Kolase 3 - Forgiven

1K 53 31
                                    

Beberapa ribu detik kemudian, aku mulai merenovasi rumahku yang gosong itu. Semua sudah direncanakan dengan baik sehingga api tidak melahap semuanya. Menurutku cara membakar rumah seperti ini adalah prilaku dari psikopat. Jelas saja aku mengetahui hal itu karena aku adalah psikopat profesional.

Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Mira dapat berbuat hal seperti ini. Membuatku pingsan dan mengurungku dalam kobaran api. Aku tahu bahwa aku bersalah. Aku tidak mengungkapkan identitasku sebagai psikopat sejak awal. Kemudian Mira menjadi marah tidak jelas begini. Untung saja aku dapat selamat meloloskan diri dari api yang membakar rumahku.

Yang terpenting juga adalah aku berhasil meloloskan diri dari rasa sakit dan amarah. Setelah menyaksikan secara langsung Mira bergandengan tangan dengan pria yang tidak aku kenal. Belum kenal karena belum berkenalan. Tak kenal maka tak sayang. Sudah kenal tapi tidak sayang-sayang.

Aku mempelajari banyak hal, banyak ilmu, salah satunya adalah ilmu pertukangan. Segala sesuatu di dunia ini harus dipelajari dengan baik. Suatu saat pasti berguna. Ada saatnya masing-masing. Kebetulan sekali inilah saat terakhirku melihat kamu, jatuh air mataku menangis pilu, hanya mampu ucapkan selamat tinggal kasih. Kok jadi nyanyi lagi ya.

Kemudian dengan kekuatan tukang bangunan yang aku miliki didukung oleh peralatan seadanya. Aku pun mulai memperbaiki rumahku. Nonstop 24 jam seperti warnet kala itu. Padahal aku bisa saja membayar tukang bangunan asli untuk melakukan tugas ini. Aku kan bukan tukang bangunan asli, bukan abal-abal juga. Aku psikopat yang multitalenta. Sedang belum ada job juga sehingga menjadi tukang bangunan pribadi.

Beberapa hari aku berhasil menyelesaikan renovasi rumahku. Awalnya gosong kemudian aku cat hitam supaya tambah gosong. Setelah itu barulah aku lapisi dengan cat putih. Aku cat lagi dengan cat warna hijau supaya rumahku kuat seperti Hulk. Sekarang sudah seperti sedia kala.

Tidak ada kemajuan dalam bentuk rumahku, flat-flat saja. Setelah semuanya selesai, aku membereskan barang-barang yang berantakan. Aku kemudian melakukan ritual khusus bernama mandi. Setelah itu aku bersiap untuk pergi menuju rumah Mira. Aku bersiap membawa senjata andalanku berupa pistol air.

Pistol air yang aku miliki ini bukanlah berisi air biasa. Pistol air ini berisi air yang luar biasa. Awalnya air ini biasa saja. Kemudian aku sekolahkan air ini di sekolah luar biasa. Setelah itu jadilah air yang luar biasa. Tanpa basa-basi lagi akupun berjalan ke rumah Mira. Berjalan kaki dengan kakiku sendiri bukan kaki mantan, apalagi kaki tiga larutan penyegar tenggorokan. Sampai pada akhirnya akupun sampai.

Beralamat di Jalan ***. Disensor demi kemanan dan kenyamanan bersama. Rumahnya cukup besar lebih besar dari Mira tentunya. Pagarnya cukup tinggi, kemungkinan ada aliran listriknya. Beberapa waktu lalu Mira sempat membicarakan tentang akan memasang aliran listrik di pagar rumahnya. Aku teringat akan hal itu jadi aku sangat berhati-hati.

Aku tidak boleh gegabah ataupun salah langkah. Kalau sampai aku salah langkah di area sekitar rumah Mira ini. Aku bisa terkena ranjau yang cukup menyulitkanku. Pernah sekali aku terkena ranjau berupa bom asap. Untung saja saat itu masih tahap percobaan. Jadi untuk asapnya adalah asap knalpot. Kalau sekarang ini sudah diganti dengan gas beracun atau kemungkinan gas air mata.

Langkah demi langkah aku mulai. Sampailah aku didepan persis gerbangnya. Aku langsung melompat dengan kekuatan jet tempur bertenaga banteng. Aku berhasil melompati pagar listrik itu. Aku langsung berlari senyap menuju pintu utama. Aku mendobrak pintu rumahnya dengan tendangan maut super. Bukan KW super atau King Copy. Aku berusaha untuk tidak membanting serta merusak barang-barang seisi rumah Mira ini.

Jika aku membanting atau merusak semuanya, lalu bagaimana aku mengganti kerugiannya nanti? Memang hartaku banyak saat ini tapi untuk mengganti barang-barang Mira tidaklah cukup. Mira seenaknya sendiri memberi harga suatu barang miliknya. Aku pernah tidak sengaja menginjak kaca mata miliknya. Aku harus membayar sebesar lima ratus juta rupiah. Wow amazing sekali.

Psikopat, Romantis (Katanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang