part 10

1.9K 73 5
                                    

MALIK PUTRA WIJAYA.

Hujan memberhentikan perjalanan ku, aku yang baru saja pulang dari acara di rumah teman ku harus terjegat karna Anugerah Allah turun membasahi semua jalan ini. Aku berhenti di salah satu tempat halte yang mungkin sudah lama tak digunakan lagi, ku lihat disana juga banyak orang orang yang memilih untuk berteduh sebentar.

10 menit..

20 menit..

Ternyata hujan semakin deras, aku masih siap menunggu sampa yaa minimal hujan ini sedikit reda lah. Aku hanya diam tanpa ada seseorang yang ku kenal disini, eh benarkah itu dia? Sedang apa dia disini? Kenapa jam segini dia belum pulang? Mana lagi dia masih memakai seragam sekolah. Ya Allah lik, tak perlu se-kepo itu deh, mungkin aja dia sama seperti aku hanya kebetulan bertemu saat berteduh.

Aku masih diam ditempat, jujur aku bukan tak berani untuk menghampirinya,

Tapi....

Tapi aku hanya tak mau orang lain beranggapan lain atau pun dirinya sendiri yang menganggap aku... Ah sudahlah pokoknya aku tetap disini saja.

Aku sedikit memperhatikannya, sangat jelas sekali bahwa dia sedang kedinginan, ternyata jaket yang ia kenakan itu belum cukup membuat tubuh nya yang sedikit basah kuyup itu merasa hangat.

Mar.. izinkan aku menghangatkan mu dari jauh sini, biarkan do'a menjadi perantara untuk penghangat mu.

Lamunan ku seketika hilang, saat aku lihat ada seseorang mas mas yang sepertinya terlihat bingung mencari sesuatu,

"Duh ilahh, mana sih?! ini gak ada.."
"Hm.. afwan mas, ada yang bisa saya bantu?"
"Eh, iya nih saya lagi coba cari tukang yang jualan mantel atau semacem plastik untuk nutupin tubuh adek saya.. tapi dari tadi saya gak ketemu juga."
"Oh gitu mas, bentar ya mas.."
"Mau kemana?"
"Ini mas"
"Kamu?"
"Gapapa mas, kayaknya mas lebih butuh dari saya"
"Duh makasih ya," dia yang langsung pergi, tapi tak lama kemudian dia menengok kembali pada ku, "afwan saya Rizki, dan ini terima kasih atas mantel nya, pasti saya kembalikan. Assalamu'alaikum"
"Eeee iya mas saya Mal..lik Wa'alaikumussalam" dia sudah berlari jauh.

Aku masih melihat dia yang berusaha mengusap-ngusap kedua tangan nya untuk timbul kehangatan, tapi tak bisa dipungkiri cuaca ini memang dingin sekali.

"Misi bu, bu saya mau beli kue bolu yang ini 10 ribu ya"
"Oh iya mas, tunggu sebentar ya mas"
Aku hanya tersenyum sama ibu penjual kue bolu itu.

"Mas, ini kue nya,"
"Eh iya bu, ini uangnya, terimakasih ya bu"
"Kembaliannya mas,"
"Buat ibu aja ya"
"Walah makasih mas, semoga mas dapet jodoh yang baik ya kayak mas nya ini"

Aku hanya mengangguk dan membalas do'a nya ibu itu dengan senyuman (lagi), bukan tak mau membalas kata aamiin tapi kata bahkan do'a itu masih jadi do'a ter-favorit ku ketika sedang meminta pada Sang Pencipta.

Dengan sejuta keberanian aku menghampirinya,

"Assalamu'alaikum, mar nih kamu makan dulu, tadi ana beli kue ringan di depan sana," wajah nya sangat bingung, bahkan aku yakin dia sudah berpikir yang tak baik tentang ku, entah mungkin dia menganggap aku modus.

"Wa'alaikumussalam, kue? Untuk aku?"
"Iya,"
"Makasih, tapi aku gak laper,"
"Kamu tau kan bohong dosa?"
Tanpa dia membalas perkataan ku yang terakhir, dia pun menerima kue bolu itu,

"Syukron lik,"
"Yaudah dimakan ya kue nya jangan dibuang, liat disana masih banyak yang kekurangan"
"Iya, syukron sekali lagi,"
"Yaudah, aku pergi dulu Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" tak ku sangka, ternyata nyali ku besar juga ya bisa menghampirinya, padahal kalau kalian tau! Tadi itu rasanya, duh mashaa Allah hati ini rasa tak karuan.

MARYAM LATIFAH.

Dia pergi.

Tanpa ada penjelasan atau apa lah semacamnya tentang pemberian kue bolu tadi,

Oh iya, aku sudah sampai di rumah. Aku langsung naik tangga ke kamar ku setelah menjelaskan kenapa aku bisa pulang jam segini pada ibu,

Waktu Isya sudah masuk dari tadi, akhirnya tanpa ada bertele-tele aku langsung membersihkan tubuh ku dan aku langsung wudhu untuk Shalat Isya.

Saat ini, aku sedang berbicara pada Sang Maha Pencipta Hati khalayak bumi.

Aku kadang berfikir, bahwa aku ini apa? Aku ini siapa? Dan aku ini memiliki apa? Sampai aku bermimpi atau berkhayal untuk bisa masuk dalam skenario alur cerita hidupnya di bumi ini. Aku yang perempuan biasa tanpa memiliki sesuatu istimewa, apakah bisa menjadi peran utama dalam cerita yang dimainkan dikehidupannya. Ya Allah, bahkan Engkau pun sebagai sutradara yang paling Mahir akan berpikir 1001 kali untuk menyandingkan aku dengan seseorang yang teramat sempurna itu di dalam kehidupannya.

Tak sadar air mata penyesalan mulai tertetes, bukan. Bukan karna aku menyesal dengan semua Anugerah yang Allah kasih untuk ku, tapi aku menyesal kenapa aku tidak mencoba berpikir saat ingin berharap pada seseorang yang jauh baik bandingannya dari ku.

Bagai matahari yang bermimpi dapat bertemu dengan bulan.

Menggelar Sejadah Cinta Di Belakang MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang