"Siapa?"
"Sepupu," Nicko berbalik dan kembali berbaring di kasur Theo bersama Reno.
"Ah, gue bosen! Tiap kali main selalu kalah! Sama elu lagi," Theo membanting stick PSnya dengan kesal.
Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke dalam kamar mandi, sedangkan Arsa tergelak di depan televisi yang masih menampilkan skor PES mereka.
"Lo aja yang cupu! PES dari jaman Firaun nggak jago-jago," ujar Arsa seraya berbaring di atas karpet setelah mengambil bantal dari kasur Nicko yang sudah diisi oleh Reno dan Nicko.
"Nggak dari jaman Firaun juga kali," Reno bergumam menyanggupi. Laki-laki dengan kaus warna hitam itu akhirnya duduk dari berbaringnya. "Liburan semester nanti main yuk!"
"Kemana?" Theo yang baru keluar dari kamar mandi turut bergabung dengan kedua sahabatnya.
"Elah! Bikin sempit aja sih lo!" gerutu Nicko karena Theo mendusel tempatnya.
"Kasur kasur gue juga," Theo bedecak kesal sebelum akhirnya fokusnya kembali ke Reno. "Liburan gitu maksud lo?"
"Iya. Ke Singapur kek, London, New York, atau kemana gitu. Mau refreshing gue, stress!"
"Laga lo mau liburan ke luar negeri, duit aja masih pada minta," Arsa masih men-scroll Instagram dan memberikan like pada beberapa postingan yang menurutnya menarik.
"Omongan lo kayak orang bener aja. Pantes aja nyokap gue bisa suka gitu sama lo, pencitraan mulu idup lo!" Theo menyahut dengan kesal.
Masih ada dalam ingatannya bahkan beberapa jam sebelum kepergian orang tuanya ke Bandung, ibunya memuji sosok Arsa yang katanya paling bijaksana diantara mereka berempat.
"Suka bingung gue, siapa sebenernya anak nyokap gue."
"Makanya lo jangan ajep-ajep mulu tiap friday night," Nicko tertawa pendek sebelum melirik Theo. "Ketahuan tau rasa lo."
"Kan elo yang ngajak. Suka nggak mikir," Reno menoyor kepala Nicko yang masih asik menatap layar ponselnya.
"Udah ayok, jadi liburan apa nggak?" Reno yang belum juga mendapat jawaban dari teman-temanna kembali bertanya dengan nada yang lebih serius.
"Ujian aja belom, udah mikir liburan," Arsa akhirnya bangun dan duduk di tepi kasur yang lenggang. "Kalo mau liburan di sekitar sini aja. Jogja, Malang, atau dimana gitu di Indonesia."
"Dan nggak naik pesawat," entah bagaimana Nicko dan Theo mengatakannya dengan bersamaan.
Nicko lalu menoleh ke arah Theo yang ternyata menoleh ke arahnya. Lalu setelah selang tiga detik kemudian mereka tertawa entah kenapa.
"Gue geli, gila!?" Nicko tergelak sebelum akhirnya ikut duduk menyusul yang lainnya.
"Lo masih sering baper emang kalo naik pesawat?" Reno bertanya dengan alis bertaut.
Arsa hanya tersenyum singkat sebelum memainkan ponselnya dengan memutarnya diantara ibu jari dan jari tengah.
"Ya lo rasain aja gimana sesuatu yang deket sama lo nggak bisa lo raih. Susah dan bikin nyesek."
"Iyuuuh," Nicko dan Theo kembali mengrenyit jijik ketika Arsa menyelesaikan kalimatnya.
Kali ini Arsa melempar bantal yang berada di dekat kakinya ke perut Theo, membuat laki-laki yang memiliki alis tebal itu memekik keras dan membuat Arsa tergelak.
"Jijik gue liat lo berdua," Reno beranjak dari duduknya dan berjalan ke samping nakas dekat televisi untuk men-charge ponselnya. "Gih, buru cari pacar."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Melody of Raphsodies
Teen FictionSekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun kamu menolak, yang datang akan tetap datang. Semesta memang kadang senang bercanda. -Sujiwo Tejo-