Side Story: [Dark Memory]

67.9K 1.9K 23
                                    

Ini adalah sebuah cerita kelam, yang selama ini Saskia benamkan ke dasar laut dalam ingatannya. Kalian pasti tahu, bagaimana Saskia membenci seorang pria yang bernama Ryan. Rasa benci dan takut bercampur, terhadap Ryan.

Ryan, pria masa lalu Saskia yang telah merenggut segalanya. Suatu yang paling berharga untuk seorang perempuan. Ryan, pria yang membuat Saskia kehilangan semangat dalam hidupnya. Dengan mudahnya Ryan menghancurkan segalanya dalam diri Saskia dengan perbuatan satu malamnya.

--

Gelap, adalah hal pertama yang menyambut penglihatan Saskia saat ia membuka mata. Tubuhnya terasa lemas, sendi-sendinya serasa lepas. Ia tidak punya sedikit pun tenaga untuk bergerak. Kalau saja jari-jarinya tidak bergerak saat diperintah otaknya, Saskia akan berpikir kalau tubuhnya lumpuh total.

Ia tidak tahu, apa yang terjadi. Ketika ia tidak sadarkan diri tadi, entah apa yang menimpanya. Bahkan, ia tidak tahu apa yang membuatnya merasa seperti ini. Ia tidak tahu. Dan berharap dia akan tahu.

"Bunda..." inginnya, ia berteriak sekeras-kerasnya memanggil Bunda-nya, satu-satunya orang yang ia ingat berada di rumah bersamanya, tapi yang keluar dari mulutnya hanya sebuah bisikan lirih.

Tadi, sebelum seperti ini, yang ia ingat adalah dirinya yang berada di dapur untuk meminum-- atau memakan sesuatu? Atau... Ah, dia tidak ingat dengan jelas.

"Bunda..." ia hampir putus asa, tapi agak bersyukur karena tubuhnya mulai bisa bergerak.

"Tante nggak ada." suara berat yang cukup dikenalnya, berhasil membuat jantungnya berdetak cepat. "Tante baru aja pergi dua jam lalu, sweet." suara itu kembali terdengar saat Saskia merasa tempatnya berbaring, agak berderit karena beban.

Ia berada di kasur. Ya, pasti. Karena ia bisa merasakan lembut seprai di bawah telapak tangannya.

"Nyenyak tidurnya?" sebuah jari tangan, membelai wajah Saskia lembut. Setuhan itu begitu hati-hati, turun perlahan menelusuri lehernya. Sentuhan itu membuatnya meremang, rasa takut dalam dirinya perlahan bangkit.

"Ry-Ryan?" Saskia memanggil untuk memastikan. Harusnya ia tidak ragu lagi siapa pria yang tidak berhenti menyentuhnya, membuatnya merasa jijik dan takut.

"Ya, aku di sini." dekat. Terlalu dekat sampai Saskia bisa merasakan hembusan napas hangat yang memburu, pria itu di telinganya.

Ryan adalah sepupunya, sepupu yang sudah tinggal hampir dua bulan ini di rumahnya. Ini salah. Seharusnya Ryan tidak berlaku seperti ini terhadapnya. Tidak, tidak. Saskia memang memiliki perasaan terhadap Ryan, tapi tidak seperti ini.

Tidak dengan ia dan Ryan yang berada di atas satu ranjang, dan sekarang ia mulai merasakan ciuman menyentuh belakang telinganya.

"Ryan, jangan..." Saskia berusaha menepis tangan Ryan yang mulai meraba perutnya, sekarang ia benar-benar merasa takut.

"Ini yang orang-orang saling menyukai lakukan, Sweet."

"Gila! Dasar gila!" sekali lagi Saskia menepis tangan Ryan. Orang-orang yang saling menyukai melakukan ini? Ini apa!? Dasar brengsek! Saskia tidak semurah itu mengorbankan segalanya hanya untuk perasaan suka. Ia hanya akan menyerahkan seluruhnya pada status yang jelas bernama pernikahan.

"Lepasin!" sekuat apapun dirinya memberontak, Saskia tetap tidak mendapati dirinya terlepas dari cengkrama Ryan. Pria itu justru lebih gencar menyerang, saat ia melakukan perlawan.

"Nikmati. Jangan buang-buang tenaga buat memberontak, heart. Nikmati..." jijik! Menjijikan! Sekarang Saskia mulai menangis, merasa sangat putus asa. Merasa bahwa dunia tidak lagi ia tinggali. Ia terhempas keluar dari bumi.

Entah bagaimana semuanya sekarang menjadi seperti ini. Ciuman-ciuman halus nan lembut yang Ryan paksakan pada Saskia berubah menjadi ciuman-ciuman panas tanpa balasan. Kasar dan tidak ditahan-tahan lagi. Ryan tidak berlaku selembut tadi.

Saat ini tubuh Saskia tidak terbalut apapun, terekspos begitu jelas dalam kegelapan kamar Ryan. Tidak ada lagi pakaian yang menghalangi sentuhan Ryan. Entah sudah sebanyak apa Saskia menangis, memohon, dan merintih meminta dilepaskan.

Tenaganya habis karena perlawanannya yang sia-sia. Sekarang ia terkesan pasrah, tidak berdaya dan begitu lemah. Hanya airmatanya yang membuktikan bahwa ia terluka, terluka dengan semua ini.

"Hhh. I got you, Sweet."

Hancur. Lebur. Lindap. Terbakar api neraka. Bersamaan dengan satu kalimat yang Ryan ucap, semuanya terenggut. Sakit yang Saskia rasakan, menghujamnya hingga tulang.

Ia... Ingin mati saja.

--

Saskia serius ketika merasa ingin mati saja. Karena ia benar-benar melakukan percobaan bunuh diri satu minggu kemudian. Ia memutuskan untuk berusaha mengakhiri hidupnya setelah menjadi seperti mayat hidup selama seminggu. Bundanya menangis melihat dirinya yang terlihat begitu... Mati. Tidak ada cahaya hidup lagi dalam dirinya.

Dan kemana si brengsek yang membuat Saskia menjadi seperti ini? Ia pergi. Jauh keluar negri. Setelah malam itu, Ryan berlaku biasa saja sampai akhirnya keesokan harinya pria itu pamit untuk pergi pada kedua orangtua Saskia.

Dan Bunda-nya, baru menyadari ada yang salah dengan Saskia yang sudah menolak keluar kamar, makan atau apaun selama tiga hari.

Dengan teriakan, dengan airmata, dan dengan ketakutan yang nyata, Saskia mengatakan semuanya pada sang Bunda. Membuat Bunda-nya juga merasa ikut hancur bersama putri satu-satunya.

Tapi terlambat, semuanya terlambat. Kalau saja Bunda-nya mengetahui segalanya lebih awal, mungkin Ryan akan mendapat sebuah balasan. Jadi saat itu, saat mengetahui segalanya, akhirnya Bunda-nya memilih untuk menutupi semuanya.

Ia akan mentupi semuanya. Tidak ada yang harus tahu tentang hal ini selain dirinya. Biarkan apa yang terjadi pada putrinya hanya ia dan Tuhan yang tahu. Tidak ada oranglain yang boleh tahu, termasuk Ayah Saskia. Dia hanya harus memberitahu satu orang nanti. Nanti, saat Saskia telah memiliki seorang suami.

Mulai sejak itu, Bunda Saskia terus mendampingi putrinya. Menuntun putrinya untuk bangkit. Membangun kembali segala mimpi yang pernah hancur. Karena Saskia berhak untuk bermimpi. Ia masih harus tetap hidup, walau ia bukan lagi seorang perempuan yang utuh.

Selama dunia tidak tahu, tidak akan ada orang yang bakal menendangnya keluar dari bumi ini.

--

wut~ wut~ wut~ minta flashback kan? Ini cukup tidak? Maaf ya, aku nggak pandai buat flashback (>m

Etapi ngomong2 aku jadi cinta sama Ryan masa? Aaaa~

Bye~ mwah~

Karena Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang