Chapter 12

355 28 0
                                    


Impian dan cinta akan saling memberi satu dengan yang lain, serupa dengan apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam dan yang dilakukan bulan ketika mendekati...
~Kahlil Gibran

------------------------

Dinginya angin malam menusuk hingga kedalan seluruh rongga dada. Jalanan yg mulai sepi menandakan malam semakin larut. Ia melirik sebuah Arloji yg melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 21.00 WIB.

Hazel masih berdiri didepan pelataran Rumah Sakit sehabis mengunjungi Dady nya yg tak kunjung bangun dari koma. Masih terdiam sambil sesekali mengusap lengannya, yg hanya berbalut jaket levis.

Tampak dari jauh terdapat sebuah sinar mobil yg menuju kearahnya. Mobil itu tiba-tiba berhenti di depan tempat ia berdiri. Ia menangkap seorang gadis yg mengemudikan nya, gadis bermata biru yg juga merupakan teman sekolahnya.

"Hai" sapanya pada Hazel menampilkan senyum manisnya. Hazel membungkuk kan badan pertanda membalas sapaan nya.

"Sedang apa kamu malam-malam berada disini?" Tanya gadis itu turun dari mobilnya dan berdiri didepan Hazel.

"Oh aku sedang mengunjungi saudaraku yg sedang sakit"

"Lalu kenapa belum pulang, ini sudah larut malam loh. Jalanan sudah sepi, apa supirmu tidak menjemput?" Dalam hati. Hazel mendengus kesal menanggapi gadis ini, Ck. Sudah cerewet, banyak tanya lagi!. Pikirnya kesal dalam hati.

"Aku sedang menunggu taksi, supirku sedang ada masalah diperjalanan"

"Kalau begitu maukah kamu kuantar?" Tawarnya pada Hazel.

"Oh tid- dak perlu terima kasih, aku bisa menunggu Taksi saja"

"Sudah jam segini mana ada Taksi yg lewat, ayolah lagi pula aku aku ingin mengelilingi kota Jakarta di malam hari"

"Tap-"

"Sudahlah kau tidak boleh menolak, mulai sekarang kau adalah temanku. Dan aku tak menerima penolakan!" Ucapanya kemudian menarik tangan Hazel untuk masuk kedalam mobilnya.

"Aku pernah melihatmu bersama Leo. Apakah kalian sangat dekat?" Tanya gadis itu sembari memegang kemudinya.

"Kami sudah bersahabat sejak kecil" Hazel sedikit kesal rupanya ketika gadis itu menanyakan Leo.

"Oh, ku kira kalian memiliki hubungan" balasnya santai lalu melanutkan kegiatan menyetirnya.

Mobil yg mereka tumpangi mendarat tepat didepan sebuah rumah mewah bergaya modern. Hazel pun membuka pintunya dan segera turun dari mobil.

"Terima kasih sudah mengantarkanku, selamat malam"

"Eh tunggu" Hazel tak jadi berbalik badan. Ia menyeringit heran menatap gadis itu yg kini berada didepannya.

"Kita belum berkenalan, kita kan teman sekarang masak aku tidak tau namamu. Perkenalkan namaku Indira" ucap gadis itu sembari mengulurkan tangannya.

"Hazel" balas Hazel menyambut uluran tangan Indira.

"Kuharap kita bisa bertemu kembali, selamat malam" katanya kemudian berjalan memasuki rumahnya.

Hazel hanya mampu menghela nafas sambil memandangi mobil Indira yg mulai meninggalkan pelataran rumahnya. Ia pun segera memasuki rumah.

~¤Hazel¤~

Suara teriakan dua orang lelaki memenuhi seisi rumah. Padahal, kedua orang lelaki itu hanya beradu main Ps sambil menelantarkan kulit kacang berserakan dilantai.

Seorang wanita paruh baya hanya mampu menggeleng kepala melihat kedua putranya yg selalu membuat kerusuhan dirumah. Tak habis pikir dengan kelakuan mereka, sebenarnya sang adik itu anak yg pendiam ketika berada di Milan dulu. Mungkin dia terkena hasutan dari sang Kakak, sehingga membuatnya ketularan tengil seperti itu.

