41. Thanks,

670 65 68
                                    

Terima orangnya.
Terima juga masa lalu nya.

-KAP-

Keyla menatap sekeliling ruangan yang sejak masuk tadi itu sudah sangat menarik perhatiannya. Harum bunga segar dengan warna-warni yang memanjakan matanya membuat senyumnya tak lepas sedari tadi.

"Kamu mau beli bunga buat siapa?" Keyla menatap Alex yang tengah memilih-milih bunga.

"Buat Mama, hari ini dia ulang tahun." Ucapnya sambil memanggil pelayan dan meminta satu buket bunga matahari.

Keyla mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mama kamu suka bunga matahari ya?"

"Sebenarnya Mama lebih suka mawar merah, tapi sejak Papa kasih bunga matahari Mama jadi lebih suka bunga matahari." Ujar Alex sambil memperhatikan Keyla yang tiba-tiba terlihat sendu.

Seperti sadar akan ucapannya barusan, Alex segera mengalihkan perhatian Keyla. "Kamu suka bunga?"

Keyla menoleh lalu menggeleng pelan. "Nggak lagi, sejak beberapa bulan lalu."

Dengan cepat Alex menggenggam tangan Keyla, menautkan jarinya disela-sela jari kecil perempuan itu. Mencoba menyalurkan kekuatan sebisanya, sampai seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan bunga matahari yang sudah selesai dirangkai.

"Terima kasih, semoga harinya menyenangkan." Ucap pelayan tersebut ketika Alex dan Keyla keluar dari toko.

Alex membuka pintu mobilnya untuk Keyla. "Tunggu bentar ya, ada yang ketinggalan." Keyla mengangguk, dan Alex berlari kecil kembali ke dalam toko bunga.

Keyla menghela napas, lalu menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan mata. Dalam hati dia menghitung hari, kemudian tersadar ketika dia mengingat bahwa hari ini tepat 40 hari Papa nya berpulang.

Hatinya kembali nyeri mengingat sang Papa yang pernah dia sia-siakan, namun dalam diamnya Papa nya justru selalu menjaganya dari jauh. Papa selalu mengorbankan apapun untuknya dan keluarganya untuk tetap bahagia meski dia sendiri terluka.

Keyla merasa jadi anak yang sangat durhaka. Bisa-bisanya dia hidup dengan segala kecukupan sementara Papanya sengsara karena jauh dari keluarga.

Sesak terasa menghimpit dadanya, Keyla memukul dadanya berharap rasa sesak itu hilang. Lagi-lagi dia seperti ini. Keyla tidak mau seperti ini terus, karena jika dia terus saja menangis itu hanya akan menyulitkan Papa di sana. Karena setetes air mata keluarga Seperti percikan api yang dilemparkan kepada yang telah tiada.

"Bunga buat-, loh, kamu kenapa nangis? Aku kelamaan ya?" Alex yang baru saja kembali dengan satu buket mawar biru di tangannya terkejut melihat Keyla yang tengah menangis, namun seperti di tahan.

Alex menaruh bunga itu di jok belakang lalu menarik Keyla ke pelukannya, mengelus lembut rambut Keyla yang tergerai.

"Bisa nggak sebelum ke Mama kamu, kita ke tempat Papa?" Ucap Keyla lirih. Dia masih bersandar di dada Alex, menemukan kenyamanan di sana.

Alex mengerutkan keningnya dalam. "Sekarang 40 harinya Papa, aku mau ke sana, bentar aja. Boleh kan?" Keyla mengurai pelukan lalu menatap Alex dengan tatapan memohon.

Mengulurkan tangan menghapus jejak air mata perempuannya, Alex mengangguk mantap lalu tersenyum simpul. "Anything for you."

Virus Merah Jambu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang