part 9

1.9K 74 0
                                    

Setelah tadi disekolah aku mengobrol sebentar dengan Kinan, sekarang aku masih terus memutarkan otak ku untuk segera berfikir, siapa seseorang yang ada di dalam topik pembicaraaan tadi? Masa sih, apa seacuh itu kah aku? Sampai aku tak sadar bahwa selama ini ada seseorang yang diam diam memperhatikan ku.

Ya Allah, hati ini semakin menjadi, seakan terus menerus mencari jawaban yang kupertanyakan dalam hati ini.

Ternyata, sangking sibuknya aku memikirkan orang dalam diam itu, sampai sampai aku lupa bahwa dari tadi aku diam di halte bus ini belum ada satu pun bus atau pun semacam kendaraan. Duh, kalau gini aku bisa shalat Maghrib dijalan.

Hp ku mati total. Yaa, karna ulah keteledoran ku, aku lupa membawa charge hp ku.

Tidak lama setelah aku terbelenggu dengan sebuah pertanyaan itu, akhirnya aku mendengar....

AllahuAkbar... AllahuAkbar.....

Suara adzan, "Alhamdulillah," untung saja, dari halte tempat ku menunggu ini Masjid tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 10 menit aku sudah sampai di tempat yang paling ternyaman ini, Masjid Al - Hidayah. Jujur, aku merasa nyaman bila ada di masjid yang baru ku singgahi, aku merasa seakan diri ku pulang pada rumah yang baru dan indah.

Ah, aku masih betah disini. Aku belum ingin pulang, tapi ada satu hal yang menuntut ku harus kembali kerumah dengan cepat, ibu. Pasti ibu sudah sangat mengkhawatirkan ku, karna sampai jam segini anak perempuan nya belum pulang juga.

Baiklah, aku harus pulang, dan meninggalkan tempat baru yang ternyaman ini.

Sesuatu hal menimpa padaku, aku yang sedang ingin keluar dari pintu tiba tiba aku hampir menabrak seseorang yang ku liat dari bawah dia seorang lelaki, "Astagfirullah, afwan afwan," kenapa terbalik seharusnya aku yang meminta maaf bukan dia. "Ya Allah, seharusnya ana yang minta maaf bukan kamu, afwan karna ana jalan tidak benar,"

"Maryam?," Dia tau nama ku?

Seketika​ aku langsung melihatnya sebentar, "Mashaa Allah, ternyata kamu dit. Duh, afwan dit aku gak tau, jadi tadi hampir menabrak kamu," Radit tidak membalas permintaan maaf ku, dia hanya melontarkan senyuman yang kupikir itu adalah sebuah isyarat, bahwa semua nya baik baik saja.

"Kamu mau pulang?,"
"Iya,"
"Afwan, kamu bawa kendaraan sendiri,"

Kendaraan? Sendiri? Duh, mana pernah seorang Maryam bawa kendaraan apalagi dalam keadaan sendiri, boleh saja tidak.

"Engga, aku naek kendaraan umum,"
"Jam segini udah gak ada lagi mar kendaraan yang lewat," kulihat jam tangan yang melingkar di tangan kanan ku ini, sudah hampir jam 7.

"Gimana mar? Tenang aja aku gak akan menyentuh mu. Kita akan dibatasi dengan tas mu dan tas ku,"

Aku belum bisa menjawabnya, masa beneran nih aku harus pulang di boncengin dengan yang bukan Mahram ku? Ya Allah, tapi aku tak ada pilihan selainnya..

Bimbang, ya aku tuh ibarat manusia yang lagi kesesat di tengah laut biru membentang, tak tau harus apa.

Ternyata dari tadi Radit memanggil ku, tapi aku hanya diam saja, "Maryam.."
"Duh gimana ya, afwan bukannya aku ingin menolak ajakan baik mu dit, tapi..."

Alhamdulillah.

"Dek," mas Rizki datang sebagai penyelamat ku dari situasi yang ripuh itu.
"Mas, kok ada disini?,"
"Yaiyalah mas dari tadi cari cari kamu, ibu khawatir sama kamu!" Yaa, oke mas Rizki mulai berubah menjadi sosok macan yang sedang membutuhkan makanan.

"Eh siapa ini dek? Kamu pacaran ya? Pantesan kamu jam segini belum pulang! Mas bilangin ibu loh kamu."

"Eh mas ngomong nya apaan sih iiii, ini temen ku Radit kita tadi gak sengaja ketemu di dalam Masjid ini pas aku selesai shalat." Jelas ku pada mas Rizki sebelum ia terlalu jauh berfikir tentang ku dengan Radit yang berada di dalam Masjid yang sama.

Padahalkan, Masjid tempat umum, siapapun bisa ada disini. Hm mas Rizki manusia aneh.

"Kenalin mas, saya Radit. Tenang saja mas, saya bukan pacar dari adik mas ini kok, kami hanya gak sengaja ketemu disini, tadinya saya cuma mau nganter Maryam untuk pulang, tapi ehh mas dateng di saat yang tepat hehe"

Ihhh, mas ku ini memang manusia yang paling aku banggakan, dia itu paling takut kalau aku dekat dengan lelaki yang bukan Mahram ku,  apalagi kalau sampe ia denger kalau aku pacaran duh bisa jadiin rengginang aku.

"Oh iya, saya Rizki, kakak nya Maryam, makasih dah ya udah ada niat an buat nganterin pulang adek saya. Yaudah kalau gitu saya duluan,"

"Ayo dek, cepet pulang ibu udah nugguin kamu," lanjut mas Rizki, sambil memakaikan ku helm ke kepala ku.

Di tengah jalan, hujan turun begitu deras. Badan ku sudah tidak kuat lagi rasa nya manahan rasa dingin yang menembus tubuhku. "Kamu kenapa?, Dingin ya?" Tanpa ku jawab, mas Rizki langsung memakai kan jaketnya pada ku, duh ya Allah mas Rizki ini memang kakak yang paling terbaik di seluruh dunia.

Iya, kebetulan kali ini mas Rizki menjemput ku naek motor miliknya, alasannya seperti biasanya. Karna dia itu type makhluk yang paling males kalau harus terjebak macet.

Padahal ini kan malam, pasti juga kendaraan mobil sudah mulai berkurang, ya.. karna itu lah Mas Rizki.

"Eh dek, mas mau cari mantel dulu ya, kamu tunggu sini! Jangan kemana mana! Awas kamu main hujan hujan, kalau kamu sakit mas yang repot,"

"Iya mas ganteng punya Maryam,"

Perut ku sakit mendadak, pusing itu datang lagi.

Tiba tiba ada orang yang memberikan aku kue ringan semacam kue bolu, "Assalamu'alaikum, mar nih kamu makan dulu, tadi ana beli kue ringan di depan sana,"

Dan ternyata itu dia.

Untuk apa dia beli kue ringan? Apa dia sengaja membelikan untuk ku? Ya Allah Maryam.. ya pasti buat dia makan dong. Gimana sih kamu! Jangan bikin hati kamu baper dengan hal yang sepele deh.

Menggelar Sejadah Cinta Di Belakang MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang