Best dedication for my best classmate
Anhikmah♥♥❤♥♥
Ada satu hal lagi yang paling menyebalkan bagi Dira, selain pelajaran Matematika dan Kimia yang berada dalam satu hari tentunya. Yaitu, pelajaran olahraga yang jadwalnya tepat di siang hari. Bagi makhluk malas seperti Dira olahraga seminggu sekali saja sudah untung, tapi tentu saja tidak begini caranya. Dimana Matahari sedang terik-teriknya kemudian kamu berlari menggiring bola basket di tengah lapangan. Hell, ini penyiksaan namanya. Oke, mungkin Dira sedikit berlebihan, tapi tentu saja olahraga dan panas terik bukan perpaduan yang bagus. Untung saja, Pak Dodi-guru olahraga, berbaik hati menyelesaikan pelajarannya lebih cepat. Masih ada empat puluh lima menit lagi untuk sekedar bersantai sejenak sebelum pelajaran berikutnya dimulai.
"Gila, ini kenapa panas banget ya?" seru Dira sambil mengipas-ngipaskan tangannya kegerahan. Dhimas, Dion, Dira dan juga Mila saat ini tengah berada di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon rindang untuk ngadem dan juga meluruskan kaki sebentar.
"Wajar lah, kan siang hari." sahut Dion.
Dira mendelik malas. "Yeu, bego. Gue juga tau!" sambil menggeplakan botol minuman kosong yang berada di sampingnya.
"Dih, lo jadi cewek ganas amat. Gue kan cuma jawab yang sejujurnya." seru Dion tak terima.
"Ya gak gitu juga, Dion."
"Terus gue harus berbohong gitu?"
"Ya, enggak juga. Tapi jawabnya yang lebih rasional dikit kek."
"Kurang rasional dari mananya ?!"
"Yang wajar lah, alesan lain gitu."
Dhimas menghela napasnya malas. Lagi. Mereka akan mulai beradu mulut lagi. Yang cowok gak mau kalah, yang cewek selalu merasa benar. Gak ada bedanya, keduanya sama saja, sama-sama keras kepala. Haduh, takdir apa yang Dhimas dapat sehingga bersahabat dengan dua orang aneh ini.
"Kayaknya gue harus ngadem di kelas aja deh." Dhimas berujar sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Loh, kenapa Dhim?" tanya Mila.
"Bacot mereka berdua bikin pusing." ucap Dhimas sambil menunjuk Dion dan Dira bergantian. "Panas-panas gini lagi, makin pening aja kepala gue." lanjutnya, kemudian pergi meninggalkan Dira dan Dion yang bersingut dan juga Mila yang terbahak di tempatnya.
Tak lama kemudian Dion juga ikut menyusul Dhimas pergi ke kelas, dan hanya menyisakan Mila dan Dira disana.
"Eh, Ra. Lo kenapa dah hobi banget adu bacot sama si Dion." tanya Mila heran. Karenanya sejak pertama kali Dion dan Dira kenal mereka tak pernah akur, selalu aja ada hal yang di ributkan. Mila jadi penasaran apa alasannya.
Dira memutar bola matanya malas. "Hadeuh, Mil. Lo tau kan, si upil itu tipe cowok yang gimana?"
"Hm, menurut gue dia ganteng dan asik juga orangnya." celetuk Mila polos, yang langsung mendapat tatapan kaget juga tak percaya dari Dira.
"Astagfirullahaladzim. Mil, lo gak lagi ayan kan?" Dira menyentuh dahi Mila namun cepat di tepis cewek itu. "Kenapa lo bisa berpikiran kayak gitu, setelah lo liat dia ngupil sampai lupa dunia, terus upilnya itu dia olesin ke bawah meja? Anjir, gue gak nyangka Mil, sumpah!" ucap Dira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
"Yeu, itu kan menurut gue. Kenyatanya kan emang banyak tuh kakak kelas yang naksir dia. Tapi, kalau urusan kesitu mah, iya juga sih. Muehe"
"Mereka pada gak tau aja dia gimana. Seganteng-gantengnya dia ya Mil, gue mah masih mikir dulu." jawabnya sambil bergidik ngeri
"Haha. Lo se-gak-suka itu ya sama Dion?"
"Gak juga. Cuma kelakuannya itu loh yang ... Aduh, lo musti cuci otak lo beberapa kali kalo mikirin dia." kata Dira. Mendengar hal itu Mila pun tertawa terbahak-bahak.
"Oke-oke, kalau sama Dhimas lo gimana?"
Dira mengerinyit, "gimana apanya?"
"Ya, pendapat lo tentang Dhimas. Gue liat, kalian berdua deket banget. Gue curiga ada apa-apa." Mila memicingkan matanya, membuat Dira sedikit gugup.
"A..apaan si lo? Gue gak ada apa-apa anjir sama dia. Lo tau kan kita emang deket kayak lo sama gue gini aja." jawab Dira.
"Gitu ya. Lo tau gak, akhir-akhir ini gue sering liat Dhimas ngeliat lo dengan pandangan yang gak biasanya."
Dira tertawa setelah mendengar ucapan Mila, memangya bagaimana pandangan Dhimas sebelumnya, jereng? Yang benar saja. "Haha. Aneh-aneh aja lo, Mil."
"Dih, gue serius Dira!" katanya sambil merengut kesal, "Liat aja entar pasti ada sesuatu." Dira hanya menggidikan bahunya tak peduli, kemudian meminum sisa air dari botol Mila.
Saat sedang asik minum, tiba-tiba seseorang menabrak tubuh Dira sehingga cewek itu hampir saja tersedak. Dira sudah siap memaki, namun melihat siapa yang menabraknya ia urungkan. Itu adalah teman sekelasnya, Aisyah.
"Ada apaan Ay?" tanya Mila. Sementara Aisyah terlihat terengah-engah mengatur nafasnya yang memburu.
"Ra, itu ... Itu ... Itu ..." ucapnya gagap membuat Dira gemas sendiri.
"Apaan? Itu apaan? Lo tenang dulu deh, napas dulu napas." titah Dira, Aisyah menuruti kata-kata Dira. Namun, tetap saja wajahnya masih terlihat panik.
"Itu. Si Dhimas berantem sama Gani!" ucap Aisyah lugas.
Dira sempat tak percaya dengan serentetan kalimat yang Aisyah ucapkan. Namun karena beberapa murid yang mulai berlarian membuat Dira yakin, kalau Dhimas beneran lagi berantem. Tanpa pikir panjang lagi, Dira langsung berlari diikuti Mila dan Aisyah di belakangnya.
Benar saja, sesampainya disana Dhimas tengah adu jotos dengan Gani. Disana juga ada Wiyatha, Dion dan yang lainnya. Mereka semua mencoba melerai keduanya namun tetap saja Gani yang terus ngotot dan Dhimas yang emosi membuat mereka susah untuk di lerai.
Dira ikut melerai menahan Dhimas bersama Dion. Wiyatha dan Beno juga memegangi Gani yang sama-sama sudah babak belur. Beberapa saat kemudian Pak Sardi-guru kesiswaan, datang membubarkan kerumunan siswa yang tengah menonton dan membawa Gani serta Dhimas ke ruang konseling.
"Sebenernya mereka berdua kenapa?" tanya Dira kepada Dion, sesaat setelah suasana kembali tenang.
"Gue gak tau, pas gue balik dari kantin sama Beno, mereka berdua udah adu bacot." jawab Dion.
Beno mengangguk mengiyakan. "Iya. Gue gak tau apa penyebabnya."
"Loh, yang tadi itu beneran? Gue kira lagi pada becanda." ucap Wiyatha polos, membuat semua orang yang disana geram dibuatnya.
Dira menggerling malas."Ya ampun Atha, mana ada sih yang becanda sampe berdarah gitu."
"Si Atha emang sedikit bego, maklumin lah, Ra." ucap Dion ikut menimpali.
"Hah! Jadi yang tadi beneran. Waduh, gimana dong si Dhimas sama Gani sekarang?"
"Bodo amat!" ucap Dira dan yang lainnya serempak. Kemudian membubarkan Diri dari sana, meninggalkan Atha dengan wajah bingung penuh tanyanya.
❇❇❇❇
Kepanjangan?
Memang><
Kurang ngefeel?
Lepaskan saja.
Wkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Strangers ?
Короткий рассказPada awalnya kau dan aku menjadi kita, menjalani kisah indah yang hampir terasa sempurna. Namun, waktu terus berjalan hingga semuanya berubah. Kini, kau dan aku tak lagi menjadi kita, melainkan hanya dua orang asing yang saling melupakan. Ini adala...