Arsa langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur apartemen Reno. Membuat Theo yang lebih dulu berbaring disana menoleh dengan ponsel di atas wajahnya.
"Sialan!" umpat Arsa ketika kedua sepatunya sudah terlepas dari kakinya.
"Kenapa?" Theo bertanya dengan menyembunyikan tawanya.
"Jack brengsek! Motor gue ancur dibuat balapan dia," jawab Arsa lalu berdecak.
Laki-laki dengan kancing seragam yang sudah ia buka seluruhnya itu mengangkat lengannya untuk menutupi matanya.
Tawa Theo menggema di ruangan dengan cat abu-abu itu. "Tuh motor kan udah dibawa Jack empat bulan, kenapa baru sekarang lo hebohnya?"
"Tai!"
Laki-laki yang juga masih mengenakan seragam itu mengunci ponselnya sebelum menggulingkan tubuh menghadap Arsa. Tangan kanannya ia jadikan penumpu kepala, sedangkan bibirnya mengembangkan senyuman lebar.
"Sensi amat sih lo, kayak cewek PMS aja."
"Jangan sebut cewek dan PMS di depan gue."
Theo kembali tertawa dan menelentangkan tubuhnya di kasur. Tangan kirinya memegangi perutnya yang bergetar karena terlalu keras tertawa.
"Kenape lu?" Reno bertanya seraya meletakkan kantung kresek bertuliskan Indomaret di atas meja di samping televisi.
Nicko yang juga baru masuk ke dalam kamar juga mengrenyit mendapati Theo tertawa dan Arsa yang sedang menutupi wajahnya dengan tangan.
"Pada kenapa nih anak? Si anak setan lagi galau, si anak kalong ketawa kayak orang kesurupan," ujarnya seraya melepas jaket jeansnya dan melemparkannya ke sofa dekat kasur.
"Ini si Arsa ngambek gara-gara motornya diancurin si Jake," jawab Theo seya bangkit dan mengeluarkan makanan ringan dari kresek yang dibawa Reno.
"Lah, bukannya tuh motor udah diancurin Jake berkali-kali?" tanya Reno yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah.
"Ooh atau ini, gue tadi liat Melody naik Uber sama temennya. Lo gagal?" Nicko menyeringai geli kearah Reno dan Theo. Membuat ketiga orang itu teryawa bersama.
"Temen-temen anjing!" Arsa bangkit dari tidurnya dan melemparkan bantal ke arah ketiga temannya.
Hal itu malah membuat ketiganya makin terpingkal mendapat respon seperti itu dari Arsa.
"Elo dong anjingnya," tunjuk Nicko dengan tawa yanh belum reda.
"Sialan! Gue tawarin balik naik mobil bagus gue, dia malah milih naik Uber! Ah tai!!?"
Melihat temannya yang tengah mengusap wajahnya kasar, Reno duduk di kursi meja belajarnya dan melemparkan kulit kacang ke arah Arsa.
"Makanya lo jangan sok ganteng."
"Siapa yang sok ganteng, tai?!" Arsa langsung menoleh dan melempar satu-satunya bantal di tempat tidur Reno.
Harusnya ia melempar itu ke Nicko. Penghasut sialan. Kenapa juga ia iya-iya saja saat Nicko menyuruh dirinya mengantar Melody pulang?
Reno menangkap bantal itu dan kembali melemparkannya ke atas kasur.
"Kasur gue jangan diacak-acak monyet! Gue susah beresinnya!" teriak Reno marah.
Mereka terlihat akan kembali beradu mulut ketika Theo mengeluarkan suaranya, menjadikan fokus hanya tertuju padanya.
"Jangan-jangan ini pertanda," ujar Theo misterius.
Nicko membuka kaleng soda di tangannya. "Pertanda apa?"
Sudut-sudut bibir Theo berkedut menahan tawa. "Kalo Arsa udah nggak ganteng lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Melody of Raphsodies
Ficção AdolescenteSekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun kamu menolak, yang datang akan tetap datang. Semesta memang kadang senang bercanda. -Sujiwo Tejo-