5. Take a Breath

42 2 0
                                    

Untuk pertama kalinya Melody menerima panggilan Nicko setelah semalam membatalkan pemblokirannya. Dia memutuskan untuk menerimanya di toilet, tanpa menimbulkan kecurigaan.

Sepupunya itu pasti sedang membolos, atau mungkin jam kosonh? Karena di jam mengajar seperti ini dia memghubungi Melody. Mungkin juga ini cara terakhir karena Melody menutup semua akses untuk mereka di rumah. Bahkan sudah hampir satu minggu Melody berangkat bersama Mega dengan motor Mega.

Ini rekor marah terlama baginya.

"Halo?"

"Halo Mel!"

Melody menggelengkan kepalanya tak habis fikir mendengar bagaimana nada suara Nicko saat dia mengangkat panggilannya.

"Kenapa? Gue nggak biasa mangkir jam pelajaran soalnya." Melody berusaha bernada sedatar mungkin, rasanya dia belum pernah mengerjai Nicko.

Mungkin dengan ini dia bisa menemukan lagu yang cocol untuk diupload minggu depan?

"Just meet me up after school. I swear to you this time."

"Gue nggak bi-"

"Please. I will never keep the promise that I can't keep."

Melody memutar bola matanya, seakan Nicko bisa melihatnya. "Yes you are,"

"Not this time. Please, oke? After school, I will pick you up in the bookstore, right?"

"Jangan bilang lo mau bolos!"

Nicko terkekeh. "Jam terakhir gue Pak Kamil, lo sendiri bilang dia bosenin kan?

"Kenapa gue harus punya sepupu macem lo sih?"

Kali ini Nicko tergelak. "See you after school, sista!"

Melody hanya berdecak sebelum memasukkan ponselnya di saku rok. Dia menghadap kaca dan merapikan letak dasinya yang tampak miring. Lalu ia mencuci tangan dan mengeringkannya.

Saat dia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba seseorang terlempar tepat di depannya. Refleks Melody membekap mulutnya yang terpekik, sadar jika dia berteriak akan memicu kerumunan.

Lalu seseorang keluar dari kamar mandi laki-laki dengan pandangan tajam ke arah Yohan yang sudah tergeletak di lantai seraya memegang dadanya.

Melody belum bergerak dari tempatnya, namun pandangan matanya beralih pada sosok tinggi yang berdiri dengan angkuh di pintu kamar mandi.

Mungkin sosok itu menyadari kehadiran orang tak diingkan di sini, Arsa menoleh dan mendapati jika dirinya ketahuan memandangi Arsa, Melody mengalihkan pandangannya pada Yohan dengan raut khawatir yang kentara.

Namun pekikan Melody benar-benar keluar saat tangan Yohan terlihat meremas bagian dada dan samar-samar terlihat bekas sepatu di bagian dada seragam laki-laki itu.

Melody tidak mengenal Yohan, tetapi ia tahu jika ketua jurnalis sekolahnya itu mengidap asma saat tanpa sengaja melihatnya menggunakan inhealer di depan kamar mandi saat Melody juga hendak ke kamar mandi.

Buru-buru Melody berlari ke arah Yohan, meletakkan kepala laki-laki itu di pangkuannya. Sebelah tangan Yohan meraba saku celananya, dengan gerakan cepat Melody mengulurkan tangannya untuk membantu Yohan mencari inhealer milik laki-laki itu.

Melody tidak tahu bagaimana mengatasi seseorang yang terkena asma, seperti mengetahuinya Yohan terlihat bangkit dari rebahannya dan refleks Melody membantunya. Lalu saat Yohan mendekatkan inhealer ke mulutnya, Melody mengelap dahi laki-laki itu yang mengeluarkan banyak keringat.

Melody melihat dengan seksama bagaimana Yohan menarik nafas berulang kali dengan mata terpejam, jujur Melody sangat khawatir walaupun mereka tidak terlalu dekat. Hanya sebatas rasa kemanusiaan.

A Melody of RaphsodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang