37. Pilihan yang salah?

725 70 136
                                    

Sebuah tangisan bukan semua tentang kesedihan. Dan sebuah tawa bukan semua tentang kebahagiaan.


-VMJ-
.
.
.

Aku tidak tahu jika mencintaimu bisa sesakit ini ...

Berharap balasan namun tak dimengerti ...

Juga jurang yang kutemui ...

Sedalam perasaan yang tak berarti ...

•••

Sammy pernah mendengar bahwa cinta itu tidak harus saling memiliki. Awalnya, dia sangat tidak setuju dengan ungkapan tersebut. Karena cinta harus memiliki. Namun semakin kesini, perlahan Sammy sedikit memahaminya. Seperti pemikirannya saat ini tentang cinta yang tak saling memiliki. Salah satunya karena cinta itu sendirian, tidak ada yang menemani dan tidak berbalas, maka tak bisa saling memiliki. Walau sekuat apapun dia mengusahakannya, namun jika takdir sudah berkata, Sammy bisa apa selain menerima dengan lapang dada.

Niat hati ingin membuat sang Puteri jatuh cinta kepadanya, namun ternyata ada pangeran dari kerajaan lain yang telah mencuri hati sang Puteri. Membuat Sammy melangkahkan kakinya mundur teratur.

Mungkin Sammy memang ditakdirkan menjadi seseorang yang hanya mengisi seperdelapan dari bagian hati yang di miliki Keyla, itu pun jika memang masih ada sisa untuknya. Namun Sammy cukup tahu diri.

"Jadi, udah berapa lama Miss. Nggak peka ini akhirnya lepas masa jombelo?" Sammy jelas berusaha untuk menutupi perasaan nyeri yang tiba-tiba bersarang di hatinya ketika perempuan di hadapannya mengatakan bahwa hatinya sudah di miliki orang lain.

"Gue juga lupa, tepatnya kapan." Keyla terus menatap mata Sammy lamat-lamat, dia mencoba mencari sebuah kebenaran di mata itu. Mata yang selalu berbinar jika berbicara padanya, mata yang selalu membentuk lekukan sabit ketika sedang tersenyum, mata yang selalu cerah ketika bersamanya, namun kini terlihat meredup. Ah, kenapa harus seperti ini? Kenapa hidup selalu dihadapkan dengan dua pilihan.

Sammy tersenyum, berusaha untuk meneguhkan hatinya. "Cowok yang waktu itu, ya? Siapa namanya?" Sammy sedikit mengerutkan keningnya, mencoba mengingat nama laki-laki yang di maksud Keyla.

"Alex," sambar Keyla cepat.

"Ah, iya Alex."

Kemudian hening. Baik Sammy maupun Keyla memilih untuk diam, menyelami pikiran masing-masing.

Sammy memandang lurus ke depan televisi yang tengah menayangkan dua bocah botak asal Malaysia yang biasanya bisa membuat Sammy tertawa. Namun khusus untuk kali ini tidak. Dia sedang tidak ingin tertawa, jika pun iya, yang ada takdir yang sedang menertawakan dirinya.

Seharusnya tadi Sammy tidak mengajukan permainan ini, seharusnya mereka hanya menghabiskan waktu yang mereka punya untuk menonton saja seperti biasanya. Tapi itu semua sudah terlanjur. Yah, memang ini sudah jalannya, bukan.

"Keyla, kata Tante Yasmin dia pulang telat. Ada acara sama-" suara perempuan yang tengah menuruni tangga membuat Keyla dan Sammy langsung menolehkan kepalanya.

"Sama siapa Alena?"

Ya, dia Alena--sepupu Keyla dari ayah. Sejak dua minggu yang lalu, tepatnya saat Papa Keyla meninggal, perempuan itu menginap di sini karena kedua orang tuanya sedang pergi dalam waktu yang cukup lama ke luar negeri. Dan orang tua Alena, menitipkan Alena ke rumah ini.

Virus Merah Jambu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang