Part 12 - PORKLAS

17 0 0
                                    

Porklas atau pertandingan olahraga antar kelas selalu menjadi agenda wajib di penghujung semester satu. Setiap kelas akan mengirimkan semua tim olahraga terbaiknya pada kesempatan kali ini. Ada lima cabang olahraga yang dipertandingkan, diantaranya Futsal, Permainan Bola Volly, Bulutangkis, Lari Estafet dan tentu saja Basket.

Pertandingan diselenggarakan selama seminggu sebelum libur semester. Tentu saja membuat para murid antusias. Setelah lama berpusing-pusing dengan lembaran kertas ujian yang membuat mabuk, akhirnya terbebas juga. Itung-itung acara porklas ini euphoria kebebasan setelah ujian lah. Meskipun banyak orang yang terbakar semangatnya, karena terbawa suasana yang begitu penuh dengan persaingan. Bahkan sampai ada yang berkelahi, mungkin karena tidak menerima kekalahan.

Contohnya adalah tim Futsal dari kelas sepuluh satu. Siapa lagi gembongnya kalau bukan Gani and Friends. Sebenarnya, yang salah adalah tim lawan karena tidak mau disalahkan atas pelanggaran yang dilakukannya kepada Dion. Ya, karena Gani adalah Gani, maka terjadilah baku hantam Gani dan Kakak kelas yang menjadi tim lawan itu. Perkelahian keduanya juga cukup membuat satu gor menjadi gaduh, dan teman satu tim Gani, termasuk Dhimas, Beno, Dion, dan Wiyatha jadi ikut sibuk melerai. Meski akhirnya, kegaduhan bisa direndam karena satu tiupan peluit panjang Pak Sanusi. Guru olahraga senior yang paling ditakuti se-SMA.

Beliau bilang, "Berenti dulu berantemnya, lanjutin nanti aja abis selesai acara. Sayang waktu, mahal-mahal bayar gor dipake berantem."

Setelah itu, semuanya kembali normal.

Sebagai murid yang baru satu semester, Dira sangat kagum kepada guru yang satu ini. Bagaimana bisa, dengan serentetan kalimat yang biasa aja, seorang Gani yang buas bisa nurut gitu aja. Wah, the power of Pak Sanusi ini mah.

Pertandingan selesai dengan skor 1:2. Yang dimenangkan tim kelas sepuluh satu. Gol terakhir sebagai penentuan dicetak oleh Dion dengan rentang waktu kurang semenit sebelum akhirnya waktu pertandingan selesai. Tentu saja, disambut sorak riuh penonton di pinggir lapangan. Terlebih kelas sepuluh satu, dimana disana ada toa hidup. Dira.

Meski senang dan sangat berterimakasih kepada Dion. Setelah melihat selebrasi yang ia lakukan membuat Dira kembali sadar dan bergidik ngeri. Bagaimana tidak, dia beberapa kali meniupkan kecupan dari tangannya kepada salah satu penonton di tribune. Itu adalah Kak Tria. Sepertinya hubungan mereka semakin dekat akhir-akhir ini. Syukurlah, Dira bisa dapat PJ nanti. Karena sudah membantu mendekatkan keduanya. Meski dipaksa Dion juga sih.

"Mana minum Gue?"

Seketika perhatian Dira beralih kepada laki-laki jangkung yang sekarang berada didepannya. Keringatnya masih mengucur di pelipis dan tangannya terangkat meminta sesuatu pada Dira.

"Apa? Lo gak nitip minum sama gue, Dhim?" jawab Dira. Mila yang berada disampingnya sedikit menyenggol Dira dengan sikunya. Dira menengok dengan mimik wajah bertanya, yang dijawab Mila dengan ekspresi penuh penekanan tapi tanpa bicara. Tentu saja, Dira yang lemot gak akan mengerti maksud Mila.

"Lama." ucap Dhimas, seraya tangannya terulur mengambil botol minum air mineral yang berada di dekat Dira kemudian meminumnya dengan sekali tenggak. Sontak Dira memekik.

"Dhimas!!! Itu kan minum gue!!!"

"Minta dikit elah, pelit amat anjir." Dhimas menutup kembali botolnya, kemudian dia kembalikan kepada Dira. "Nih!"

"Udah abis kampang!"

"Hehe." Dhimas hanya nyengir kuda, melihat Dira mengerling tajam. Setelah Dira memasukan botol kosongnya kedalam tas, Dhimas langsung menarik tangan Dira "Yaudah, ayo!"

"Ayo? Ayo kemana?" tanya Dira.

"Balik lah, Ra. Lu mau nginep disini?"

"Enggak sih, tapi kan gue mau balik sama Mila."

"Dih, sapa yang mau balik sama lo?" sambar Mila

"Tadi lo bilangkan mau balik sama gue, Mil"

"Kaga ih, udalah sono balik sama Dhimas aja. Lagian rumah kita gak searah."

"Lah, tadikan lo bil..."

"Hadeuh, lama." Dhimas menarik Dira menjauh. "Mil, kita duluan ya!!" teriaknya kemudian. Sementara itu, Mila hanya tertawa geli melihat Dira yang ditarik begitu oleh Dhimas. Bagaimana tidak, Dira  merasa risih dengan tatapan disekitarnya karena mereka berdua berpegangan tangan, namun Dhimas tidak begitu peduli. Meski Dira meronta ingin dilepaskan, Dhimas masih saja menggenggam erat tangan Dira. Menurut Mila mereka berdua itu lucu. Tapi sayang, mereka itu kurang sadar akan perasaan mereka sendiri.

"Etdah, malah gue yang baper." kata Mila. Kemudian ia ikut keluar dari lapangan, menyusul dua sejoli itu.

***

Seminggu telah berakhir. Semua cabang olahraga juga sudah semua dipertandingkan, tinggal menunggu hasilnya. Jum'at ini adalah pengumumannya sekalian dengan pembagian raport dan juga pengumuman libur semester tentunya.

Pembagian raport yang diambil khusus oleh orang tua sudah dilaksanakan tadi pagi. Hasilnya, Wiyatha mendapat peringkat satu di kelas. Tidak heran sih, dia memang pintar. Sedangkan Dhimas dan Dira hanya masuk sepuluh besar.

Siang harinya, seluruh siswa di kumpulkan di lapangan untuk pengumuman hasil pertandingan antar kelas kemarin. Kelas sepuluh satu hanya berhasil menyabet beberapa juara saja. Yaitu, Futsal putra, Bola Volly putri, dan Bola Basket putra. Meski begitu, kegemberiaan dan rasa bangga masih tetap bergelora. Ea.

Dan dalam pengumuman itu juga di beritahukan bahwa libur semester dimulai dari hari esok, yang disambut dengan gembira oleh para siswa.

"Guys, gimana kalo duit hadiahnya kita pake makan-makan? Gimana?" Usul Amel, salah satu temen sekelas Dira.

"Hm, boleh-boleh."
"Iya tuh."
"Boleh juga."
"Iya, setuju-setuju."

"Bener, daripada duitnya dibagiin ke perorangan. Jadi gak seru dong, kan dapetinnya berkelompok masa mau dimakan sendiri, ya ga?" kata Gani.

Beno terkekeh dan mengalungkan tangannya dileher Gani. "Tumben bener, bro?" katanya.

"Besok-besok gue pake peci deh, biar bener terus."

"Eh, tapi gue setuju sama Gani. Sebelum pisah sama pada mau liburan juga." sambung Dira.

"Gue mah, ikut aja dah kalo urusan makan." jawab Fajar.

"Yaudah lah kuy!!" teriak Gani semangat.

"Kuy!!" seru semuanya serentak.

"Tapi bentar, ini mau dimana ya tempatnya?" tanya Wiyatha.

"Lah, iya. Haha." semua berseru.

"Karena gue yang usul, di rumah gue aja. Gimana?"

"Emang gapapa Mel?" tanya Atha.

"Yaelah, kalian tuh kayak siapa aja sama gue. Emak gue pasti bakal seneng nyambut kalian, percaya sama gue!" ucap Amel percaya diri.

Ada benarnya juga sih. Ibunya Amel itu emang baik banget. Mungkin ya, karena beliau cuma punya satu anak doang yaitu, Amel. Makannya kalo ada teman-temannya Amel, beliau seneng gitu, meskipun mereka banyak ngerepotin. Yah, pokoknya base camp anak sepuluh satu itu di rumah Amel.

"Oke. Setuju!"

❇❇❇❇


Notes;

Kepada Mamanya Amel, makasih atas semua kasih sayang dan juga makanannya,hehe. Maaf kita sering banget ngerepotin Mama Amel, suka riweuh-riweuh gajelas terus bubar gitu aja kalo udah pada kenyang,heheheh. Sehat terus ya, Mama Amel. Ily❤

Are We Strangers ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang