19. Trying

6.3K 797 335
                                    

Hai ketemu lagi. Wkwk ternyata kalian pada marah2 sama Thehun. Thx udh kasih komen kalian di chap 18. Well, jd aku tahu hrs bikin apa di chapter lanjutannya. Jgn lelah2 ksh tanggapan ya, krn secara ga langsung kalian jg bantu aku nyari ide untuk jalur cerita lho.

Skrg sih semua udh kepikiran mau gmn sampai endingnya bahkan. Tinggal di ketik aja deh ^^

Yaudah happy reading ya...

***

Sehun menatap datar pada makanan yang ada di depannya. Setelah Irene mengganti pakaiannya dengan baju yang sekretaris Sehun belikan, Sehun langsung mengantar wanita itu pulang ke rumah. Dirinya terus menunggu istri dan anak nya pulang, tapi mereka berdua tak kunjung datang bahkan setelah jam makan malam tiba.

Irene yang berinisiatif membuat makan malam bahkan tak Sehun sentuh hasil masakannya. Dia terlalu kalut memikirkan kemana Soojung dan Hunso. Dia akui memang tindakannya keterlaluan. Tapi perbuatan Hunso kali ini sudah kelewat batas. Dia tidak bisa membiarkan saja putranya melakukan hal seperti ini pada orang lain. Apa yang akan dipikirkan orang lain tentang putranya jika anak itu terus melakukan hal seperti ini? Melemparkan kotoran manusia pada orang lain sama sekali bukan tindakan terpuji.

“Sehunnie, makanlah dulu, mereka pasti pulang sebentar lagi.” suara Irene yang menyuruhnya makan membuatnya terpaksa menggerakkan tangan untuk menyendok tanpa selera.

Di luar rumah, Soojung dan Hunso yang sudah sampai masih bertahan di dalam mobil. Mereka duduk di tempat mereka sendiri dan tenggelam dalam pikiran mereka. Dengan sabar, Soojung mencoba bicara pada Hunso.

“Aku tahu kau marah pada Irene karena perbuatannya tadi. Aku senang kau membelaku. Tapi lain kali, lakukan saja trikmu padaku. Jangan pada orang lain karena hal itu tidak baik. Ku harap kau mengerti kenapa appa mu marah. Dia tidak mau kau terus jadi anak nakal. Tidak boleh bermain dengan kotoran lagi ya? Dan juga, nanti minta maaf pada appa dan Irene...” ujar Soojung perlahan berusaha sebaik mungkin tidak terkesan memarahi Hunso.

“Ya, Eomma...” jawab Hunso lemas. Dia pun turun dari mobil dan masuk ke rumah. Begitu sampai di meja makan, Sehun langsung berdiri dan menatap mereka cemas.

Soojung melirik meja makan yang sudah di penuhi makanan dengan wajah menahan kesal. Wanita ini menyentuh dapurnya lagi. Sial.

“Darimana saja kalian?” tanya Sehun saat mereka akan duduk di meja makan. Hunso terus saja menempeli Soojung, ia merasa takut pada Appanya. Anak itu bersembunyi di balik tubuh Soojung tanpa melepas pelukannya pada pinggang Soojung.

“Aku membawanya ke rumah teman-temanku. Hunso tertidur dan aku membiarkan dia tidur disana.” Jawab Soojung. Ia menggandeng Hunso dan membawanya ke meja makan. Soojung juga mengambilkan nasi dan memberikannya pada Hunso untuk dimakan.

Melihat anak itu tidak bergerak, Soojung mengelus kepalanya dan bertanya.

“Kenapa?” tanya Soojung, mengabaikan Irene yang menatap mereka datar.

“Eomma, aku ingin telur dadar...” rengek Hunso pada Soojung.

Melihat lauk yang ada di meja tidak begitu banyak, Soojung setuju untuk membuatkan telur yang diinginkan Hunso. Biar Sehun saja yang menghabiskan itu semua.

Hunso mengekori Soojung ke dapur dengan mencengkram ujung baju Soojung, meninggalkan Sehun yang merasa terabaikan. Pria itu duduk kembali dan melanjutkan makannya. Irene pun melakukan hal yang sama.

Tak lama kembali dengan sepiring telur, Hunso memulai makan malamnya dalam diam. Di tengah makan malam nya, Hunso melirik Soojung dengan pandangan enggan. Soojung tahu Hunso bahkan malas bicara lagi pada Irene. Tapi memang Soojung menilai tindakan Hunso pada Irene tidaklah baik.

[END] Daddy's Little PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang