Kolase 4 - Forgiven Chapter 2

759 41 27
                                    

Dunia ini memang penuh dengan psikopat. Kebanyakan psikopat wanita lebih kuat dan sadis dibanding pria. Hal yang mendasari para wanita untuk menjadi psikopat berbeda-beda. Aku yakin sekali pasti mereka sudah tidak peduli lagi dengan perasaan.

Psikopat di dunia ini letaknya tersembunyi. Ada yang bersembunyi dalam suatu tempat. Ada juga yang bersembunyi dengan memalsukan identitas. Psikopat tersebar di beberapa tempat. Hanya saja aku belum dapat menemukan mereka.
Ada psikopat yang hanya memuaskan hasrat saja untuk bersenang-senang. Ada juga yang melakukannya dengan tujuan tertentu.

Tujuanku menjadi seorang psikopat adalah supaya aku bisa menjaga keseimbangan dunia. Apa yang aku lakukan ini tidaklah sepenuhnya buruk, jika kalian menilai dari sudut pandang yang berbeda. Aku pernah bertemu dengan salah seorang psikopat wanita. Ia bernama Sandra, terhubung dalam suatu situs darkweb perihal jual diri wanita.

Sandra menampilkan foto-foto vulgarnya beserta tarif yang lumayan. Sistem dari situs itu adalah bayar dahulu. Mata uangnya adalah bitcoin sehingga benar-benar aman dari pemerintah dunia. Ketika sudah deal, Sandra akan mengajak pria yang sudah membayar ke suatu tempat. Sandra menyiapkan tempat berbeda untuk setiap pria.

Ketika si pria sudah melepaskan pakaiannya atau pakaian Sandra. Maka dalam keadaan seperti itu, Sandra langsung melancarkan aksinya. Aku tidak begitu mengetahui kronologi lengkapnya seperti apa. Kebanyakan dari pria-pria itu dipotong kemaluannya sampai mati kehabisan darah.

Kabar dari kekejaman Sandra lama-kelamaa  terdengar ke berbagai penjuru dunia. Aku juga mendengarnya, hal itu membuatku tertarik untuk menemuinya. Kemudian jika aku sudah berhasil menemuinya, aku ingin mengajak Sandra menjadi salah satu partnerku untuk mencari psikopat yang selama ini aku belum temui.

Tentu saja aku melakukan pemesanan terlebih dahulu di situs itu. Aku membayarnya dengan 1 bitcoin. Kemudian aku diajak bertemu di suatu tempat. Kemudian setelah aku membuka pintu, semuanya kosong. Hening seperi tidak ada siapapun disini. Tiba-tiba Sandra melesat dari langit-langit sambil membawa pisau menuju kearahku.

Ternyata selama ini Sandra bersembunyi di langit-langit menungguku untuk masuk terlebih dahulu. Aku tidak kaget, biasa saja, langsung aku tendang Sandra dengan keras sampai terpental. Kemudian Sandra terjatuh, aku langsung melesat menghampirinya sambil menodongkan pistol ke kepalanya.

Aku bisa membunuh Sandra kapan saja. Aku akui serangannya cukup bagus tapi pertahanannya sangat lemah. Sandra bertanya, "siapa kau sebenarnya?" Aku jawab bahwa namaku adalah Ero, aku psikopat sepertimu. Tujuanku mendatangi Sandra adalah bukan untuk melakukan hal itu. Aku jelaskan kepadanya bahwa aku ingin merekrut Sandra sebagai rekanku.

Sandra menolak dengan berkata, "aku tidak bermaksud menolakmu, Ero. Aku ini lemah, tidak pantas menjadi rekanmu. Yang ada aku hanya akan menyusahkanmu saja. Mungkin aku akan mati terlebih dahulu. Aku ingin sendirian saja. Menghabisi satu per satu nyawa pemerkosa bejat diluar sana. Nyawa mereka tidak berarti lagi di dunia ini. Mereka hanyalah sampah yang meresahkan."

Aku menghargai keputusan dari Sandra yang menolak ajakanku. Aku memberikannya pistol yang aku genggam. Siapa tau akan bermanfaat untuk aksi selanjutnya. Aku juga diberitahu oleh Sandra jika ingin bertemu lagi tidak perlu melakukan pemesanan. Aku cukup berada di sekitaran kawasannya saja pada waktu tengah malam. Sandra akan menghampiriku setelah itu.

Sandra juga mengatakan kepadaku bahwa ada seorang psikopat hebat. Namanya adalah Alfonso d'Shadow. Dikatakan bahwa Shadow memiliki kemampuan bertarung yang cukup baik. Tapi yang paling mengesankan adalah kecepatannya. Mungkin setara dengan kecepatan suara atau bahkan bisa melebihinya. Shadow adalah seorang pembunuh yang handal. Aku akan mencarinya atau takdir yang akan mempertemukanku dengan Shadow.

Pada suatu ketika kulihat seorang nenek tua di malam hari yang dingin. Dingin saja, bukan dingin banget. Nenek itu berjalan sendirian. Mungkin kebanyakan orang percaya bahwa nenek itu adalah hantu, psikopat, atau sebagainya. Nenek itu sebenarnya hanyalah jebakan. Namun, aku tidak mempedulikan hal itu. Aku menghampirinya dan bertanya "Nek, mengapa nenek sendirian aja?". Jawaban dari nenek itu adalah karena dia jomblo. Aku pun menyesal sudah bertanya pada nenek itu.

Aku masih berada di rumah Mira juga masih bersamanya. Aku kemudian teringat seorang pria yang digandeng tangannya pada malam itu. Sebuah malam dimana kebakaran kecil terjadi. Ternyata pria itu adalah kakak kandung nya. Dia memang sengaja melakukan hal itu supaya suasana hatiku semakin panas sehingga aku ingin membunuhnya.

Tapi itu semua tidak berhasil. Aku tidak mungkin membunuh Mira. Mengingat kejadian yang ia lakukan kepadaku, rasanya justru Mira yang bisa membunuhku kapan saja. Dan juga aku tidak mengisi cairan berbahaya dalam pistol air yang aku bawa ini. Cairan dalam pistol ini hanyalah air biasa. Haha tertipu kan. Seketika itu pula, kami saling memaafkan.

Kami duduk di teras rumah Mira.
Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi WIP (Waktu Indonesia bagian Psikopat). Suasananya hening dan langit diselimuti kabut tipis. Mira membuatkan ku secangkir kopi panas yang dibakar dengan suhu sekitar 90 derajat celcius. Aku pun meminum kopi perlahan-lahan. Tak lama kemudian aku mendengarkan suara-suara.

"krek, srekk, srekk"

Ternyata Mira pun mendengarnya juga. Suara itu berasal dari dalam rumahnya, seperti ada yang memainkan kursi disana. Suara itu terdengar sangat jelas sekali. Selain suara jangkrik yang menghiasi malam ini. Juga suara sayup-sayup angin yang lembut.

Didepan rumah Mira terdapat pepohonan besar. Aku pun memandangi pepohonan itu dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Meneliti apakah ada hal aneh disana. Aku melihat seperti sosok bayangan yang bergerak sangat cepat. Kecepatannya sepeti angin yang berhembus malam itu. Kemudian terdengar suara yang misterius. Kami berdua tidak takut, namun suara itu mengganggu sekali.

"drrt, drrt, drrt.."

Ternyata ponselku bergetar dengan getaran skala richter. Seperti gempa saja ya. Aku pun membuka ponselku kemudian aku terkejut. Aku merasa ketakutan sekali saat membuka ponselku. Sebelumnya aku mengambil ponselku yang tergeletak. Kemudian aku membuka kunci layar ponselku dengan sidik jariku. Aku melihat isi dari ponselku tersebut. Kemudian aku memandang wajah Mira dan berkata kepadanya, "kuota ku tinggal 200 kb."

Mengerikan sekali bagiku hal tersebut. Aku jadi harus mencari counter kuota yang buka 24 jam. Tapi nanti dulu saja, aku mengutamakan sesosok bayangan tadi yang sempat aku lihat. Aku pun bergegas berlari menuju pepohonan itu. Berlari mengejar bayangan hitam itu, meninggalkan Mira sendirian dirumah. Yahh kasian sekali pemirsa. Tidak perlu khawatir, aku akan kembali kepada Mira setelah menemukan bayangan itu. Aku berjanji kepadanya akan kembali dalam keadaan hidup. Beserta aku akan membawa sosok bayangan itu dalam keadaan hidup pula.

Comment and vote ya. Thanks

Psikopat, Romantis (Katanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang