Hei tahu apa? Perihal hati, aku tak pernah salah dalam menebak cuaca yang pamit. Akhirnya dia pergi.
Layaknya sebuah cermin pecah , tiap kepingan berpencar tak karuan, persis serupa dengan hati yang hancur-remuk pasca dia buang dikejauhan.Ah sudahlah, kadang aku berpikir untuk apa berlama-lama menunggu. Pada hakikatnya dia tidak akan datang kembali. Aku percaya, suatu hari nanti segalanya akan berbeda.
Tentu saja, pada akhirnya aku akan pulang pada kesendirian. Kesendirian yang mengajarkanku pada sebuah kesunyian, yang kelam.
Tunggu, tapi kali ini tak begitu. Ada seseorang yang menemaniku dalam kesunyian ini. Tidak seseorang, ada banyak orang yang menemaniku. Namun seseorang itulah yang menurutku berbeda, ketulusan yang diberikannya tampak begitu jelas.Diam-diam aku mencoba memahami getaran dari jantungnya, seseorang yang baru.
Aku merasa seolah perasaanku sedang cerah, padahal tidak ada sesuatu yang begitu menyenangkan.
Apa karena seseorang itu?Awalnya aku tidak tertarik, sama sekali. Namun semakin lama seseorang itu terus berusaha menjadi yang selalu ada buatku.
Selalu ada dibelakangku saat aku membutuhkan motivasi, selalu ada pundaknya saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar, selalu ada waktunya saat aku membutuhkan teman bercerita, selalu ada tawanya saat aku sedang menangis, dan selalu ada hatinya untuk menghapus air mataku. Seseorang yang satu ini tak membangun harapan-harapanku hanya untuk membiarkan semuanya hancur berkeping-keping.Seseorang yang selalu ada, aku tak ingin menyakitinya.
Yang membuatku kagum, seseorang itu terus berusaha mengobati luka ini tanpa kuminta. Ia tahu bagaimana cara mengembalikan senyumku yang hilang. Kedewasaannya dalam menghadapiku membuat aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung didunia ini.
Tapi, apa kalian pernah merasa? Kebahagiaan yang diberikan seseorang mencintai kalian berbeda dengan kebahagiaan yang diberikan seseorang kalian cintai. Kalian memang bahagia, namun disisi lain kalian masih merasakan kekosongan hati yang begitu dalam.Tetap saja ada hal yang menyedihkan, yaitu ketika aku tidak bisa membuka pintu hati ini.
Mungkin kalian akan menganggap orang itu sebagai pelarianku, namun kenyataannya tidak begitu. Persepsi kalian jelas salah, bukankah cinta takbisa dipaksa? Menurutku, semua hanya soal waktu.
Namun seseorang itu, aku sudah menganggapnya sebagai sahabatku sendiri, entah nanti akan berubah atau tidak yang jelas aku tak ingin menyakitinya.Teruntuk kau, seseorang yang baru
terimakasih telah pernah hadir, membuatku mengerti akan sia-sianya perihal menunggu yang tak pasti.