Hari pertama menstruasinya sangat kacau. Ia terlambat bangun, tidak membawa pakaian olahraga, tidak mengerjakan PR dan lupa jika hari ini ia harus mengumpulkan presentasi kelompoknya.
Helmi, ketua kelompoknya hampir mengumpat, walau akhirnya tidak tega dengan wajah pucat Melody.
"Lo nanti di UKS sampe istirahat kedua aja. Tiga malaikat maut lo ada di tiga pelajaran pertama."
Mega mulai menyebutkan jika Matematika, Olahraga dan Bahasa Indonesia memiliki jam berurutan. Matilah dia.
Mega meminta seorang penjaga UKS bernama Renata untuk mencari air hangat untuk Melody.
"Gue mau nangis deh rasanya," ujar Melody saat naik ke ranjang UKS.
"Nangis aja sih, biasanya juga gitu."
"Bukan gitu!" Melody berdecak keras. "Kayak hari ini tuh gue sial banget. Yang somehow buat gue ngerasa bego banget. Tuh flashdisk udah gue taro di atas meja belajar. Bisa lupa kebawa gimana ceritanya coba?"
Mega menepuk pundak Melody.
"Udahlah, si Helmi juga nanti bakal ngomong ke Pak Bams gimanapun caranya. Mending sekarang lo tiduran deh."
Tepat ketika Melody hendak berbaring, Renata kembali dan memberikan gelas bening berukuran besar ke Melody.
Fikirannya campur aduk. Tugasnya, projeknya, acara di Bali, hingga beberapa subscribernya yang meminta video baru.
Semua itu membuat kepala Melody berdenyut, sesuatu yang menambah sakit di perutnya. Memang sedari pagi ia menyadari jika ini tanggal merahnya, ia merasakan nyeri luar biasa pada bagian perut bawahnya. Hal yang jarang ia alami.
Saat desakan lain keluar, Melody memutuskan untuk turun dari tempat tidur dan mengatakan ingin ke kamar mandi sebentar.
Ia tak memerlukan waktu lama untuk sampai di kamar mandi yang kebetulan tidak jauh dari UKS. Setelah membuang air kecil, Melody berdiri di depan wastafel kamar mandi dan membasuh wajahnya tiga kali.
Pantulan dirinya di cermin sangat menyedihkan. Wajahnya sayu, bibirnya kering dan rambutnya betantakan. Ia tak ingat menyimpan tali rambut di saku seragamnya. Jadi ia hanya merapikan rambut hitamnya dengan jari tangan.
Dan rasa sakit itu kembali terasa. Membuat Melody meringis kesakitan dengan satu tangan bertumpu pada ujung wastafel, sedang tangan lainnya mencengkram perutnya.
Ia memerlukan ranjang UKS sekarang juga.
Jadi ia berjalan dengan pelan menuju UKS, ditambah tali sepatunya yang lepas. Ia mengambil langkah dengN kehati-hatian. Tangan kanannya masih mencengkram ujung baju sebelum sebuah tangan merenggutnya dan membuat Melody tersentak.
Melody mendongak untuk mengetahui siapa pemilik dada bidang di depannya.
"Hallo," sapanya dengan seringai paling menyebalkan bagi Melody.
Dengan tenaga penuh Melody berusaha melepaskan lengannya dari cengkraman jari Arsa.
"Hola halo hola halo, sok asik lo!"
Arsa hanya terkekeh dan menyimpan kedua tangannya di dalam saku celana.
"Judes banget sih pagi-pagi. Sarapan apa sih lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Melody of Raphsodies
Teen FictionSekuat apapun kamu menjaga, yang pergi akan tetap pergi. Sekuat apapun kamu menolak, yang datang akan tetap datang. Semesta memang kadang senang bercanda. -Sujiwo Tejo-