64-Sang Pelayar

54 3 0
                                    

Jika aku sebuah cahaya. Memang bersinar..
Tapi redup. Semacam lentera kehilangan wadahnya. Terpaan hujan hampir memadamkan, tapi begitulah. Jika cahaya padam. Siapa yang menerangi lautan yang dalam? Tak ada pilihan, lebih baik sulit karena menaungi lautan dibanding padam dan malam terpaksa menelan cahaya pantulan bulan dan bintang nan jauh tak tergapai. Menyampaikan pada matahari bahwa kini mereka menggigil dengan ombak yang bertanda kegelisahan. Menelan sejumlah keadaan yang tercipta karena matahari sedang tak singgah. Terpaksa membiarkan angin mendorong keras. Kegundahan yang menyebabkan ombak karena kegelapan tanpa cahaya, di tambah mereka terpaksa terbawa suasana malam dengan jurang dalam di dasar lautan. Di sana, diujung mata, benda yang hampir tak tertangkap mata karena suasana. Timur-barat-timur-barat, dengan kain putih dan bercak merah serta sedikit basah, berbentuk seperti tuan malam di atas sana, berdiri figur lelaki yang sedang mempertahankan nyawa dan eksitensinya d atas lautan. Dan berharap membawa pulang ikan yang di tangkap jaringnya, tanpa raut lelah, sedih, dan sakit saat sampai pada tempatnya singgah. Figur itu berdiri yakin, bahwa istri dan anaknya sedang beselimut malam dingin menunggunya untuk pulang.

CTS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang