Dira menghempaskan tubuhnya diatas kursi di sebelah Mila, gadis itu sempat terkesiap sesaat karena kedatangan Dira yang tiba-tiba, lalu ia melirik kearah Dira yang sedang mengibas-ngibaskan tangannya tanda kegerahan. "Gila! Kak Dwi nyiksa gue sumpah," seru Dira heboh.
Mila mengerutkan dahinya heran, "emang lo diapain Kak Dwi?" tanya Mila.
"Gila aja, gue abis di suruh beresin ruang musik yang luas, kotor dan ... sialnya si Kak Dwi ngomel-ngomel mulu. Sumpah kepala gue serasa mau pecah, hadeuh" jengah Dira sambil memutar bola matanya, kemudian ia menenggak minuman dari botol yang ia pegang.
Mila terkikik geli melihat wajah Dira yang kelelahan, pasti hukuman Kak Dwi sangat menguras tenaganya. "Tapi selesai juga kan, terus kenapa lo tadi terlambat?"
"Motor gue mogok tadi pagi, jadi gue terpaksa harus naik angkot dan asal lo tau dari rumah gue ke pangkalan angkot itu jauh. Jadi ya, terlambat deh." jelas Dira yang kemudian kembali menenggak isi botolnya hingga tandas. Sedangkan Mila, gadis itu hanya mangut-mangut mengerti. "Eh, btw, tadi gue denger dari Kak Rizky katanya ada murid baru di kelas, udah ada?" tanya Dira lagi.
"Oh, ada-ada. Tadi pas banget lo pergi terus dia dateng deh sama Kak Rizky"
"Cewek apa cowok ?"
"Kenapa emangnya?"
"Ya nanya aja,"
"Cowok." jawab Mila, sedangkan Dira, gadis itu berseru kecewa. Bukannya apa, tapi dari sejak SMP Dira sangat sulit mendapatkan teman perempuan, rencananya di SMA ini dia akan mencari banyak teman perempuan tapi kenyataannya, kelas Dira kebanyakan cowok.
Beberapa menit kemudian, laki-laki berseragam putih-biru yang celananya pendek memasuki kelas 10.1, diikuti dengan Kak Dwi dan Kak Rizky di belakangnya. Dira memperhatikan pemuda itu berjalan melewatinya, kemudian berhenti dibangku paling ujung, baris kedua dan duduk disana sendirian.
Pandangan Dira terkunci kepada sosok jangkung di sana, wajahnya terasa begitu familiar, tapi tentu saja Dira sama sekali tidak kenal dengan pemuda itu. Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik ke arah Dira sekilas, dengan cepat Dira mengalihkan pandangannya.
'bodoh ... Ngapain si gue!' rutuk Dira dalam hati.
Dira menyenggol Mila dengan sikunya, terlihat gadis itu sedang fokus memperhatikan Kak Dwi yang berbicara di depan, namun tak urung dia mengalihkan perhatiannya kepada Dira. "Apa?"
"Yang di belakang murid baru ya?" bisik Dira. Mila mengangguk mengiyakan, lalu mengalihkan pandangnnya lagi ke arah Kak Dwi. "Kok pake celana pendek ? Mau pamer paha, dia?" lanjutnya lagi, masih berbisik.
"Heh," Mila tersentak kaget, kemudian ia menengok ke arah Dira yang sedang terkikik geli disampingnya. "Yang bener aja, di sekolahnya emang gitu kali, Ra."
Dira terkekeh, "iya deh iya. Lagian lo serius amat. Muka lo jadi aneh tau, kalo lagi serius" ucapnya diiringi tawa.
Mila mendengus, kemudian ia beralih lagi ke Kak Dwi. Ia sedang menjelaskan bahwa besok adalah hari terakhir MOS dan akan ada eksebisi dari setiap ekstra kurikuler. Jadi, semuanya diwajibkan mencatat setiap kegiatan besok sebagai tugas tanda berakhirnya MOS tahun ini, setelah itu barulah akan dilanjutkan dengan melaksanakan upacara penutupan.
Pengumunan selesai, tak lama setelah itu, pemateri berikutnya memasuki kelas dengan menenteng beberapa dokumen. Di sekolah ini sudah tidak melaksanakan MOS yang menyeramkan seperti dulu, yang mewajibkan setiap siswa memakai berbagai atribut aneh dan juga perlakuan senioritas-junioritas, tetapi siswa baru di sini hanya diberi materi tentang pengenalan sekolah dan yang lainnya oleh guru-guru yang bertugas. Siswa-siswi hanya perlu mengenakan pita merah untuk perempuan dan biru untuk laki-laki sebagai tanda bahwa murid tersebut adalah peserta MOS. Makanan yang di bawa pun hanya dijadikan sebagai bekal makan siang mereka. Jadi, peserta MOS hanya tinggal duduk dan mendengarkan penjelasan dari pemateri.
Empat puluh menit berlalu, kegiatan hari ini pun selesai. Dira memasukan buku-bukunya ke dalam tas, kemudian langsung melesat pergi dari kelas sesaat setelah berpamitan kepada Mila.
Memang, Dira itu tipe siswa yang tidak betah jika harus berlama-lama di sekolah. Menurutnya, 'kalau sudah waktunya pulang, ya tinggal pulang mau ngapain lagi di sekolah, belajar juga gurunya udah pada pulang.'
Ya, seperti itulah Dira.
❇❇❇
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Strangers ?
Short StoryPada awalnya kau dan aku menjadi kita, menjalani kisah indah yang hampir terasa sempurna. Namun, waktu terus berjalan hingga semuanya berubah. Kini, kau dan aku tak lagi menjadi kita, melainkan hanya dua orang asing yang saling melupakan. Ini adala...