Hari minggu di siang hari mereka habiskan di dalam rumah, sembari bermain Ps.
Yaps, seperti yg kalian fikirkan mereķa kembar ganteng yg banyak di idamkan para wanita. Leo dan Virgo.

"Woo kalah lu cuy, lagian main letoy amat" ledek Leo ketika berhasil memenangkan game yg sedari mereka mainkan.

"Ye lo mainnya curang" balas Virgo sepertinya tak mengakui kekalahannya.

"Curang dari mana coba, orang kita main fayr kok. Lo nya aja yg letoy main ginian aja nggak bisa. Bisanya cuma main boneka sih lo" Leo berkata seperti itu, Memang Virgo memliki sebuah boneka dg tokoh Emmo  yg selalu ia dekap sepanjang malam. Kebiasaannyà sejak kecil, Virgo tak bisa tidur tanpa Emmo kesayangan nya itu. Bahkan selama di Milan dia juga seperti itu. Cem anak kecil saja!            

"Sudah-sudah kalian tu bisanya cuma buat Mama pusing. Gini nih kalo punya anak laki! Udah mendingan kalian berdua cuci tangan terus makan. Makanannya sudah Mama siapkan" Omel Mama Ina seperti menasehati seorang anak Sd pada mereka. Setelah ia pergi, Leo dg gaya tengil nya menirukan gaya bicara Mamanya yg tadi mengomel.

"Tu liat Mak lu tuh bisanya ngomel mulu! Rempong banget dah"

Pletakk

"Ishh itu juga Mak lo curut" ucapnya sambil menjitak kepala Leo yg seenaknya bicara.

Dengan wajah datar, Virgo bergegas pergi menuju ruang makan diikuti Leo yg tertawa renyah dibelakangnya

Tubuhnya yg kecil membuatnya melompat-lopat didepan rak buku. Hazel bermaksud mengambil buku yg terletak dibagian atas, namun tak kunjung dapat.

Happ

Sebuah tangan kekar mengambilnya dari jangkauan Hazel. Seketika matanya melotot sempurna melihat siapa yg mengambil buku itu.

"Ini" ucap orang itu sambil menyerahkan sebuah buku yg Hazel yg sedari tadi Hazel incar pada Hazel.

"Lain kali minta tolong kalau nggak bisa"

"Ma- kassih Kak" sahutnya dg gugup hanya mampu menunduk.

"Gue pergi dulu" ucap cowok itu langsung melenggang pergi dari hadapannya.

Sementara Hazel hanya terpaku melihat kepergian cowok itu. Sang Ketua Osis bekulit sawo matang yg  menjadi idolanya.

"Honey hari ini kita jadi pergi kan" ucap seorang gadis centil berdandan menor, yang kini tengah bergelayut manja dilengan Leo di koridor.

Mohon dimaklum! Penyakit Playboy dari seorang Leo masih sulit disembuhkan.

"Jadi dong" balasnya sambil mengusap lembut rambut gadis itu. Sikapnya kali ini mampu membuat pipi gadis itu merona menerima perlakuan Playboy Cap kaki tiga seperti Leo. Para siswi memandang siñis kearah gadis yg berada disamping Leo. Namun, Apa perdulinya? Memangnya dia punya urat malu?

Sementara sepasang mata coklat berkilauan menatap jengah kedua orang itu. Pemandangan seperti ini memang kerap dilihatnya sejak dulu.

"Lama-lama gue jengah ngeliat kelakuannya, nyesel banget gue punya sodara kaya gitu" ucap seseoràng disamping Hazel membuatnya menoleh.

"Lo baru tau kan kelakuannya, gue juga nggak tau kenapa dia jadi kayak gini sekarang. Dia bukan Leo yg gue kenal dulu" sahutnya seketika menerawang jauh pada masa kecilnya bersama Leo tempo lalu.

"Gue harap dia bisa berubah"

"Dan gue yakin, cuma lo yg bisa ngerubahnya kayak dulu lagi Zel"


-------------------

Jangan lupain Vote ment nya guys.. 😊

Hazel 'TERSEDIA VERSI CETAK'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang