Alyana memasuki koridor seperti biasa. Tak ada yang berubah, semuanya menatap Alyana dengan sorot mata takut, sebenarnya Alyana tidak suka dengan tatapan mereka yang menatapnya seolah-olah dia akan memakan mereka. Dia ingin di anggap biasa saja, namun apa daya? Inilah nasibnya dan sebenarnya Alyana sedikit menikmatinya.
"Permisi kak," ucap seorang siswa kelas 10.
Alyana menoleh.
"Kak Alyana dipanggil Pak Santoso,"
Alyana nampak mengerutkan keningnya, sebelum akhirnya mengangguk. Sebenarnya ada apa lagi? Bukankah, olimpiade sudah dilaksanakan kemarin? Akhirnya dia segera memutuskan ke sana.
Tok! Tok!
"Masuk,"
"Ada apa, Pak?" tanya Alyana sopan.
"Bapak mau mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf,"
Alyana menaikan satu alisnya, namun segera diturunkan karena sadar itu tidak sopan.
"Jadi begini, terima kasih karena lagi-lagi kamu mengharumkan nama sekolah dengan memenangkan olimpiade kimia kemarin. Dan bapak ingin minta maaf,"
"Minta maaf karena apa, Pak?"
"Kamu bisa 'kan,menggantikan Raka untuk mengikuti olimpiade Fisika minggu depan? Bapak minta maaf sekali,"
Alyana sedikit melebarkan matanya karena terkejut. Apa-apaan ini? Kenapa mendadak harus menggantikan Raka?
"Memangnya, kenapa Dito tidak bisa berpartisipasi, Pak?"
"Dia bilang kemarin, harus ke dokter untuk periksa rutin kakinya yang cedera karena pertandingan basket tempo hari,"
Alyana mengerutkan alisnya, bukannya sudah sembuh?
"Maaf ya Alyana, soalnya bapak tidak bisa menemukan orang lain dalam waktu dekat,"
Alyana mengangguk.
"Tidak apa-apa, Pak."
"Iya sudah, hanya itu yang ingin bapak sampaikan,"
Alyana tersenyum lalu keluar dari ruangan.
Kalau boleh jujur, ingin sekali dia menolak permintaan Pak Santoso. Namun, entah kenapa dia tidak bisa melakukannya.
Ini semua karena Raka, sebenarnya ada apa dengannya sampai harus terus-menerus mencari masalah dengan Alyana?
Baru saja di pikirkan cowok itu tiba-tiba muncul di hadapan Alyana.
"Hay pendek!" Seru Raka sambil menepuk puncak kepala Alyana. Percaya tidak percaya, dari sekian banyak murid di sekolah, hanya Raka seorang yang berani melakukan itu.
Alyana hanya melirik sinis ke Raka lalu melewatinya.
"Jangan jutek-jutek! Ntar gak tinggi-tinggi!" Teriak Raka dan berhasil membuat beberapa anak menahan tawanya.
Memang, Alyana memiliki tinggi badan yang sedikit mungil di bandingkan cewek-cewek lainnya. Namun, hal itu tidak mempengaruhi rasa takut anak-anak kepadanya.
Alyana hanya menghela napas lalu berjalan kembali.
Sesampainya di kelas Alyana langsung menghampiri mejanya yang berada tepat di sebelah meja sahabatnya. Kanya.
"Pagi-pagi mukanya gitu amat!" singgung Kanya.
"Muka gue emang gini," sahut Alyana yang merasa tersinggung.
"Ck ck, lo kenapa?"
Kanya tau bagaimana tiap ekspresi Alyana. Mereka berteman sejak kelas satu SMP sampai sekarang kelas sebelas SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange love (Hiatus)
RomanceTerpaksa mencintai? Entahlah, kurasa tak ada yang namanya istilah seperti itu. Cepat atau lambat rasa itu pasti akan datang. Meski dengan cara yang aneh sekalipun.