Part 7 - Teman

33 3 0
                                    

Dari sejak saat itu Dhimas jadi dekat dengan anak-anak cowok lainnya, terlebih dengan Dion. Entah bagaimana keduanya menjadi lengket layaknya permen karet yang nempel di kursi, kemana-mana mereka selalu bersama dan tentunya mereka sangat kompak.

Iya, kompak dalam hal mengerjai Dira tentunya.

Meskipun kesal, tapi Dira senang. Setidaknya, sekarang Dhimas punya teman, tidak sendiri dan memisahkan diri terus seperti sebelumnya.

Dhimas juga berpikiran sama, bergabung dengan yang lain tidak seburuk yang ia pikirkan. Teman-teman yang kocak dengan karakter berbeda, mungkin sekarang Dhimas sudah bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang aneh yang sangat aneh selain Dira.

Seperti Dion, dia keren, ganteng dan most wanted. Tapi, bagi yang sudah tau dengan kelakuannya ketiga kata tadi itu musnah seketika, pada kenyataannya dia itu tukang ngupil dan alien kelas banget, awalnya Dhimas merasa jijik tapi lama kelamaan Dhimas jadi terbiasa, ya mau bagaimana lagi kan.

Dhimas sempat berpikir, apa memang orang-orang disini seperti itu ya? Maksudnya, sifat-sikap mereka itu freak. Tidak hanya Dira dan Dion, tapi semua teman sekelasnya memang agak special.

Contohnya, Gani, cowok nyentrik itu sering sekali tidak berada di kelas, dia lebih suka berkeluyuran, berpatroli keliling sekolah, tentunya Gani itu bukan anggota PKS. Mungkin ia tidak betah berada di kelas barang sedetik pun, alasanya.. entahlah, yang pasti mengganggu orang lain adalah hobinya. Makannya, dari satu angkatan dialah yang paling terkenal.

Yang kedua, ada Beno. Aduh, kalau bisa dibilang dia itu paling jarang dateng ke sekolah dan sekalinya dateng pasti tidur sepanjang pelajaran. Dhimas bingung dengan Beno, mungkin bagi Beno sekolah ini adalah hotel.

Satu lagi, ada Wiyatha, cowok berkharisma dan terpinter seangkatan. Mungkin tidak ada yang aneh darinya, tapi percaya lah, sikap kalemnya itu tak berfungsi kalau sudah berada di dalam kelas, dia bisa jadi orang terbego sekaligus terpinter secara bersamaan.

Itu baru sebagian, masih banyak tipe-tipe teman sekelas Dhimas yang sikap-sifatnya berbeda tiga ratus enam puluh derajat antara sedang berada di luar kelas dan di dalam kelas. Bahkan perempuannya juga, ya contoh nyatanya adalah manusia langka seperti Dira.

Dhimas menggelengkan kepalanya, mengingat betapa 'uniknya' mereka semua.

Dan ngomong-ngomong soal Dira, hari ini dia tidak masuk. Sepi sih, tapi tetap aja sifat merepotkannya itu tak pernah absen. Sejak semalam cewek aneh itu terus mengirimi Dhimas pesan singkat dan memintanya untuk membuatkan surat ijin tidak masuk, seperti saat ini hp Dhimas terus saja bergetar di sakunya, dengan malas ia pun membuka pesan-pesan dari Dira.

Ting!
Ting!
———————————————
DIRAcun

Dhimazz..
Dhim, jangan lupa buatin gue surat ijin ya, please..^^

Ra, lo udah ngirim chat kayak gini beratus-ratus kali dan dalam tempo perdetik.

Ehehe. Sori, soalnya takut lo lupa dhim, makannya gue ingetin.ฅ'ω'ฅ

Ngerepotin.

Dikit, tar dibawain oleh-oleh dah, eh udah dulu ya.. Bye dhimas^ω^

———————————————

Dasar.

Dhimas hanya membaca balasan Dira,mematikan handphonenya dan mulai menulis surat ijin Dira. "Ck, kenapa gue mau disuruh-suruh si Dira coba!" katanya pada diri sendiri.

"Ngapain Dhim? Surat paan tuh?" tanya Dion yang tiba-tiba sudah berada disamping Dhimas, "Dira? Si Dira gak masuk? Kemana dia?" tanyanya bertubi-tubi.

"Ijin, ada acara keluarga katanya."

"Haha, bagus deh tuh. Tenang hari ini kuping gue" katanya sambil merentangkan kedua tangannya. "btw, lo kok mau disuruh Dira bikinin surat? udah jangan mau, biarin dia di-alfa-in aja sama si Kirana tuh!"

Merasa namanya terpanggil, Kirana yang sedang mengisi agenda kelas pun menengok ke arah Dion dan Dhimas, "Apa nama gue disebut-sebut!" katanya garang.

"Ehehe, enggak Ran" jawab Dion sambil tersenyum getir, "Etdah,Sekertaris disini lebih kejam daripada bendahara euy.." bisik Dion pada Dhimas.

Dhimas terkekeh, sambil menepuk bahu Dion. "Makannya gue bikinin Dira surat, selain dia bisa cerewet, si Kirana juga bakal banyak nannya ke gue. Cari aman ajalah" Ucap Dhimas dan Dion pun mengangguk setuju.

Benar saja, beberapa menit kemudian Kirana menanyakan soal Dira kepada Dhimas. Setelah Dhimas menyerahkan surat yang dibuatnya, barulah Kirana berhenti bertanya.

"Sekertaris paling berdedikasi..." ucap Dion sambil menggelengkan kepalanya takjub.

"Ada-ada aja lo, kuy lah kantin!" ajak Dhimas.

"Kuy!"

Sudah hampir tiga hari, Dira belum juga kembali sekolah. Rasanya aneh, yang biasanya ada suara cempreng Dira yang menyakiti telinga sekarang jadi tidak ada. Tidak, Dion tidak merasa kehilangan si cewek kaleng rombeng itu, atau bahkan merindukannya. Dion menggelengkan kepalanya "Haha, gak mungkin. Yang bener aja, udah gila kali gue!"

Dhimas yang berada disampingnya mengerinyit heran, "Lo kenapa, Yon?" tanyanya.

"Hah, eh. Kaga ngapa-ngapa gue." jawabnya gelagapan.

Dhimas mengangguk ragu saat melihat kelakuan Dion yang seperti itu, "Eh, Yon katanya lo mau nyoba VR gue. Lo ke rumah gue dah hari ini, mumpung baliknya masih siang, gimana?" ajak Dhimas.

"Hm.. Ide bagus! Oke deh"

Seperti biasa, para murid selalu dipulangkan lebih awal, jika saja ada rapat bulanan staf guru. Tentu saja mendapat sambutan yang sangat baik dari siswa-siswi, apalagi Dhimas dan Dion yang sudah berencana akan menghabiskan waktu setengah hari mereka untuk bermain game di rumah Dhimas.

"Rumah lo deket ya, Dhim. Pantes aja lo jarang bawa motor ke sekolah" ucap Dion, sesampainya mereka di depan rumah Dhimas.

"Iyalah, itung-itung ngurangin polusi lah" jawabnya, "Yaudah yuk masuk! Santai aja, anggap rumah sendiri" ajak Dhimas, kemudian meletakan sepatunya di rak.

Setelahnya Dion juga melakukan hal yang sama. Ia juga baru tahu, kalau ternyata Dhimas punya adik perempuan.

❇❇❇❇

AN :

Ehm, Karena jarang update, gue kasih yang sedikit panjang, ehehe.

Sorry ya^^

Are We Strangers ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang