Di dedikasikan untuk sahabat supernya Dekom, yang sudah lama hidup menjomblo.
melafitri-¦-¦-¦-
Seperti yang dikatakan kemarin, hari ini adalah hari terakhir MOS. Tentu tidak akan ada pemateri yang masuk hari ini, karena seluruh peserta MOS sudah di giring masuk ke dalam lapangan basket indoor untuk menyaksikan eksebisi dari setiap ekstrakulikuler dan mencatat hal-hal penting, sebagai tugas terakhir MOS tahun ini.
Semua gugus sudah berkumpul di lapang basket, mereka duduk di bangku-bangku penonton dengan buku dan pensil di pangkuannya. Di tengah lapangan, MC sudah memulai acaranya sejak lima belas menit yang lalu. Setelah basa-basi panjang, akhirnya eksebisi pertama yang berasal dari eskul PMR dimulai.
Dira merogoh saku roknya mencari sesuatu, namun tak kunjung ia temukan, sedetik kemudian ia menepuk jidatnya pelan. "Astaga, gue lupa bawa pulpen"
Mila yang berada di sampingnya menoleh, "kenapa?"
"gue lupa bawa pulpen," mendengar hal itu, Mila memutar bola matanya malas, sejak mengenal Dira ia tau dua hal tentangnya, cewek itu selalu ceroboh dan freak abis. Dengan tingkat percaya diri yang terlalu tinggi miliknya, Dira sering kali membuat orang lain yang belum mengenalnya lebih jauh, jadi ilfeel karena tingkah anehnya. Begitu pun kesan pertama Mila saat melihat cewek itu. "Kira-kira boleh gak ya izin dulu, buat ngambil pulpen di kelas?" lanjut Dira.
"Boleh kali, asal minta izin dulu sama pendamping gugusnya" jawab Mila.
Dira mengedarkan pandangnnya ke sekeliling, mencari keberadaan Kak Dwi atau Kak Rizky untuk minta izin. Setelah di temukan, Dira bergegas bangun dari duduknya, meninggalkan lapangan. Kemudian ia meminta izin kepada Kak Rizky yang tengah berada di ambang pintu. Tanpa dipersulit, Dira diizikan untuk pergi ke kelas.
Dengan santai, Dira berjalan menyusuri deretan kelas dua belas. Sesekali, dia juga bertemu dengan guru-guru yang melintas, ia hanya membungkuk hormat dan berbalas senyuman. Dira mempercepat langkahnya memasuki kelas, pintu yang tertutup itu, di buka secara kasar oleh Dira hingga terdengar suara bantingan pintu yang beradu dengan tembok bagian dalam, tak tau mengapa ia melakukan itu, yang pasti ia terperangah ketika seseorang mengumpat kaget dari dalam kelas.
"Eh, sori. Gue kira gak ada orang" ucap Dira, kemudian ia melangkah mendekati laki-laki itu dan mengulurkan tangannya. Dira tidak terlalu tau apa yang sedang laki-laki itu lakukan sehingga ia terjatuh di lantai karena ulahnya, "lo gapapa?"
"Okey, gapapa. Cuma kaget doang" jawabnya, kemudian ia berdiri menepuk-nepuk debu yang menempel pada baju dan celananya.
"Hng, lo anak yang baru masuk kemaren kan?" tanya Dira, cowok itu mengangguk mengiyakan. Entah kenapa Dira merasa sangat canggung berbicara dengannya, padahal kalau dengan yang lain biasa aja. Mungkin karena cowok di depannya ini tidak terlalu dekat dengan murid-murid di kelas, jadi dia terkesan pendiam, begitu pikir Dira.
"Oh, iya-iya. Lo ngapain disini? Ngambil pulpen juga kayak gue?" tanya Dira lagi, cowok itu mengangkat buku sekaligus pensil yang di pegangnya.
"Lebih tepat sih, buku sama pulpen" jawabnya. "Mau barengan?" tawarnya.
"Oh, iya boleh. Bentar gue ambil pulpen gue dulu!" sedetik kemudian Dira menyambar pulpennya dari atas meja dan menyusul cowok itu, untuk berjalan beriringan menuju lapang basket.
Selama perjalanan, tidak ada yang berbicara diantara mereka. Bahkan Dira, cewek yang terkenal akan kebawelannya itu malah diam seribu bahasa dengan perasaan canggung yang menguasai sekitarnya. Hingga keheningan berakhir saat cowok itu membuka suara. "Rambut lo di cat ya?" tanya nya. Dira terkesiap sejenak, kemudian menoleh ke arah cowok itu.
"Hng, keliatan ya? Padahal udah gue kepang supaya gak keliatan" jawab Dira. Sengaja Dira melakukan hal itu, supaya tidak ketahuan oleh orang lain kalau rambutnya di cat, sejauh ini triknya itu berhasil pada orang lain, tapi tidak dengan cowok disampingnya ini.
"Keliatan lah, katanya peraturan disini gak boleh pake cat rambut, kenapa masih pake?"
"Gue punya alesan buat hal itu, nanti kalo udah selesai MOS gue itemin lagi deh." jawab Dira. "ngomong-ngomong kita belum kenalan," Dira menjulurkan tangannya ke arah cowok itu yang langsung diterima dengan baik.
Dira berdehem sebentar, "Kenalin nama Gue Dira, kalo lo cadel lo bisa panggi gue Dila, gapapa asal jangan panggil Gila aja. Alamat gue di jalan merdeka, nomor 28 blok G. Kalo mau mampir silahkan, tiap hari juga gue ada di rumah biasanya sih bantu-bantu Mama nanam sayur di belakang atau enggak tidur seharian pas hari libur, hobi gue bernafas, makan,minum sama tidur. Kesan pertama yang orang bilang sih, gue emang freak abis. Tapi percaya deh, gue gak se-freak itu. Gue juga sempet canggung tadi pas ngomong sama lo, kemaren juga kayaknya gue ketahuan liatin lo kan, rasanya muka lo tuh familiar makannya gue liatin lo kayak gitu, gue jadu penasaran. So, nama lo siapa?" Cerocos Dira panjang lebar, sedangkan cowok itu mengerjapkan matanya beberapa kali, tak menyangka dengan apa yang ia dengar barusan. Sepertinya memang benar, cewek itu sangat freak sehingga membuatnya tidak bisa berkata-kata. Hell, perkenalan macam apa ini?, pikirnya.
Dira memiringkan wajahnya, tanda ia menunggu jawab dari mulut cowok di depannya, yang terlihat kelu sekaligus speechless. Tangan keduanya masih bertautan, Dira menggoyangkan tangan mereka sedikit untuk menyita perhatian cowok itu. Alhasil, cowok itu tersadar dari lamunannya, dia tersenyum dan menatap Dira dengan aneh.
"Eh, iya. Kenalin gue Dhimas. Dhimas Nugroho"
❇❇❇

KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Strangers ?
Short StoryPada awalnya kau dan aku menjadi kita, menjalani kisah indah yang hampir terasa sempurna. Namun, waktu terus berjalan hingga semuanya berubah. Kini, kau dan aku tak lagi menjadi kita, melainkan hanya dua orang asing yang saling melupakan. Ini adala...