Ada orang yang lebih memilih diam, bukan karena dia tidak mau mengatakannya. Dia hanya menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkannya.
-VMJ-
.
.
.Keyla pernah merasakan kehilangan yang membekas teramat dalam. Kehilangan laki-laki yang menjadi cinta pertamanya, laki-laki yang mengenalkan dunia pertama kali dengan suaranya yang bergetar saat membisikan kumandang adzan di telinganya, laki-laki yang pernah membuat kecewa dan juga benci dalam satu waktu. Papa- adalah laki-laki yang tidak akan bisa dia rasakan lagi pelukan hangatnya, atau nasihatnya untuk menjalani hidup karena dunia mereka yang sudah berbeda.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, seperti yang Keyla rasakan ketika dirinya yang tidak ada di saat Papanya membutuhkan. Tapi, jika dirinya terus menyesal juga tidak akan merubah apapun. Papa tidak akan kembali padanya. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menerima semuanya, mengikhlaskan semuanya.
Tapi sepertinya takdir tidak memberikan waktu yang lama untuk dirinya bisa bernapas lega. Karena yang dia rasakan kali ini adalah perasaan takut kehilangan, lagi.
Berlari di lorong dengan suasana yang pernah Keyla rasakan ketika dirinya akan bertemu dengan sang Papa untuk yang terakhir kalinya. Jantungnya berdegup kencang, perasaan itu datang lagi. Membuat segala pikiran buruk kembali menghantuinya.
"Alex kecelakaan, sekarang dia ada di rumah sakit."
"Keadaannya parah banget Key. Sumpah gue nggak kuat ngeliatnya."
Suara Agil terus berdengung di telinganya. Tanpa memperdulikan norma kesopanan yang telah di ajarkan dirumah maupun disekolah, Keyla membuka pintu ruangan dengan kasar.
"Alex,"
💕
"Bosen hidup lo? Pake nyemplung ke parit segala.""Kalau lo bosen, nggak apa-apa. Nyawa lo buat gue aja, biar nyawa gue tambah banyak nanti. Kalau bisa ngalahin nyawa kucing."
Agil terus saja berceloteh tidak memperdulikan Alex yang terus memijat keningnya sesekali meringis. Bukannya tidak peduli, Agil hanya menyayangkan Alex yang menyetir namun dalam keadaan melamun. Bodoh.
"Udah lah Gil, lo nggak liat apa Alex lagi kesakitan gitu. Lo malah buat dia tambah pusing." Ucap Abyan menengahi. Agil mendengus tak terima. Dia berkata seperti itu bukan untuk membuat Alex semakin sakit, tapi untuk menyadarinya. Ingat! Menyadarinya.
"Bodo amat. Gue kayak gini karena gue ... err jijik gue ngomongnya." Agil bergidik ketika dirinya akan mengatakan sesuatu yang menurutnya sangat lebay.
"Sayang gue kan? Gue udah tau." Sela Alex sambil memberikan seringai jahil. "Tapi gue nggak sayang lo Gil. Sori ya."
"Najis lo! Bego."
Lalu Alex tergelak sebentar ketika dirinya merasakan nyeri di perutnya lagi. Nyerinya semakin terasa ketika Alex berusaha untuk bangun.
Sebenarnya Alex baru saja sadar sejak tiga jam yang lalu. Dia bahkan tidak tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit. Dan saat dirinya siuman, hal yang pertama di lihatnya hanyalah langit-langit berwarna putih yang Alex yakin itu bukan kamarnya. Karena warna langit-langit kamarnya yaitu biru. Sampai satu aroma yang sangat dibenci nya, yaitu aroma obat yang begitu menyengat menusuk rongga hidung. Dia sudah tahu, berada dimana dia. Lalu tidak lama kemudian dua orang laki-laki yang sangat dikenalnya datang, dan duduk di salah satu sofa yang disediakan kamar VIP ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/114612771-288-k761687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Virus Merah Jambu | √
Teen Fiction[Dibaca aja dulu siapa tahu jodoh] "Apabila cinta memanggilmu...ikutilah dia, walau jalannya berliku-liku." Love in first sight...kayaknya itu yang di alami oleh seorang pemuda bernama Keanu Alexander. Seorang cowok yang berusaha meyakinkan ga...