Ah, dia lagi

89 8 3
                                    

Selalu dan selalu saja menulis tentangnya. Menceritakan pada kalian perihal dia dari kejauhan. Persis, tampak seperti sebuah kebodohan akan harapan yang tak kunjung aku miliki.

Aku mencintainya bukan sebuah kesalahan, namun hanya fakta yang bermasalahkan ketidakmungkinan untuk dimiliki lagi. Dan solusinya adalah melupakan.

Ada begitu banyak proses yang kulalui untuk bisa benar-benar menghapusnya dari hati, tapi nyatanya aku masih saja kalah dengan kehadirannya yang sering kali tiba-tiba mengisi.

Ada begitu banyak semangat dari kalian agar aku bisa mengontrol hati menjadi biasa saja dihadapannya, namun sayang, aku masih saja kalah dan akan terus kalah.

Tapi, dia memanglah kelemahan terbesarku, aku harus segera menjauhkannya dari pikiran-pikiran yang ada dikepalaku. Kekacauan yang diciptakannya bukan hal yang mudah untuk dilupakan, dan tentunya tidak sesederhana menyelesaikan rumus fisika.

Sugesti untuk melupakannya saja ternyata tidaklah cukup. Butuh niat dan waktu.

Saat ini, aku lebih menikmati hari untuk diriku sendiri. Karena akan ada saatnya giliranku melangkah maju dan membiarkan semua yang berlalu menjadi biasa saja.

Namun aku tidak segila itu, mendoakanmu untuk semua hal yang kulalui ini berbalik padamu.

Karena pada akhirnya yang ada dihati akan kalah dengan yang datang secara tiba mengikrar janji suci untuk selamanya.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang