"Yah...kalah lagi gue"
Terdengar keluhan Rian yang tak pandai bermain UNO menyebabkan ia kalah terus dari tadi."Makanya yan..loe tuh harus blajar ama gue kalo mau menang UNO"
Alex merangkul pundak Rian yang kelihatan sangat lesu akibat kalah UNO."Bukannya gue minder kalo kalah UNO ama kalian bedua..tapi"
Aku langsung menyahut perkataan Rian yang terpotong"Tapi apaan yan..."
"Tapi itu Dey...masalahnya kalo kalah harus nraktir temennya minimal 10k."Aku yang mendengar itu langsung tertawa ngakak bersama Alex.
"Oooo..jadi gara-gara itu..."
"Iya Dey..10k kan lumayan tuh buat makan gue."Aku yang mendengar itu langsung ngakak sambil ber high five dengan Alex. Saat sedang tertawa terdengar suara ketukan di pintu.
Kami bertiga saling terdiam dan saling tatap. Kemudian, lima detik setelahnya, meja kami telah bersih dari kartu-kartu UNO yang tadi kita mainkan.
"Masuk..."
Ucapku tenang sambil mengatur nafas dan penampilan agar tetap rapi.Kemudian, terdengar suara kenop pintu diputar dan masuklah wanita paruh baya sambil membawa beberapa lembar kertas dan ku yakin itu adalah lembaran rekam medis.
"Masuk aja bu Dyah."
"Iya dok, ini ada beberapa rekam medis yang dokter harus lihat."
"Engg...iya bu Dyah, makasi ya bu.."Kemudian bu Dyah keluar dari ruangan kami. Wanita paruh baya itu selalu mempunyai kharisma dan yang ada di wajahnya walau sudah tak muda lagi.
....................
"Jadi dok, saya ini terkena penyakit apa?"
Ibu di depanku tampak menunjukkan wajah cemas dengan kerut di dahinyayang tampak dalam."Emm...gini bu, ibu terkena penyakit neuritis."
"Hah...apa itu dok?"
"Neuritis itu adalah kelainan saraf yang disebabkan adanya pukulan, keracunan serta kekurangan vitamin B bu.""Apa sebelumnya ibu perna mengalami sesuatu?"
"Sebelumnya, saya memang perna mengalami pukulan dok. Namun, saya anggap remeh.""Oh..iya bu..iya, ibu harus terapi teratur ya bu,agar penyakit ibu tidak bertambah prah."
"Baik dok terimakasih"
"Sama-sama ibu.."Ibu tersebut lalu tersenyum sambil pamit untuk pulang. Hhhhh.....hari ini pasien memang sedang tidak banyak. Namun, kenapa aku sangat lelah?
Pulang saja langsung deh. Lagian enakan juga dirumah. Ada bang Arga. Eh ngajak bang Arga main PS enak kali ya...
Aku segera melipat jas dokter ku dan menaruhnya di dalam tas ransel hitamku.
"Eh Dey...mau kemana?"
"Langsung pulang gue lex."
"Cepet amat..ga main UNO lagi?"
"Gaya loe selangit yan...main UNO kalah mulu...eh jan lupa besok traktiran 10k"Si Rian langsung cemberut sambil menopang dagunya di kedua telapak tangannya. Aku dan Alex hanya tertawa terbahak melihatnya.
"Ya uda deh...gue balik dulu ya.."
"Ati-ati Dey.."
"Ok makasi ya lex.""Eh bro...jan lesu aja loe nya..gue balik dulu."
"He'em..."Lalu aku pun menepuk bahu si Rian sambil terkikik geli dan langsung keluar ruangan.
Di meja resepsionis, aku juga berpamitan pada bu Dyah dan pegawai lainnya.
Aku mengeluarkan smartphone ku dari saku celana jeans yang ku kenakan, berharap ada notif dari Dita yang akan mengabariku. Namun, nihil.
Aku langsung menghembuskan nafas panjang sambil mengusap kasar wajahku.
Ingin ku biasa saja menghadapi situasi ini. Toh juga Dita bukan sapa-sapa ku kecuali hanya teman.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Femme
Storie d'amoreAku mengaguminya saat wajah cantiknya tersembunyi dibalik mata suramnya.... Aku menyayanginya saat senyum memesona itu menghiasi wajah cantiknya.... Dan aku mencintainya saat aku yakin bahwa aku tak pernah ingin jauh darinya.....