Aku tetap fokus pada kegiatanku dengan santai. Membuka aplikasi yang menampilkan foto selfie teman-temanku. Tetap mendengarkan dengan baik pertengkaran tante dan pamanku di depan dapur. Terlihat dari celah pintu dari ruangan tengah ini. Terdengar kembali teriakan tante yang memakkan telinga. Kemudian sayup-sayup aku mendengar tangis paman yang tertahan. Ah aku jengah.
" Ak..u..u hanya membelikan suvenir sebagai bentuk penghormatanku pada kakakku"
"AKU BAHKAN TIDAK PERNAH MEMBERIKAN SUVENIR PADA KELUARGA DI ATAS 100 RIBU!!" teriaknya menjawab.
Aku alihkan perhatian dari keasikan, menatap malas pada keluarga ibu tiriku ini. Aku bangkit dari sofa dan menyusul ke dapur. Memukul pintu dapur dengan penuh emosi, menggertak dan menatap tajam pada tante kurang ajar ini.
"KAMU? TAK PUNYA SOPAN SANTUN! SIAPA KAMU?" teriakan terdengar menyebalkan
" Saya anak dari kedua orang tua saya. Kakak perempuan dari suami anda" santai bersedekap
"TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN! TAHU UMUR!" teriiak lagi.
" Jangan bicara mengenai sopan santun kalau anda sendiri belum berumur. Sekalipun anda adalah ibu presiden kalau ga ada atitude, untuk apa saya bersujud. Bahkan jika anda perempuan termiskin dan termalang tapi tau salah sama benar, jangan pinta saya untuk bahkan memperhatikan. Paras cantik tapi hati ga baik. Apa yang menarik?. Om saya pulang dulu, buang ini tante ke tempat yang bener, kali aja sadar diri betapa banyak dosa daari mulutnya yang berucap. Assalamualaikum"
Keluar dengan hati berdenyut. Dan kaki yang bergetar. Karena baru kali ini aku melawan dan kurang ajar terang"an pada keluarga besar.
----------
Sabtu, 24 Juni 2017
Ah readersnyaa naaik :'))
Loplop♥
KAMU SEDANG MEMBACA
CTS [End]
De TodoKetika gumpalan awan berkabut menutupi matahari. Ada sebuncah rasa, asa, nestapa, dan kata lainnya. Lelah kata terucap, lelah hati terpendam. Biarkan jemariku bergerak dan akan aku biarkan 'sang ingin tahu' ini mengintip cerita cinta, masa, tinta, d...