43. Jangan sekarang.

618 64 74
                                    

Terkadang sekecil apapun hal yang kita lakukan, bisa sangat berarti bagi orang lain.

•••

"Lo sakit, tapi kok tetap cantik ya Key?"

Sedetik setelah Agil berucap, sebuah pukulan mampir di kepalanya. Tanpa menoleh pun dia sudah tahu siapa yang memukulnya dengan brutal barusan.

"Gombalan lo nggak mempan buat pacar gue!" Sindir Alex yang membuat Agil mendengus keras.

"Gue nggak gombal, kampret! Itu fakta. Iya kan Key?" Agil melirik Keyla dengan tampang sok imut dan itu sungguh membuat teman-temannya ingin menendangnya sekarang juga.

"Bukan temen gue ya!" Ujar Rengga sambil mengibaskan tangannya cepat.

"Gue juga nggak punya temen begitu. Ih," bergidik ngeri, Abyan segera menjauh seakan Agil punya penyakit menular.

"Ah, kampret lu pada! Tinggal pulang nih?" Ancam Agil. Pasalnya mereka kesini menggunakan mobil Agil, jadi dia bisa dong sekali-kali berbuat semena-mena?

"Pulang sana, gue sih nanti tinggal pesen grab sampe deh ke rumah." Sahut Rengga.

Agil mencebikkan bibirnya kesal, memang bicara dengan mereka hanya membuat Agil selalu kalah.

"Sstttt, berisik!" Seorang suster yang sedang memeriksa keadaan Keyla menegur ke tiga laki-laki yang sedari tadi tak henti berkoar itu.

Mendengar teguran tersebut, Agil, Abyan dan Rengga segera diam dan merapat.

"Cantik-cantik galak." Bisik Rengga sambil sesekali melirik suster tersebut.

"Nggak apa-apa galak, makin seksi kok."

"Bejo lu ya?" Abyan menyenggol bahu Agil yang tatapannya terpaku pada satu titik.

"Elah, dikit. Suruh siapa dia pake baju yang pas di badan gitu, mana gede banget lagi."

"Apanya yang gede?" Sahut Rengga antusias.

"Itu nya," ucap Agil ambigu.

"Apanya kampret?" Abyan memutar matanya sambil menggeram. Kesal karena Agil tak langsung pada inti.

"Itu, yang di atas."

"Anjing! Apaan sih Gil?"

"Hidungnya!"

Sontak tawa mereka bertiga pecah. Mereka lupa bahwa baru saja mereka di tegur oleh suster yang sedang mereka tertawa kan.

Sebenarnya Agil hanya kesal, dia tahu bahwa di rumah sakit tidak boleh berisik, namun suster tersebut sedikit berlebihan karena mereka tadi hanya berbicara biasa saja bukannya tertawa seperti sekarang.

Dan yang namanya anak muda, sangat suka yang namanya pemberontakan, beginilah jadinya.

"Hey, berisik!" Teriak suster itu untuk kali ketiga karena baik Agil, Abyan maupun Rengga tak juga menghentikan tawa mereka.

"Kalian tidak mengerti bahasa Indonesia ya?" Geram si suster.

"Sepertinya suster yang tidak mengerti bahasa Indonesia. Karena suster barusan mengatakan 'berisik' dengan tanda seru." Ucap Agil dengan seringaian puas di sudut bibirnya.

Virus Merah Jambu | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang