PROLOG

159 22 4
                                    

1.
-Prolog-

Emily sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah sambil mendengarkan musik lewat headset yang ia pasang ke ponselnya. Kali ini lagu yang ia dengarkan berjudul “Bila aku jatuh cinta” dari Nidji. Ya, Emily suka sekali dengan Nidji, salah satu band Indonesia favoritnya adalah Nidji. Lirik-lirik lagu yang mudah dimengerti dan enak didengar oleh hampir semua kalangan merupakan salah satu alasan Emily menyukai Nidji.

“… Bila aku jatuh cinta, aku mendengar nyanyian,
Seribu dewa dewi cinta, menggema dunia.
Bila aku jatuh cinta, aku melihat matahari.
Kan datang padaku, dan memelukku dengan sayang …”

Ia menikmati lagu tersebut dengan tersenyum dan sambil menggoreskan pensil di atas kertas buku sketsanya. Di setiap jam istirahat pertama Emily sering menghabiskan waktu untuk membuat sketsa, entah itu sketsa hewan, pemandangan, orang, pakaian, atau bahkan yang abstrak sekalipun. Kali ini ia sedang membuat sketsa dirinya sendiri yang sedang berangkulan dengan kelima sahabatnya.

Sketsa ini masih berupa guratan yang belum sempurna. Emily berhenti sejenak dan memikirkan sesuatu.

“Hmm, kayaknya gue nggak segendut ini deh. Eh, tapi kayaknya akhir-akhir ini gue emang gendutan sih. Yaudah lah gini aja.” Emily berbicara pada dirinya sendiri dan lalu melanjutkan kembali membuat sketsanya.

“WOOOYY!!” suara keras yang lebih tepatnya disebut teriakan beramai-ramai ini mengagetkan Emily.

“Gila! Parah! Sumpah! Kalian tuh yah kerjaannya ngagetin mulu, nggak ada kerjaan yang lain apa?! Untung aja jantung gue sehat.” Protes Emily kepada kelima cowok yang ia sebut sebagai sahabat. Ia langsung menutup buku sketsanya.

“Lha! Kerjaan kita mah sekolah bukannya ngagetin.” kata Abang sambil duduk di samping kiri Emily.

“Yoi Bro! mana ada kerjaan ngagetin. Emangnya Emily sayang kaget banget yah?” balas Dimas dengan gaya manjanya ke bahu kanan Emily.

“Najong banget gue punya temen macem loe!” Emily langsung mengenyahkan kepala Dimas dari bahunya. Dimas langsung manyun dan merapikan rambutnya.

“Emang, gue juga enek banget lihat tingkah laku si Dimas tiap hari. Bikin muntah.” Kata Aldi yang duduk di sebelah Abang.

“Nih yoghurtnya, spesial rasa leci seperti biasanya.” Kata Ojan dari belakang Emily sambil menyodorkan yoghurt ke Emily. Emily langsung menoleh ke belakang dan mengambil yoghurt botolan dari tangan Ojan.

“Thanks Jan, tapi kalo seperti biasanya sih namanya bukan spesial.” Kata Emily sambil membuka tutup botol yoghurtnya.

“Hehehe, ya udah, nanti ganti deh sama strawberry.” Jawab Ojan yang langsung duduk di belakang Emily.

“Emily kan nggak suka strawberry Jan. Yang ada nanti dia malah muntah-muntah lagi.” Kini giliran Candra yang berbicara dan langsung diiyakan oleh Emily.

“Justru karena spesial makanya bisa bikin muntah-muntah, bener kan gue Jan?” kata Aldi dengan senyum nakalnya.

“Hahahaha, yoi Brooo. Kali-kali kan jahilin si kuda poni ini, hahahha.” Kata Ojan sambil mengacak-acak rambut Emily dari belakang dan langsung berdiri takut-takut si kuda poni berubah jadi singa.

“Ojaaann!! poni gueeeee.” Emily murka sambil teriak kencang. Yang lain hanya ikutan tertawa melihat Emily yang sedang kesal karena Ojan.

-ASMARA KUDA PONI-

Asmara Kuda PoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang