Kolase 1 - Professional

2.3K 89 66
                                    

Aku tinggal disebuah kompleks perumahan yang sepi sekali. Bahkan lebih sepi dari kuburan manapun, termasuk kuburan tetangga. Bukan rumput tetangga lho ya. Tapi memang rumput tetangga akan nampak lebih hijau. Padahal, kebenarannya adalah dari sudut pandang si tetangga tersebut adalah sama saja. Apa yang kita lihat lebih hijau, begitu pula tetangga kita melihat pun seperti demikian. Jika tubuhmu hijau dan besar, kemungkinan kamu adalah satu spesies dengan Hulk.

Hulk bukanlah salah satu hero favoritku. Hulk terlalu barbar, sangat tidak cocok denganku yang lebih suka senyap dan perlahan-lahan. Aku mempelajari ilmu tentang psikopat juga dari beberapa superhero dan tokoh fiksi lainnya. Aku berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu hati ke hati yang lain. Keahlian bertarung dan kemampuan analisa yang lumayan membuatku menjadi psikopat yang biasa aja sih.

Di kompleks perumahanku, ada beberapa rumah. Namun, sering tidak berpenghuni disini. Aku memang suka sekali dengan keadaan yang seperti ini. Bukan berarti aku seperti orang-orang yang hanya mesum ditempat sepi. Banyak sekali kejadian-kejadian seperti itu. Sudah banyak juga yang berhasil aku bunuh. Tapi tetap saja jumlah mereka banyak sekali. Aku tidak bisa membunuh semua orang-orang mesum itu sendirian. Aku hanya bisa membunuh beberapa saja. Memang sengaja aku sisakan supaya kalian mengetahui apa yang mereka perbuat.

Seperti pada kebanyakan kompleks pada umumnya. Ada wanita tampan dan pria cantik. Oh terbalik ya ternyata, memang zaman kan sudah terbalik. Aku adalah psikopat yang santai. Ada psikopat yang tidak santai, kebetulan jenis kelaminnya pria. Psikopat itu setiap ditolak oleh wanita, maka langsung dibunuh. Aku tidak sampai seperti itu. Aku tidak mau membunuh karena hal sepele seperti itu. Memang ke-sepelean setiap orang berbeda-beda. Menurutku itu hal yang tidak perlu untuk aku lakukan.

Saat ini di kompleks rumahku ada seekor maling yang sedang berkeliaran. Bukan maling biasa, tapi juga pembunuh berdarah dingin. Setelah masuk kedalam kulkas tentunya. Kalau sudah keluar kulkas menjadi hangat kembali. Asal mula maling itu kurang lebih seperti ini. Dulunya dia bayi, nah sekarang sudah besar dan jadi maling. Si maling ini terkenal sekali dengan kehebatannya. Aku bisa saja membunuhnya kapan saja. Tapi aku tidak mood. Aku lebih memilih untuk menunggu maling itu saja. Benar dugaanku bahwa maling itupun ternyata datang ke kompleks-ku. Dengan berjalan ala-ala maling. Dia mengendap-ngendap, merayap, merangkak, ngesot, merosot deh celananya. Ternyata maling itu lupa mengancingkan resletingnya.

Semua orang penghuni disini sedang tidak dirumah. Tidak ada satpam maupun hansip serta hantu yang berjaga. Biasanya disini banyak hantunya, seperti kuntilanak, genderuwo dan sebagainya. Maklum dikarenakan sepi, sehingga hantu-hantu pada suka disini. Lembab dan berair, apaan sih. Kemarin rumah tetangga ku kemalingan. Ternyata oh ternyata, malam ini adalah giliran rumahku yang akan dimasuki oleh maling itu. Berurutan proses malingnya karena menurut kepercayaannya adalah seperti itu. Jika maling itu berhasil untuk memaling barang berharga di kompleks rumahku. Kemudian berjumlah total dari 13 rumah yang berurutan, maka maling itu akan mendapatkan kekuatan supranatural tinggi.

Akan sangat sulit bagiku untuk mengalahkannya. Karena aku tidak punya kekuatan supranatural apapun. Aku tidak bisa terbang, telekinesis, menembus benda padat. Tapi yang paling sulit adalah mendapatkan hatimu. Sumpah itu sulit banget. Aku pun bersiaga mengunci semua pintu dan jendela. Aku memilih untuk bersembunyi didalam lemari pakaian yang sudah aku beri lubang yang cukup untuk bernafas semalaman. Tidak lupa aku selalu membawa pisau yang cukup besar dan sangat tajam. Bukan cukup ternyata memang sangat tajam. Aku mencoba untuk memotong tulang sapi dan tulang itu langsung terpotong dalam satu kali tebas. Aku juga membawa sedikit cemilan dan air supaya tidak mati kelaparan dan kehausan.

Aku tapi tidak jadi membawa pisau itu. Aku pikir dengan tangan kosong lebih asik. Jadi aku meletakkan pisau itu ditempat yang seharusnya. Betul sekali tepat menancap di jantung orang rakus kompleks sebelah. Jadi didalam lemariku tidak membawa senjata apapun. Aku juga sudah mengetahui pasti maling itu membawa senjata.

Beberapa ratus detik kemudian, akhirnya maling itupun datang. Dia sangat profesional sekali. Pintu rumahku berhasil dibobol, padahal kunci rumahku memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi. Aku membelinya dari toko ternama. Aku saja kesulitan untuk membobol kunci rumahku itu. Suatu ketika aku pernah kehilangan kunci rumahku. Terpaksa aku harus gunakan ilmu pembobolan kunci di rumahku sendiri. Sangat sulit sekali dan hampir mustahil. Disaat aku sudah hampir putus asa. Ternyata kunciku selama ini aku genggam. Yasudah akhirnya aku buka saja pintu rumahku dengan kunci yang ada di tanganku.

Maling itupun mulai berjalan mendekati. Aku bisa mendengar suaranya dari dalam sini. Satu-persatu laci dan pintu berhasil di buka. Maling itu mengobrak-abrik seisi rumahku. Dan akhirnya, maling itupun berjalan mendekat ke lemari. Mungkin maling itu bingung dan bertanya-tanya. "mengapa tidak ada orang dirumah ini?". Tapi maling itupun menjadikan hal tersebut sebagai bonus. Si maling tidak perlu bersusah payah untuk membungkam atau mengikat ku dirumah ku sendiri.

Aku semakin mendengar langkah kakinya. Aku mendengar dia membobol pintu lemariku yang terkunci, jelas sekali terdengar. Alhasil terbukalah pintu lemariku. Dia memang profesional, dia menggenggam pisau di tangan kanannya. Tangan kirinya adalah sebuah alat pembobol segala pintu dan gembok. Tanpa pikir panjang seketika itu pula aku beranjak keluar. Aku mengambil pisau dari tangan kanannya. Kemudian aku juga mengambil alat pembobol itu dari tangan kirinya. Dilanjutkan dengan menusukkan pisau tepat dilehernya.

Bukan di jakun, tapi dibagian samping leher. Darahnya memancar kemana-mana. Termasuk ke arahku juga, sehingga membuatku kecipratan. Maling itu terdiam membisu tanpa suara. Dan aku benci harus menunggu lama kata darimu. Lah kok malah nyanyi sih. Sambil menekan menutupi lukanya, maling itupun kemudian terjatuh. Maling itu tersungkur, terkapar dan tergeletak seakan tak bernyawa. Kemudian aku periksa apakah sudah benar-benar mati atau belum.

Tak lupa juga aku rogoh-rogoh sakunya (bahasa indonesianya apaan sih, yang tau komen ya). Ternyata didalam saku maling itu terdapat banyak emas dan kartu kredit beserta pin nya. Lumayan aku bisa gunakan untuk beberapa tahun yang akan datang. Setelah benar-benar fix, akhirnya maling itu mati. Aku malas untuk membersihkan bangkai maling itu dari rumahku. Kemudian terbesitlah di pikiranku untuk menghubungi seseorang. Aku memilih untuk menghubungi polisi. Sambil menunggu polisi datang kerumahku, aku minum dulu soalnya haus.

Setelah aku menghabiskan minumanku kemudian aku pun sudah tidak haus lagi. Kata iklan, "sprot nyatanya nyegerin". Kalau kata aku sih senyumanmu betul-betul nyegerin. Kemudian aku tersenyum sambil berkata di telinga bangkai maling itu yang sudah tergeletak tak bernyawa,

"Aku lebih profesional".

Kedengarannya so sweet bukan?

Psikopat, Romantis (Katanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang