3

4K 204 2
                                    

Ku coba buka mata ku saat paparan sinar matahari mulai menembus gorden tipis kamarku. Aku lalu sedikit mengucek mata dan melihat posisi sampingku.

Gadis itu...ya,gadis itu masih tidur yang kali ini dengan posisi menghadap kearah ku.

Ku pandang terus setiap inci wajahnya. Cantik. Manis dan ya....tenang. Saat aku tengah asyiknya menatap bidadari disamping ini, suara telpon ku bunyi.

"Ah..shit..sapa sih."
Aku lalu ambil hp ku di nakas dan melihat nama yang tertera di layar sana. Alex.

"Apa'an Lex..."
"...."
"Iya gue masuk hari ini."
"...."
"Udah cuma tanya itu doank....gila loe."
"....."
"Iya-iya serah loe deh. Bye..."

Dasar Alex gila. Masa dia telpon cuma gara-gara nanyain aku masuk apa enggak,kan sowong banget tuh.

Saat aku akan melihat bidadari lagi, dia ternyata udah buka mata sambil terus menatap ku tepat di manik mata ku.

Aku yang gugup dan salting,langsung aja nyapa dengan spontan dan kres-kres banget.
"Hai....pagi."
"Emm...hhai..pagi juga."

Dia lalu senyum. Oh my God...senyumnya manis bangetdulu dah gitu tambah cantik lagi nih anak. Sementara anak ini ngomong, aku tetep terus melihat muka cantiknya

"Oh iya...makasih buat semalem. Kamu udah nolongin aku."
Aku diem aja dan tetep ngeliat wajahnya sampe dia mulai menggoyang-goyangkan bahuku

"Eh ya...em apa"
"Aku bilang makasih udah nolongin aku."
"Oh...iya-iya masama.

Tanpa menunggu banyak waktu kuajak dia untuk sarapan bersama ku.
Awalnya dia nolak dan memaksa untuk segera pulang. Namun,aku tetap memaksanya dan akhirnya ia mengangguk pasrah.

"Gimana sarapannya?"
Aduohh....garing banget ya pertanyaan yang aku lontarin, tapi biar deh.

"Ya...enak sih sarapannya. Pembantu kamu hebat buatnya."
Dia lalu tersenyum dan melanjutkan sarapannya.

Melihatnya tersenyum darahku kembali berdesir dan wajahku memanas. Oh my God what's happen??

Apa aku suka dia ya? Tapi...bayangan Sella mantanku kembali terlintas saat aku mulai jatuh hati pada si gadis. Oh iya belum tanya nama.

"Oh iya, sapa nama mu?
"Nama ku Rendita. Tapi,panggil Dita aja. Kamu sapa?"
"Aku Deyla. Tapi, panggil Dey aja."
"Ok.

Dia kembali tersenyum dan kulihat tak ada gurat kesedihan yang ada pada sorot matanya. Itu sangat berbeda dengan dia tadi malam.

Seusai sarapan aku nenyuruhnya untuk segera mandi dan mempersiapkan gaun selutut yang kupunya. Walau hanya beberapa.

"Kamu ku antar pulang ya.."
"Emm...nggak usah Dey, makasih."
"Gapapa Dit...ayolah."
"Em......iyy iya makasih ya sekali lagi."
"Ok."

Ku keluarkan sepeda motor ku dan anehnya Dita hanya menatapku tanpa naik ke boncenganku.

"Lho kok bengong Dit."
"Kamu naik Ninja..."
Aku yang bingung dengan penuturannya langsung menjawab dengan tampang polos.

"Nah emank kenapa?"
"Gapapa sih...wkwkwk."
Akhirnya Dita naik ke boncengan dan dengan segera dia langsung melingkarkan tangannya di perutku, membuatku agak tersentak namun tak ku biarkan dia melepasnya.

"Gapapa kan aku peluk kamu Dey..."
"Iya Dit gapapa kok."
"Makasih Dey."
Aku hanya menganggukkan kepala. Sudah banyak sekali Dita mengucap makasih kepadaku.

Jalanan masih terlihat sepi dan aku melajukan sepeda motor dengan kecepatan sedang. Sekitar lima belas mebit kemudian, aku telah sampai di rumah Dita.

I Love My FemmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang