4 tahun berlalu, dan aku baru menyadari. Ini bukan lagi tentang kami, tapi ini tentang aku dan cinta sepihak yang begitu nyata.
Kemana saja aku? Mengapa baru mengerti bahwa ini adalah rasa yang bertepuk sebelah tangan.
Tak cukupkah kode dari semesta yang selama ini telah ditunjukkan bahwa dia bukanlah orang yang tepat?
Apa yang salah dengan diri ini? Mengapa seketika menjadi buta karena pesonanya?4 tahun bukanlah waktu yang cepat, sangat sangat lama untukku melewatinya. Siapa yang baik-baik saja menyembuhkan luka dengan kesendirian?
Tentu, ada banyak "aku" diluar sana mengalami fase yang sama. Hanya saja tingkat ketegaran yang dialami berbeda-beda.Aneh memang, dengan mudahnya kuikuti begitu saja semua permainan tarik-ulurnya. Kadang ingin menyerah, kadang juga tak jera untuk terus bertahan.
Tak terhitung, sudah berapa banyak hati yang datang untuk kulewati, namun selalu saja masih tersimpan satu ruang untuknya.
Caranya membuatku merasa nyaman, seolah meyakinkanku bahwa kami adalah saling.
Nyatanya, hanya akulah yang paling. Sedangkan dia? Merasakan perasaan yang sama denganku saja sepertinya tidak mungkin.Ada-ada saja aku,
Selama 4 tahun berkhayal dicintai olehnya.Kini, apa aku boleh tertawa saat mengingat pernah mempunyai rasa sekonyol itu?
Cemburu pada orang-orang yang berada didekatnya,
Marah saat tak ada kabar darinya,
Bahagia saat mendengarkan rekaman suaranya,
Rindu saat kami dipisahkan oleh jarak,
Memberi pundakku saat dia lelah menghadapi dunianya,
Selalu berusaha ada untuknya, sekalipun pengorbanan yang dilakukannya hanya sebatas menghargai perasaanku.Namun tak lupa kuucapkan terimakasih padanya, karena telah berpura-pura untuk mencintaiku.
Bagiku kini dia lebih dari sebuah pisau. Yang menusuk dan menancap lebih dalam, perlahan namun mematikan.