34. May I ...

681 75 76
                                    

Perpisahan bukan akhir dari segalanya. Namun hanya mengakhiri kisah yang pernah di lalui bersama.

-VMJ-
.
.
.


'Dingin." Keyla memeluk dirinya sendiri ketika dirinya baru saja masuk ke dalam mobil. Keadaannya yang sudah basah kuyup ditambah dengan ac yang masih di hidupkan membuatnya menggigil, bibirnya bergetar.

"Kamu ngapain di sana? Ini udah malam Key." Alex menggeram kesal melihat tingkah Keyla yang benar-benar membuatnya jantungan.

Perempuan itu menelponnya dan mengatakan bahwa dia sedang berada di sebuah taman. Duduk, sendirian membiarkan hujan membasahi tubuhnya, membiarkan dingin menusuk tulangnya.

"Jangan ulangi lagi. Aku khawatir." Ucap Alex pelan. Keadaannya saat ini sama basahnya dengan Keyla. Dia bahkan menggendong paksa perempuan yang tidak mau beranjak dari tempat tersebut. Jika tidak begitu, Alex yakin Keyla tidak akan beranjak dari sana. Dia perempuan yang sangat keras kepala yang pernah Alex temukan.

"Alex ... Dingin." Suaranya bergetar ketika berbicara, tubuhnya pun bergetar hebat karena kedinginan. Bayangkan saja satu jam duduk di bangku salah satu taman di temani hujan.

Alex menoleh, seketika matanya membulat ketika melihat wajah yang sangat pucat itu, bahkan bibirnya sampai membiru.

"Key,"

"Alex ... Dingin."

Alex langsung mematikan ac mobilnya. "Buka bajunya."

"Ka .. mu gila."

Alex mengusap wajahnya kasar. Dia selalu bodoh di saat seperti ini. Dia langsung meraih ujung resleting sweater milik Keyla, lalu membukanya. Menyisakan baju lengan panjang yang digunakan perempuan itu.

"Ini yang buat kamu tambah kedinginan." Kemudian melemparkan sweater tersebut ke belakang. Alex mendekatkan dirinya pada Keyla, mengatur posisi bangku yang tengah didudukinya sedikit berbaring.

"Kamu ngapain?"

"Biar kamu nggak kedinginan." Ucapnya, lalu mengambil posisi di samping Keyla. Tempat yang sudah sempit itu menjadi tambah sempit ketika diisi oleh dua orang.

Keyla merasakan tangan besar yang melingkar di pinggangnya. Alex memeluknya erat dari samping, membenamkan kepala Keyla di dadanya.

"Aku nggak akan berbuat yang aneh-aneh." Ucapnya lalu mempererat pelukannya pada Keyla, menghapus jarak diantara mereka. Mencoba menghangatkan perempuan itu, meski dia tahu keadaan mereka sama-sama basah kuyup.

Keyla sudah tak memikirkan apapun lagi. Yang dia pikirkan adalah bagaimana rasa dingin ini bisa menjadi hangat, dan Alex memberikan kehangatan itu. Mereka tidak memperdulikan keintiman yang mereka ciptakan, Alex menundukkan wajahnya melirik Keyla yang memejamkan matanya. Bibir perempuan itu masih sangat pucat bahkan terlihat membiru. Perlahan, Alex menyentuh dagu Keyla mendongakkan kepalanya.

"Engghh," Keyla melenguh ketika merasakan sentuhan di dagunya. Dia merasa seperti kehilangan kehangatannya. Matanya terbuka pelan, dan ketika matanya terbuka sempurna netra berwarna hitamlah yang pertama kali di lihatnya.

"Masih dingin?"

Keyla mengangguk lemah. Tubuhnya benar-benar tidak kuat lagi, ditambah dia tidak memakan apapun sedari pagi tadi. Semua makanan dia tolak mentah-mentah, dan hanya tergeletak di nakas kamarnya.

Virus Merah Jambu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang