"Saskia!" aku menghentikan langkahku, berbalik saat mendengar suara yang cukup familier di telingaku. Sudut-sudut bibirku tertarik ke atas melihat Denis tengah berjalan menghampiriku.
"Mau pulang, Sas? Buru-buru banget, baru juga jam dua siang." ucap Denis saat ia sudah sampai di hadapanku. Kami mulai berjalan beriringan.
"Abis mau ngapain lagi, aku udah gak ada kelas lagi, Den." ujarku. Denis adalah satu-satunya teman pria yang aku punya, jujur karena Rian, aku jadi agak takut dan susah untuk deket sama cowok. Yeah, aku mengenal dua orang cowok di hidupku, dan dua-duanya sama-sama memberi pengaruh mental yang buruk untukku. Ayah dan Rian.
Denis pria yang baik, dia memperlakukanku dengan baik. Dia bilang, wanita harus dihormati. Dan memang benar 'kan perkataannya?
"Yeh. Malah ngelamun, woy! Mau nggak?" aku mengerjap. Menaikan sebelah alisku sambil menatap Denis yang sekarang berada di hadapanku.
"Apa?" Denis berdecak mendengar pertanyaanku.
"Jalan-jalan sebentar, itu ke taman deket kampus. Mau gak?" Denis bertanya tidak sabar. Aku melirik jam di pergelangan tanganku, setengah tiga. Belum terlalu sore, Damar juga tidak mungkin pulang dari kantor jam segini. Jadi sepertinya tidak ada salahnya kalau aku main sebentar dengan Denis.
"Oke." jawabku akhirnya, aku mengangkat bahuku santai. Denis menepuk tangannya, lalu bergerak ke sampingku, meraih tanganku untuk digandengnya.
Jangan salah paham, kami murni hanya teman dan bergandengan seperti ini sudah biasa kami lakukan.
"Sas, ngomong-ngomong... Selamat, ya atas pernikahan kamu." ucap Denis saat kami sudah berada di parkiran kampus. Aku terkekeh pelan, apanya yang harus diberi ucapan selamat?
"Iya, makasih ya." balasku. "Kenapa gak dateng ke acara nikahan aku?" aku bertanya saat ingat kalau aku tidak melihat Denis samasekali saat acara pernikahanku, padahal aku menyuruhnya untuk datang.
"Ah, itu. Waktu itu aku ada urusan, aku minta maaf ya?" Denis menggaruk alisnya canggung. Aku berdecih, meninju lengannya pelan.
Tidak ada yang bicara lagi di antara kami setelah itu, kami hanya berjalan menuju motor Denis yang diparkir paling ujung. Entah kenapa, aku merasa Denis lebih diam dari biasanya. Denis itu seorang yang tidak pernah lelah berbicara, ia biasanya menceritakan banyak hal padaku. Tentang balapan motornya, tentang pekerjaannya sebagai pelayan restoran, pokonya tentang apa saja. Tapi kali ini, ia lebih diam.
"Lah ayok, katanya mau ke taman deket kampus?" ucapku saat kami hanya diam di samping motor Denis.
Denis menoleh padaku, nyengir sok imut sambil memasukan kembali kunci motornya ke dalam saku celana.
"Kita lari aja yuk?"
"Eh? Lari? Ka... Eh Denis. Aduh!" aku refleks teriak heboh saat Denis menarik tanganku, dan membawaku berlari. Mau tidak mau aku ikut berlari, mencoba menyamai langkah Denis. Aku tidak mau terpelanting karena Denis masi tetap memegang tanganku dengan erat.
Kadang, aku berpikir saat bersama Denis, aku tidak perlu memikirkan tentang Ayah yang selalu berdebat atau marah-marah denganku. Denis selalu membuatku tertawa, seolah mengangkat beban dalam diriku. Padahal aku yakin beban yang ia tanggung jauh lebih banyak dariku.
Denis adalah pria yang tidak aku tahu asal usul keluarganya, dia hanya bilang kalau kedua orang tuanya sudah meninggal. Ia tingal sendiri di sebuah rumah sederhana, dari pekerjaannya sebagai pelayan restoran lah ia hidup dan berusah membiayai kuliahnya.
Yang aku khawatirkan darinya hanya satu, ia suka mengikuti balap liar. Tentu kalian tahu, itu adalah hal yang cukup bahya. Tapi Denis tidak pernah mendengarkanku setiap aku marah-marah padanya karena hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku Mencintaimu
RomantikHanya sebuah cerita pasaran tentang sebuah pernikahan yang terjadi karena perjodohan, yang di perankan oleh Saskia Ariana Mardian dan Damar Putra Raharjo.