Setelah aku dan Shadow sangat eneg* dengan permen-permen yang kami dapatkan, kami pun tidur. Tiba-tiba Shadow terbangun.
*Eneg adalah suatu perasaan yang sangat tidak mengenakkan.
"Aaaaakkh..." pekik Shadow.
"Kamu kenapa Shadow?" tanyaku.
"Gigiku sakit," ucap Shadow sambil menahan sakit di giginya.
Pasti ini karena Shadow kebanyakan makan permen, lalu Shadow lupa menggosok gigi. Jelaslah jadi sakit begitu giginya. Untung saja aku tidak lupa menggosok gigiku.
Aku menyuruh Shadow untuk menahan rasa sakit itu. Kata Shadow, sakit gigi itu lebih sakit dari sakit hati. Aku jadi teringat kejadian suatu malam itu dengan Mira ketika rumahku dibakar dan Mira bergandengan tangan dengan seorang cowok. Rasanya itu sakit sekali, tapi memang benar lebih sakit apabila sakit gigi. Aku pernah mengalami sakit gigi, sering malah.
Aku menyarankan Shadow untuk mengompres giginya dengan es batu. Shadow pun setuju, namun kami tidak memiliki es batu, apalagi obat sakit gigi. Kemudian aku dan Shadow melanjutkan perjalanan. Ditengah-tengah perjalanan, kami merasakan hawa dingin. Sangat terasa dinginnya sampai kami agak menggigil.
Aku dan Shadow menuju ke arah hawa dingin itu. Semakin kami mendekat, maka semakin dingin yang dirasakan. Fantanis sekali, saat kami tiba pada pusat hawa dingin itu. Ternyata sebuah rumah yang besar. Gerbang yang sangat tinggi dilengkapi dengan anjing-anjing penjaga yang ganas. Aku menyuruh Shadow untuk mundur, kemudian aku mengeluarkan sebilah pisau daging yang sangat tajam.
Aku berlari mendekati anjing-anjing penjaga tersebut. Dengan cepat aku menusuk-nusuk dan memutilasi semua tanpa sisa. Sekarang anjing-anjing penjaga itu telah mati. Aku membersihkan bekas darah dari pisau dan tanganku. Kemudian kami menumpuk mayat anjing-anjing itu tepat didepan gerbang rumah.
Kami masuk kedalam rumah, aku membobol gerbang dan mendobrak pintunya, Shadow mengikuti dibelakangku. Kami sangat terkejut saat melihat isi rumah. Banyak sekali kulkas dengan ukuran besar. Kebetulan sekali, Shadow sangat membutuhkan es batu untuk mengompres pipinya supaya giginya tidak sakit lagi.
Kami berdua terbelalak kaget dan keheranan. Kulkas pertama yang kami buka berisi tubuh manusia yang telah terpotong-potong dan membeku disana. Begitu pula pada semua kulkas, isinya sama. Semua kulkas ternyata adalah freezer dengan suhu minus.
Kurang ajar, pemilik rumah ini pasti seorang psikopat. Aku mengambilkan Shadow es batu yang berisi sebongkah telapak tangan yang membeku. Kemudian Shadow mengompres pipinya. Tidak lama kemudian rasa sakit pada gigi Shadow hilang perlahan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang berlari kencang, pasti itu pemilik rumah ini.
"Wuzzzz.."
Suara sebongkah es batu lancip yang tajam menuju ke arah kami. Shadow menangkap bongkahan es itu dengan cepat. Bertubi-tubi pemilik rumah itu melemparkan bongkahan es batu. Seperti pecahan-pecahan kaca, namun Shadow berhasil menangkap semuanya dan melemparkannya kembali kearahnya. Orang itu jatuh tak berdaya, terpelanting karena serangan balik Shadow. Kemudian kami mendekatinya.
"Siapa kau wahai kisanak?" tanyaku
"Melempari kami dengan es batu seenaknya," ucapku
"Namaku Rey, aku mengaku kalah dengan kalian. Aku pemilik rumah ini, aku adalah seorang psikopat. Orang-orang menjuluki aku sebagai Rey the freezer. Aku membunuh orang-orang, memutilasi dan membekukan mereka sebagai koleksi pribadiku," ujar Rey dengan lengkap
"Lantas, siapakah kalian?" tanya Rey.
"Aku Ero, dia adalah Shadow. Kami berdua adalah psikopat. Aku memiliki kemampuan yang unik, begitu pula dengan Shadow. Aku mengagumi kemampuanmu dan perbuatanmu. Aku butuh orang untuk berpetualang bersamaku mencari psikopat bernama The Claw," ucapku
"Suatu kehormatan bisa berpetualang bersama kalian, aku mau. Namun ada satu lagi pertanyaan," ucap Rey.
"Tanyakan saja," jawabku.
"Kalian berdua yang membunuh anjing-anjingku?" tanya Rey.
"Bukan kami, hanya aku sendirian. Anjing itu sudah tidak berguna lagi. Sekarang kemasi senjatamu dan ayo kita pergi," ucapku.
"Baiklah, Ero. Ayo."
Akhirnya, aku tidak berduaan lagi. Sekarang kami berjumlah tiga orang. Kami masih butuh beberapa orang lagi untuk melawan The Claw dan teman-teman psikopatnya. Kami terus melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba aku kepikiran pada Mira, aku rindu dengannya. Aku menyampaikan telepati pikiran kepadanya bahwa aku ingin menghampirinya.
"Telepati yang Anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi."
Kampret.., lebih baik aku langsung menghampiri Mira saja bersama Shadow dan Rey menuju ke Sea of Sorrow.
***
Kisah masih akan terus berlanjut, jadi jangan bosan membaca dan mengikuti Psikopat, Romantis (Katanya).Komentar dan Vote sangat dibutuhkan demi semangat menulis. Thanks a lot. 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Psikopat, Romantis (Katanya)
FantasyHighest Rank #8 on featured Sebuah cerita tentang aku dan kehidupan psikopatku yang anti mainstream. Part demi part sedang dalam tahap pengembangan cerita. Sekecil apapun dukungan kalian akan sangat berarti bagiku. Cinta, pengorbanan, dan rasa sakit...