10. Martin

15 0 0
                                    

Scared To Be Lonely - Boyce Avenue

***

Hari ini Sabtu, harusnya Melody mulai melakukan rekaman, tetapi Maximus yang tiba-tiba mengikutinya kemanapun membuat dirinya malas melakukan apapun.

Hal ini berlangsung sedari semalam saat laki-laki itu sampai di Jakarta bersama sang Mama. Tetap meminta hal yang sama.

Melody berkali-kali menolak, dan ribuan kali juga Max menyakinkan gadis dengan warna mata paling jernih yang pernah ia lihat.

"Mel, we have to talk. I just so tired walking after you everywhere," Maximus bersandar di samping kulkas setelah Melody mengambil kotak jus dan menuangkannya ke gelas.

"Just stop it," balas Melody tanpa minat. "You know my answer still the same. No."

Maximus megeram pelan. Ia lupa gadis di depannya itu keras kepala dan berpendirian tegas. Tapi ini mendekati kekanakan. Ia tak ingin mengungkit hal itu, tetapi kenapa gadis itu tak menganggap ini balas budi.

"Follow me!" Maximus menegakkan badannya dan melangkah meninggalkan dapur.

Namun ia berhenti dan membalikkan badannya saat dirasa tak ada langkah kaki yang mengikutinya. Kesabarannya benar-benar harua diuji saat melihat Melody hanya diam di tempatnya dan meminum jusnya dengan santai.

Max mengambil langkah lebar dan bergerak dengan cepat mencekal lengan Melody, cukup membuat perempuan itu terpekik dan mendongak menatap Max.

"Just follow me!" Max menekankan tiap katanya sebelum Melody mengelak.

Max menarik lengan Melody keluar dari dapur tanpa perlu menyeretnya. Melody cukup tahu dimana batasnya untuk melawan. Max yang sedang diliputi kekesalan bukan hal hang ingin ia hadapi.

Jadi saat melewati Nicko yang baru saja ingin masuk ke dalam dapur, Melody tak sempat membalas tatapan bingung laki-laki itu.

Max membawa Melody ke studio dan menutup pintunya sebelum berbalik dan menatap tajam Melody.

"Kenapa susah sekali bagimu untuk pergi ke Bali?" Max bertanya dengan frustasi.

Dia kehabisan cara membujuk temannya itu untuk pergi ke Bali.

"Demi Tuhan!? Kau hanya perlu bernyanyi dan mendapatkan segala fasilitas tamu khusus? Ini temanku Melody!"

Melody menarik bibirnya menjadi garis tipis. Ia lalu menaruh gelas berisi jus jeruknya di meja yang tak jauh dari pintu.

"Karena dia temanmu, harusnya kau yang pergi! Bukan aku!"

Max berdecak dan mengguyar rambutnya. Ia memalingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, mengatur  nafas, sebelum kembali menatap Melody.

"Aku ada rangkaian tur di Eropa, kau harus tahu aku melewatkan liburan singkatku di Swiss dan kesempatan untuk berselancar disana."

"Kalau begitu jangan berjanji kalau kau tak bisa menepatinya!"

Pandangan Max terbelalak, tak percaya. Laki-laki dengan celana olahraga longgar pendek itu meletakkan kedua tangannya di pinggang dan tertawa hambar ke udara.

A Melody of RaphsodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang