Suara petir kembali menggelegar ketika aku sedang berdzikir panjang. Malam ini berbeda dari malam sebelumnya, Makkah yang tandus dengan panas siang 45 derajat dan malam dengan derajat yang lebih rendah ini sedang di naungi langit malam yang terkadang memutih bersamaan dengan petir yang saling bersahutan.
Di tengah ruangan di temani bunyi alam, aku mulai menahan tangis. Meratapi kembali dosa umat yang mengaku hamba-Nya.
Menjadikan sebagai shalat patokan keimanan sudah mulai di lupakan. Aku teringat kembali cerita ibu, di mana ketika pagi hari tidak lagi cerah maka Tuhan sedang marah.
----------
Kamis, 22 Juni 2k17
Lebaran H-2 :)
KAMU SEDANG MEMBACA
CTS [End]
AcakKetika gumpalan awan berkabut menutupi matahari. Ada sebuncah rasa, asa, nestapa, dan kata lainnya. Lelah kata terucap, lelah hati terpendam. Biarkan jemariku bergerak dan akan aku biarkan 'sang ingin tahu' ini mengintip cerita cinta, masa, tinta, d...