Cepet juga tembus 400 nya. Wkwkwk pdhl mau update bsk jd hrs hari ini deh. Gpp lah. Makasih ya udh vomment di chap kemarin...
Ternyata ga gua doang yg geli ama Sehun brewok. Ngakak.
Happy reading ^^
***
Tetap membuat sarapan seperti biasa, Soojung memilih untuk mengantarkan makanan Hunso ke kamar Hunso. Dibukanya pintu kamar itu, menampakkan seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang meringkuk di samping ranjangnya dan terisak tanpa suara.
Tubuh kecilnya bergetar, dengan kedua tangan menutupi mulutnya sendiri, berusaha tidak bersuara.
Soojung mematung di tempat. Sudah berapa lama anak ini bersikap seperti ini? Satu tahun kah? Dua tahun kah? Atau mungkin sejak awal dirinya sadar sang ayah tidak akan pernah bisa dekat dengannya?
Soojung tidak habis pikir dengan Sehun yang tega-teganya mengabaikan putranya seperti ini. Pria itu harus di beri pengertian bahwa membesarkan bocah tidak hanya perlu uang tapi juga perhatian dan waktu. Ck masa Soojung yang tidak berpengalaman lebih mengerti?
Soojung meletakkan nampan di meja belajar Hunso, membuat bocah itu menyadari ada seseorang di kamarnya. Dia langsung marah karena terpergok tengah menangis lagi.
“Sudah kubilang noona tidak boleh masuk kan?!?” pekik Hunso marah. Anak itu menolak melihat Soojung dan hanya berteriak pada udara. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya dengan menunduk di lututnya.
Soojung mendekat dan memeluk Hunso. mengelus kepala anak itu, berusaha memberi pengertian padanya.
“Aku tahu kau marah. Aku juga. Bahkan aku ingin memukul appa mu sekarang.” Ucap Soojung lalu terdiam sebentar, mencoba menahan agar air matanya tidak terjatuh.
“Kau ingat janji appa mu? Dia akan menerima pembalasannya kalau ingkar janji lagi. Aku janji semuanya akan membaik. Jangan menangis dan bertahanlah sekali lagi. Kali ini demi aku, bisa?” tanya Soojung lembut.
Hunso masih terdiam, tapi Soojung tahu anak itu mendengarnya. Karena meskipun dia tidak menjawab, tangisannya sudah mereda.
“Di dapur ada ember. Sekantung terigu, dan tali tambang kecil. Pikirkan apa yang ingin kau buat untuk membalasnya. Aku pergi sebentar. Saat pulang, katakan padaku, aku yang akan merakitnya. Oya, kau makan dulu ya...” ucap Soojung lagi sambil menunjuk makanan Hunso. Gadis itu juga akan membiarkan saja Hunso melampiaskan kekesalannya dengan menjahili Sehun. Ck biar tahu rasa pria itu.
Hunso berdiri, mengusap air mata dan ingusnya dengan tangan, lalu mengambil sarapannya.
Soojung mengelus rambut anak itu sekali lagi sebelum mencari Im Ahjussi dan meminta pria tua itu menjaga Hunso di kamarnya. Ada satu hal lagi yang perlu di urus. Soojung mengendarai mobilnya menuju ke kantor Sehun.
Tanpa berlama-lama, Soojung naik ke ruangan Sehun sesampainya di Hh Corp dan bertanya pada Sekretaris Sehun sebelum masuk ke dalam.
“Sehun di dalam?” sang sekretaris yang mengenali Soojung sebagai mantan asisten pribadi bosnya sekaligus istrinya langsung tergagap karena terkejut.
“Ya, ta-tapi beliau tengah berbicara dengan tuan Park dan asistennya.” jawabnya agak takut karena wajah dingin Soojung. Tanpa menjawab, Soojung memasang wajah dingin sambil menenteng sesuatu di tangannya.
Soojung mendorong pintu ruangan Sehun hingga menjeblak terbuka, membuat kaget Sehun, Chanyeol, serta Sulli yang tengah mendiskusikan sesuatu. Baru saja Sehun akan marah pada sang istri, tapi melihat wajah dingin dan kesal Soojung dia jadi bertanya-tanya ada apa dengan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Daddy's Little Prince
FanfictionSoojung merasa pengalaman pertamanya masuk ke club sungguh menyedihkan. Dia menampar salah satu pria brengsek mabuk di sana karena telah meraba bokong nya. Dan besok paginya, pria brengsek itu malah duduk diatas meja 'CEO' nya. Sehun... pria itu men...