tau!"

"Heh, sembarangan lo! Mana ada gembel seimut gue." jawab Dira sambil mengedipkan matanya genit.

Dhimas menatap Dira malas, kenapa gadis di depannya ini punya tingkat kepercayaan diri yang tinggi sekali. "Bodo deh, balik gih. Bentukan lo menghawatirkan Dir"

"Anjir Dhim, mulut lo kejam banget asli. Untung aja gue pintar memaafkan," katanya sambil menggibaskan rambut ombre yang sudah tak di kepang lagi, mirip iklan-iklan sampo.

Rasanya Dhimas menyesal telah berkata seperti itu, tadinya sih ingin menjatuhkan ke-pe-de-an Dira, tapi cewek aneh itu sama sekali tak terpengaruh malah semakin parah.

"Terserah deh,"

Dira terkekeh geli melihat muka jengah Dhimas "Yaudah-yaudah gue pulang, btw, rumah lo sama gue kan deket, boleh dong ya gue main ke rumah lo?"

Lagi-lagi Dhimas terperangah,harusnya yang bertanya seperti itu si cowoknya, tapi ini ... Oke, mungkin Dhimas belum terbiasa dengan sifat-sifat Dira yang aneh bin ajaib ini, jadi harus sabar dalam menghadapinya.

"Harusnya yang nanya gitu tuh cowok lho, Ra"

"Lah, emang apa salahnya? Emansipasi dong"

"Ah, iya-iya serah lo deh. Semerdeka lo aja mau main apa kagak nya" jawab Dhimas akhirnya, karena dia sudah lelah menghadapi Dira yang ada-ada aja jawaban nya.

"Yes! Makasih Dhim, yaudah gue balik dulu ya, Bye Dhimas!" seru Dira,

Kemudian gadis itu melenggang pergi menjauh bersama anak kucing di dekapannya. Dhimas memperhatikan Dira sampai gadis itu hilang di ujung jalan, lalu ia juga memutuskan melanjutkan perjalanannya.

Dhimas tidak mengerti kenapa ia merasa begitu dekat dengan Dira, seperti teman yang sudah lama bersama. Aneh saja, mereka baru berkenalan tadi pagi kenapa bisa seakrab itu.

Jawabannya mungkin karena Dira enak diajak bicara dan tidak gampang tersinggung, malah dia bisa membuat lawan bicara nya mengelus dada berkali-kali.

Satu hal yang bisa Dhimas pastikan sesaat setelah mengenal Dira, cewek itu Aneh bin ajaib.


❇❇❇

Ps: Anggap aja kucingnya kotor, muehehe.

Are We Strangers ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang